Konten dari Pengguna

Islam dan Tantangan Radikalisme

Azka Tsary Akbar
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang
26 November 2021 18:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azka Tsary Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : https://www.istockphoto.com/id/foto/radikalisme-gm480123055-36519830?utm_source=pixabay&utm_medium=affiliate&utm_campaign=SRP_image_noresults&referrer_url=http%3A%2F%2Fpixabay.com%2Fid%2Fimages%2Fsearch%2Fradicalisme%2F&utm_term=radicalisme
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : https://www.istockphoto.com/id/foto/radikalisme-gm480123055-36519830?utm_source=pixabay&utm_medium=affiliate&utm_campaign=SRP_image_noresults&referrer_url=http%3A%2F%2Fpixabay.com%2Fid%2Fimages%2Fsearch%2Fradicalisme%2F&utm_term=radicalisme
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Radikalisme dan Negara Indonesia saya ibaratkan sebagai minyak dan air, mereka tidak bisa bersatu. Indonesia menjaga dirinya dari radikalisme agar terjaga keindahanya. Lalu Apa keindahannya yang saya maksud? Keindahan Indonesia yang saya maksud adalah keindahan bagi siapapun yang melihatnya dan menikmatinya karena didalamnya ada keindahan kultur yang multikurtral. Namun, Keindahan itu mulai mulai pudar karena datanglah sosok “hantu” ditakuti oleh para penikmat beragama dan penduduk multikultural itu. “hantu” tersebut adalah Radikalisme. Negara Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama muslim menjadi sasaran berbagai pemikiran radikal yang hanya akan menimbulkan keresahan di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Radikalisme dalam Islam seolah menjadi tantangan seorang muslim atau muslimah di era sekarang, kita dituntut untuk menjauhi ajaran-ajaran tersebut dan kita dituntut untuk senantiasa mengulurkan tangan bagi siapapun saudara seislam kita agar tidak terjerumus dalam ajaran yang keras ini . Sekarang saya sebagai penulis sedih karena orang banyak yang beranggapan bahwa Islam di cap keras oleh sebagian penduduk dunia karena terjadinya beberapa insiden teror yang mengatasnamakan Islam. Kita harus tau bahwa Islam yang benar tidak pernah mengajarkan keras dalam berdakwah, Saya sebagai penulis memiliki logika singkat terhadap pengecapan Islam adalah agama yang keras, logikanya jika islam diajarkan dengan kekerasan,keterpaksaan dan kekasaran, Islam tidak akan jaya dan besar seperti sekarang. Ajaran nabi muhammad yang tercantum pada hadist riwayat Muslim no. 2594 yang menyatakan bahwa “Sesungguhnya sikap lemah lembut tidak akan berada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, jika lemah lembut itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk.” Bila kita balik lagi ke ajaran ajaran radikalisme yang ada sekarang apakah mereka menerapkan apa yang di suruh oleh Nabi Muhammad? Tentu saja tidak, mereka menggunakan kekerasan dan jauh sekali dari kata lemah lembut.
ADVERTISEMENT
Sejauh pandangan saya terhadap Islam itu sendiri adalah agama yang damai. Sepanjang sejarah Nabi Muhammad tidak pernah menggunakan pedangnya untuk menyebarkan agama Islam atau untuk mengajari agama Islam. Berbeda dengan kelompok radikalisme, mereka hanya menafsirkan jihad ( berjuang atas nama agama) itu hanya dengan perang-perang dan perang. Sebelum kita melangkah lebih jauh tentang penjelasan Islam dan tantangan radikalisme kita harus mengetahui bagaimana sejarah dari paham radikalisme sendiri di tubuh agama Islam
LAHIRNYA RADIKALISME SETELAH WAFATNYA NABI MUHAMMAD
Menurut Buku yang saya baca Radikalisme Agama dan Tantangan Kebangsaan halaman lima radikalisme Agama dianggap sebagai konflik mempunyai sejarah itu sendiri, konflik ini berawal dari sejarah islam ditarik beratus-ratus tahun lalu dimana sudah mulai terlihat dari pasca wafatnya Nabi Muhammad. Sedikit dari kita mengetahui akan masalah - masalah atau konflik yang dihadapi didalam internal kepemimpinan Islam pada saat pasca kematian nabi Muhammad. Pada saat itu Sahabat- sahabat nabi berkumpul untuk membahas khalifah baru yang bisa untuk menggantikan nabi muhammad. Setelah itu terpilihnya Utsman sebagai pemimpin baru. Kepemimpinan Utsman dianngap terlalu lemah karena disana banyak masalah kepentingan kekeluargaan yang bisa kita sebut nepotisme. Masalah itu berlarut larut sehingga menyebabkan Utsman terbunuh. Ali bin Abi Thalib kemudian terlantik menjadi Khalifah menggantikan utsman. Didalamnya Ali dan beberapa sahabat seperti A'isyah, Talhah, Zubair dan Muawiyah terjadi konflik. Konflik ini merembet ke dua kubu politik ini. Konflik ini melahirkan peperangan yang dimenangkan oleh pasukan Ali. Muawiyah tahu bahwa ia kalah, tapi disinilah kecerdasan politik itu lahir ketika Muawiyah menawarkan Arbitrase. Sehingga dampaknya melahirkan kekecewaan bagi pendukung Ali. Dampak yang terjadi adalah dimana kelompok pendukung Ali mulai membuat kelompok sendiri yaitu kelompok Khawarij. Kelompok Khawarij ini dikenal sangat radikal dari pandangan politiknya tentu. Mereka para kelompok Khawarij ini yang menentang kebijakan dari Ali, mereka juga sangat menentang Ali dan Muawiyah, mereka berdua dianggap melakukan dosa besar yang hampir sama dengan kafir, sehigga katanya mereka berdua pantas untuk di hukum seperti orang kafir yang telah murtad dari islam .
