Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Sekolah Butuh “Upgrade”: Strategi Pembelajaran Efektif bagi Generasi Alpha
7 Maret 2025 13:08 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari azka maulina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Generasi Alpha (lahir 2010 ke atas) adalah generasi yang sejak lahir sudah akrab dengan teknologi. Mereka lebih dulu bisa swipe layar sebelum bisa membaca, lebih banyak belajar dari YouTube ketimbang buku teks, dan lebih tertarik pada game interaktif dibandingkan ceramah di kelas.
ADVERTISEMENT
Namun, ironisnya, sistem pendidikan kita masih seperti dulu: banyak hafalan, sedikit eksplorasi, dan minim inovasi. Jika sekolah tetap seperti ini, jangan heran kalau anak-anak lebih memilih belajar dari TikTok ketimbang dari guru.
Lalu, bagaimana strategi pembelajaran yang benar-benar efektif bagi Generasi Alpha?
1. Kurangi Ceramah, Perbanyak Interaksi
Generasi Alpha tidak suka hanya duduk diam mendengarkan. Mereka terbiasa dengan touchscreen, voice command, dan video interaktif. Oleh karena itu, metode pembelajaran harus lebih berbasis partisipasi, seperti diskusi aktif, proyek kreatif, dan simulasi berbasis teknologi. Guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu, tetapi fasilitator yang membimbing siswa untuk mencari dan memahami informasi sendiri.
2. Belajar Lewat Game? Kenapa Tidak!
Anak-anak Generasi Alpha lebih mudah memahami konsep jika diberikan dalam bentuk yang menarik—dan game adalah salah satu media terbaik. Konsep gamification dalam pendidikan bisa meningkatkan motivasi belajar, misalnya dengan sistem poin, level, dan tantangan. Bayangkan belajar matematika dengan mekanisme seperti di Minecraft atau mempelajari sejarah dengan virtual reality (VR).
ADVERTISEMENT
3. Fleksibilitas: Sekolah Bukan Satu-satunya Tempat Belajar
Generasi Alpha tidak terbiasa dengan batasan ruang dan waktu. Mereka bisa belajar kapan saja dan di mana saja. Oleh karena itu, konsep blended learning—gabungan pembelajaran daring dan tatap muka—harus lebih dioptimalkan. Sekolah perlu memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengeksplorasi materi dengan cara mereka sendiri, termasuk melalui platform digital yang sudah mereka kenal.
4. Konten Pendek, Tapi Berisi
Anak-anak ini tumbuh dengan TikTok dan YouTube Shorts, di mana informasi harus ringkas, jelas, dan menarik. Materi pelajaran juga harus bisa dikemas seperti ini: padat, visual, dan to the point. Guru perlu beradaptasi dengan cara menyampaikan informasi secara cepat dan efektif, bukan dengan teks panjang yang membuat mereka kehilangan fokus.
ADVERTISEMENT
5. Ajarkan Mereka Menjadi Kreator, Bukan Sekadar Konsumen
Generasi Alpha tidak hanya menyerap informasi, tetapi juga suka menciptakan sesuatu. Oleh karena itu, pendidikan harus mendorong mereka untuk menjadi kreator, bukan hanya konsumen. Tugas sekolah tidak harus selalu berupa esai atau ujian, tetapi bisa berupa video edukasi, podcast, atau proyek berbasis teknologi yang bisa mereka unggah ke platform digital.
Kesimpulan: Pendidikan Harus Relevan atau Tertinggal
Jika sistem pendidikan tidak segera beradaptasi, maka sekolah akan semakin kehilangan relevansinya. Generasi Alpha tetap akan belajar—tapi dari tempat lain yang lebih menarik dan sesuai dengan cara mereka berpikir.
Bukan mereka yang harus menyesuaikan diri dengan sistem lama, tapi sistem pendidikanlah yang harus di-update. Jika tidak, kita hanya akan mencetak generasi yang jenuh, kehilangan kreativitas, dan akhirnya mencari ilmu di tempat lain yang mungkin belum tentu valid.
ADVERTISEMENT
Sekarang pertanyaannya: apakah kita siap untuk meng-upgrade sekolah, atau tetap membiarkan mereka belajar sendiri di dunia digital tanpa arahan yang jelas?