Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apa Iya Menulis Diary Tak Lagi Menyenangkan?
30 Mei 2023 21:04 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Azizah Nurul Azmy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Istilah nyambat seringkali terdengar sebagai suatu kondisi lelah sampai akhirnya berakhir pada ucapan-ucapan penuh keluh kesah. Mahasiswa sibuk dengan sambatan seputar perkuliahan, kejenuhan, kehilangan arah, permasalahan cinta, keluarga, dan rasa kesepian di perantauan. Pekerja khas dengan permasalahan lingkungan kerja, prinsip pulang tango, dramatisasi kekeluargaan berkedok loyalitas, upah, keseteraan, dan senioritas. Hidup bertetangga umum dengan si ini si itu yang berkelakuan tidak menyenangkan. Intinya, semua pasti nyambat.
ADVERTISEMENT
Dulu sekali, rasanya normal menulis diary dengan kata-kata pengantar klasik, umum, dan kadang sedikit berdiksi puisi. Seringkali buku diary ini dimiliki anak-anak sekolahan dengan warna-warna terang, bergambar cantik, menunjukkan minat mereka pada sesuatu, dan bahkan bergembok. Lalu, seringkali diary ini disebut buku catatan secara umum atau jurnal oleh para orang dewasa.
Esensi diary atau buku harian di masa ini sangat menyenangkan, seringkali juga dianggap sebagai satu-satunya tempat berkeluh kesah paling aman, atau sebagai teman. Sisi ekspresif seseorang dapat ditemui dengan bebas melalui diary. Bahkan, ungkapan bahwa diary is my secret book itu benar adanya.
Fitur privasi yang dapat mengatur siapa saja yang dapat melihat dan berkomentar tentu membuat diary semakin dilupakan. Namun, perkembangan dunia dan segala macam budaya pop menjadi salah satu pendorong pengguna media sosial untuk membagikan apapun dalam hidupnya secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
Padahal di sisi lain menulis diary ini memiliki banyak manfaat, terutama sebagai media ekspresi dan produktivitas. Menulis diary berarti memvisualisasikan perasaan melalui kata-kata yang dapat mengurangi tendensi stres, menjadi upaya merunut kronologi suatu peristiwa, melampiaskan emosi melalui kegiatan yang berdampak positif, catatan perubahan dalam hidup, dan sebagainya.
Fenomena menulis diary tentu masih memiliki peminat, tapi tidak sebanyak dulu. Kesan konvensional dengan harus menulis di buku menggunakan pena atau pensil mungkin menjadi salah satu alasan kegiatan ini ditinggalkan. Di sisi lain, beberapa orang melakukannya dengan konsisten sebagai bentuk journaling estetik yang seringkali kita liat di media soail.