ADVERTISEMENT
Disinilah awal dari pemikiran- pemikiran radikal. Dari sini saya dan teman-teman pembaca belajar bahwa memang orang – orang yang memiliki paham radikal itu bersifat keras dan saking cintanya akan agama. Pada akhirnya, mereka menjadi yang tersesat sendiri.
BAGAIMANA KITA SEORANG MUSLIM MAMPU MENANG TERHADAP TANTANGAN RADIKALISME?
Pembahasan ini akan saya awali dengan hasil penelitian dari laporan survey tahun 2011 oleh LAKIP (Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian) pada karya tulis yang berjudul Radikalisme Agama di Indonesia Pertautan Ideologi Politik Kontemporer dan Kekuasaan ditulis oleh Dr. Zuly Qodir. Mereka memaparkan hasil survey yang memberikan gambaran kepada kita sebagai masyarakat indonesia yang menganut agama muslim bahwa radikalisme merupakan musuh yang nyata bagi kita dan paham ini sudah mulai masuk ke anak-anak remaja SMP dan SMA. Dari 4 poin hasil survey mereka, menurut saya ada 2 poin yang sekiranya menggambarkan bagaimana benih ideologi radikalisme sudah ada di lingkungan sekolah.
ADVERTISEMENT
• Yang pertama adalah ketika ada 590 guru ditanya apakah bersedia terlibat dalam aksi kekerasan, sebanyak 48,9% mendukung.
• Poin kedua ketika para 14 siswa ditanya apakah yang dilakukan Noordin M top, sebanyak 2 siswa mengutarakan rasionalisasi terhadap pembenaran atas kesetujuannya
Dari pemaparan hasil survey tersebut kita jadikan dasar bagaimana radikalisme sudah menjadi kewajiban kita sebagai muslim dan warga negara indonesia yang baik untuk mengikis akan radikalisme yang senantiasa menghantui kenikmatan kita dalam bernegara dan beragama di Indonesia. Selanjutnya, bagaimana kita bisa menang terhadap tantangan radikalisme ini.
Pertama, kita harus mengetahui karakteristik dari paham radikalisme ini. Dari penjelasan sebelumnya tentang definisi dari radikalisme itu sendiri berarti mereka yang menginginkan perubahan cepat dengan cara keras atau memaksa. Lalu bagaimana kita memahami karakteristiknya? Radikalisme itu bentuknya adalah ideologi dan keluar dari berbagai faktor – faktor yang memicunya, contohnya adalah faktor sosial politik, dimana faktor ini dilahirkan dari gejala sosoial yang ada di negara itu atau kondisi politik di negara itu. Azyumardi Azra mengungkapkan bahwa adanya pemburukan di berbagai aspek karena banyak konflik di bagian utara dan bagian selatan sehingga menyebabkan penopang munculnya radikalisme menyebabkan orang yang memiliki pemikiran radikal. Atau faktor faktor kultural. Faktor kultural ini bisa disebut sebagai faktor yang cukup besar dalam mempengaruhi orang menjadi radikal karena mereka yang memiliki paham radikalisme ini sangat menentang budaya sekularisme yang dibawa oleh barat.
ADVERTISEMENT
Kedua, Setelah kita tahu faktor-faktornya terjadi radikalisme, bagaimana kita menanggapinya dan melawannya? Adapun cara bagaimana kita umat muslim untuk melawan dari tantangan ini. Radikalisme bisa kita kita lawan dengan dua cara yaitu
1. Radikalisme berbentuk Fisik kita bisa lawan dengan lembaga-lembaga negara. Biasanya BIN dan satuan Intelejen lain “mengendus” atau melakukan upaya pendeteksian dini atau melakukan prosedur langkah preventif. Lalu jika paham Radikalisme itu berubah menjadi aksi terorisme, aparat bersenjata TNI-POLRI akan turun tangan
2. Radikalisme berbentuk Ideologi kita bisa lawan dengan pendidikan. yang berperan sekarang bukanlah memakai senjata api, tapi memakai tenaga-tenaga intelektual / akademisi seperti mahasiswa,dosen, guru dan orang orang berintelektual lain yang memiliki pemahaman-pemahaman yang mumpuni sehingga mereka bisa mengajarkan kepada yang lain ajaran-ajaran islam yang damai.
ADVERTISEMENT
Semoga dengan cara-cara dan penjelasan yang saya lampirkan akan bermanfaat untuk kita khususnya para muslim untuk senantiasa berada di ajaran islam yang sesuai dengan perintah Allah dan nabi-nabinya khususnya baginda Nabi Muhammad.