Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Generasi Z adalah Generasi Stroberi?
11 Desember 2022 14:03 WIB
Tulisan dari Azka Amaliana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Generasi Z apakah sama dengan generasi stroberi?
Pernah tidak kamu mendengar orang tua berkata “Anak sekarang mau apa-apa gampang, beda dengan zaman Ayah dahulu" atau "kamu enak capai sedikit, healing", dan banyak lagi ungkapan-ungkapan sejenis yang relatif dilontarkan oleh orang tua. Lantas mengapa mereka memberikan label generasi sekarang seperti itu? Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang, mengapa generasi z disebut sebagai generasi stroberi yang identik dengan sifat manja nan rapuh. Menarik bukan? Nah, untuk mengetahuinya, simak pembahasan berikut yuk!
ADVERTISEMENT
Apa itu Generasi Z?
Generasi Z adalah orang-orang yang lahir pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2012. Berbeda dengan generasi Millenial yang tumbuh pada masa peralihan teknologi analog ke teknologi digital, generasi z lahir saat perkembangan teknologi yang makin maju dan mereka terbiasa untuk menikmatinya. Oleh karena itu, generasi z dikenal lebih unggul dalam menggunakan teknologi dan cepat dalam mempelajari hal-hal baru. Jean M. Twenge, seorang Psikolog asal Amerika yang meneliti perbedaan generasi, dalam bukunya yang berjudul “IGen: why today's super-connected kids are growing up less rebellious, more tolerant, less happy-- dan completely unprepared for adulthood (dan what this means for the rest of us)” mengatakan generasi iGen atau generasi z lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di depan layar gadget dibanding berinteraksi langsung dengan manusia lainnya.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, mereka cenderung lebih suka melakukan hal-hal secara instan dan cenderung untuk mengesampingkan proses. Akan tetapi karena didukung oleh teknologi yang mereka miliki sejak kecil, generasi z memiliki skill dalam banyak hal yang mereka butuhkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa perlu mengambil sekolah khusus . Mereka juga lebih aware terhadap mental health, sehingga terkadang dianggap berlebihan.
Generasi Stroberi itu apa?
seperti buah Stroberi, yang tampilan luarnya bagus dan indah, namun di dalamnya lembek nan rapuh . Persis seperti buah stroberi, Fresh, cantik, namun sekalinya dipegang akan mudah hancur. capai sedikit, healing. Kerja sebentar, resign. Kurang lebih seperti itulah untuk memggambarkan generasi stroberi. Istilah Strawberry Generation pertama kali muncul di Taiwan pada tahun 1990-an. Di dunia barat, periode ini sering dihubungkan dengan generasi millenial dan generasi z. Sebutan ini muncul karena generasi sebelumnya merasa orang yang lahir pada tahun 1990-an ke atas memiliki mental yang mudah sekali terluka dan rusak seperti buah stroberi.
ADVERTISEMENT
Alasannya, karena generasi z dibesarkan di lingkungan yang lebih baik layaknya buah stroberi yang ditanam dan dirawat di rumah kaca jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Generasi ini juga tidak begitu kuat menghadapi tekanan, kesulitan, dan mudah frustrasi karena mereka telah dibesarkan di lingkungan yang baik dan nyaman, serta dapat memperoleh hampir apa pun yang mereka inginkan. Sejak label itu muncul, secara umum masyarakat menganggap generasi stroberi sebagai anak muda yang tidak kompeten dan kurang bertanggung jawab, seperti contohnya seringkali berpindah-pindah pekerjaan.
Hubungan Generasi Z dan Generasi Stroberi?
seperti yang sudah disampaikan di bagian lead, generasi tua cenderung menganggap anak-anak zaman sekarang bermental lemah, manja, dan tidak tahan banting. Mereka lupa bahwa mereka pun turut berkontribusi dalam membesarkan generasi z lewat didikan dan pola asuh mereka yang menggampangkan setiap urusan. seperti ketika anak minta untuk main bersama, daripada bermain bersama anak, orang tua kerap kali hanya memberikan gadget dan membiarkan anak bermain sendiri. Maka, persoalan ini tidak bisa hanya disalahkan kepada generasi z saja, karena orang tua pun punya andil yang besar dalam menciptakan karakter generasi z yang ada saat ini.
ADVERTISEMENT
Upaya untuk mengurangi efek stroberi pada Generasi Z:
Menurut Prof. Rhenaldi Kasali, PH.D, dalam bukunya yang berjudul “Strawberry Generation” setidaknya ada 3 solusi yang dapat kita lakukan untuk mengurangi efek stroberi ini:
1. Berhati-hati dalam melakukan self diagnosis
Anak muda sekarang cenderung merasa serba tahu karena mereka memiliki gadget dan sosial media. Mereka terpapar informasi-informasi kata populer seperti self healing, self reward, work life balans, quarter life crisis dan lain sebagainya. Mereka mencocokkan ciri-cirinya kemudian mendiagnosis dirinya sendiri tanpa campur tangan para expert.
2. Perbaiki literasi
Dunia sekarang ini penuh akan informasi, maka kita perlu untuk memvalidasi setiap informasi yang kita terima untuk terhindar dari hoax ataupun untuk menghindari kesalahan penggunaan kata dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
3. Tidak menjadi orang tua yang lemah
Lemah di sini bukan merujuk kepada fisik, akan tetapi lemah peran orang tua dalam merawat dan mendidik anak. seperti memberikan segala hal yang diinginkan anak, tanpa membuat mereka berusaha terlebih dahulu, kompensasi waktu dengan uang, Setting unrealistic expectations yaitu menetapkan harapan yang tidak realistis. seperti contohnya, memanggil anak dengan sebutan princess, nantinya anak itu akan tumbuh menjadi anak yang manja dan ingin selalu diperlakukan seperti princess. Padahal dunia nyata jauh lebih keras dibanding perlakuan orangtuanya di rumah.
4. Tidak lari dari kesulitan
Di sekolah atau kampus misalnya, pasti akan ada banyak tugas, proyek, ujian yang menyita banyak waktu. Bagi anak muda yang tidak terbiasa diberi tekanan cenderung akan merasa terbebani. Menjadi sebuah kemenangan jika seseorang itu mampu mengatur waktu dan prioritasnya. Sehingga dapat menghadapi setiap kesulitan dalam hidup dengan baik.
ADVERTISEMENT
Untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup, tentu memiliki pengetahuan itu penting, tetapi kita juga harus menjadi manusia yang eksploratif. Mampu menantang diri sendiri untuk dapat berkembang lebih baik. Hanya karena yang sedang menjadi sorotan saat ini adalah generasi z, lantas bukan berarti dapat membuat masyarakat melabelkan kita sebagai generasi stroberi. Menurutku kita tidak perlu memberikan label generasi z sebagai generasi stroberi, karena sejatinya setiap generasi juga memiliki tahap seperti ini. Tahap di mana merasa rapuh dan lemah. Tidak apa-apa untuk merasa seperti itu, selagi masih terkontrol dan kita tahu bagaimana untuk berdamai dengannya.
Nah, sekarang sudah tahu kan apa itu generasi stroberi, hubungannya dengan generasi z, serta upaya-upaya yang dapat kita lakukan untuk menghindari atau setidaknya mengurangi efek stroberi dalam kehidupan kita? Jangan lupa diterapkan yaaa.
ADVERTISEMENT