Konten dari Pengguna

Mengungkap Kasus Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan Menengah Pertama

Farihatunnisa Azka Alwijaya
Motto hidup: Pendidikan bukanlah segala-galanya,namun segala-galanya dimulai dari pendidikan Mahasiswi Prodi Pendidikan Ekonomi yang sedang menuntut ilmu di Universitas Pamulang
19 September 2023 13:49 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farihatunnisa Azka Alwijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dilansir dari Kompasiana, Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia yang berakal Budi, disipilin, berakhlak mulia, dan beragama yang dibutuhkan masyarakat bangsa. Mencapai tujuan ini membutuhkan kondisi belajar yang bermanfaat dan tanpa kekerasan. Namun, dewasa ini kita sering mendengar tentang peningkatan kasus kekerasan dalam pendidikan. Kekerasan diartikan sebagai suatu tindakan yang merugikan orang lain yang dilakukan individu maupun kelompok yang di dalamnya terdapat komponen kekuasaan, tekanan, dan paksaan. Kekerasan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dengan pemicu dan tujuan yang berbeda dibalik tindakan tersebut. Kekerasan bukan hanya kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan psikis yang harus diwaspadai karena memiliki efek traumatis jangka panjang bagi korban.
ADVERTISEMENT
Seperti contohnya yang terjadi di daerah Lamongan yaitu belasan siswi kelas IX SMPN 1 Sukodadi di Lamongan,Jawa Timur,di petal atau dicukur pitak oleh guru perempuan berinisial EN. Para siswi itu di petal karena memakai hijab tanpa ciput sehingga rambut mereka menyembul keluar. Salah seorang siswi yang menjadi salah satu korban cukur pitak itu ialah SA. Ada 11 siswi termasuk dirinya yang rambutnya di petal oleh EN. " Karena tidak pakai ciput " kata SA kepada detikjatim. Rabu (30/8/2023). Saat itu dirinya bersama teman-temannya langsung diminta EN membuka jilbab. EN pun langsung memotong rambut secara asal-asalan. "Dipotong sebagian rambut bagian depan " imbuhnya. Meski demikian, SA mengaku bahwa masalah itu sudah selesai. Pihak sekolah juga sudah menyampaikan permintaan maaf kepada orang tuanya. Sementara itu kepala SMPN 1 Sukodadi, Harto mengakui peristiwa itu terjadi pada 23 Agustus 2023. " Benar, ada kejadian itu pada 23 Agustus 2023, saat mau pulang, karena tidak pakai ciput jilbab," jelas Harto (detikNews).
Foto: Foto Farihatunnisa Azka Alwijaya
Sebagai tenaga pendidik yang menjadi contoh dalam dunia pendidikan, sudah menjadi sebuah keharusan untuk berhati-hati dalam mengambil tindakan untuk mendisiplinkan siswa ataupun siswi dengan cara yang baik tanpa adanya kekerasan kepada siswa ataupun siswi seperti yang terjadi pada kasus di atas yang dimana tindakan tersebut dilakukan oleh guru bahasa inggris.
ADVERTISEMENT
tindakan kekerasan dalam dunia pendidikan seharusnya dicegah. Karena jika ingin mendisiplinkan siswa ataupun siswi tidak perlu melakukan tindakan secara kekerasan dikarenakan tindakan tersebut akan membuat siswa ataupun siswi menjadi trauma terutama tidak percaya diri karena rambutnya yang sudah di petal oleh gurunya tersebut.
Bila terjadi pelanggaran aturan, alangkah baiknya ditegur terlebih dahulu tanpa harus mengambil tindakan. Terlebih sekolah tersebut merupakan sekolah umum dan bukan berbasis agama dan yang lebih berhak memberikan sanksi adalah guru BK dikarenakan itu sudah menjadi tugasnya.
Demikian tindakan kekerasan dalam dunia pendidikan bukanlah untuk dijadikan sebagai pembelajaran, melainkan hanya untuk membuat suatu masalah dalam dunia pendidikan. Maka dari itu tanamkan sifat berkepala dingin dalam artian tenang untuk menghadapi suatu permasalahan, karena kekerasan bukanlah suatu penyelesaian dalam suatu masalah. Selesaikanlah masalah dengan cara kekeluargaan agar terciptanya suatu keharmonisan dalam dunia pendidikan.
Foto: Foto Farihatunnisa Azka Alwijaya
ADVERTISEMENT