Konten dari Pengguna

Sampai Kapan Masyarakat Hidup Berdampingan dengan COVID-19?

Azkiyah Nur Hidayani
Mahasiswi ITB Ahmad Dahlan Jakarta
6 Maret 2022 8:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azkiyah Nur Hidayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi virus yang sedang menyebar di tengah masyarakat. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus yang sedang menyebar di tengah masyarakat. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 yang sampai detik ini masih melanda dunia tampaknya belum menemukan titik terang. Pemerintah Indonesia melaporkan kasus harian positif pada Sabtu (5/3/2022) sebanyak 30.156, data tersebut dipublikasikan Humas BNPB yang diperbarui setiap hari per pukul 12.00 WIB. '
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita tau, pemerintah tentu tak tinggal diam dalam menghadapi kasus ini. Mulai dari mengambil kebijakan warga harus melakukan vaksinasi, menerapkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), mengadakan dana bantuan sosial dan lain sebagainya.
Namun, dalam setiap kebijakan terkadang terjadi penyimpangan yang menyebabkan bertambahnya kesenjangan sosial dan membuat rakyat menderita di tengah pandemi seperti ini. Dampak awal dari pandemi ini menyebabkan rakyat kehilangan pekerjaannya, hal tersebut memicu bertambahnya kasus pengangguran di negeri ini.
Masalah ekonomi yang harus dihadapi menjadi kenyataan pahit bagi rakyat kecil, semuanya mencari cara bagaimana agar mereka tetap bertahan hidup.
Hingga pada akhirnya di tahun 2020 kita dikenalkan dengan yang namanya Era New Normal. Era New Normal adalah kondisi di mana masyarakat menjalani pola hidup baru dengan tetap beraktivitas normal namun harus menerapkan protokol kesehatan. Aktivitas pun kembali berjalan, tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan 3M, apa itu 3M? 3M adalah Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak.
ADVERTISEMENT
Jika kita flashback ke tahun lalu yaitu tahun 2021, Indonesia sempat mengalami gelombang kedua Covid-19 pada pertengahan tahun 2021. Ini terjadi dikarenakan penyebaran varian Delta yang begitu masif, kemudian kasusnya menurun sejak 17 November 2021, tercatat 522 kasus harian Covid-19 dimana menjadi kasus terendah sejak Juni 2020. Lalu muncul lagi varian lainnya yaitu omicron.
Kementerian Kesehatan telah melakukan pelacakan asal muasal masuknya virus Covid-19 varian Omicron ke Indonesia dengan kasus pertama diduga berasal dari warga negara Indonesia (WNI) yang tiba dari Nigeria pada tanggal 27 November 2021.
Begitu banyaknya varian dan pasang surutnya kasus covid ini, masyarakat pun resah dan bertanya-tanya, mengapa terus bertambah? Harus sampai kapan? Dikutip dari BBC, jurnal ilmiah Nature Januari lalu bertanya pada lebih dari 100 pakar imunologi, ahli virologi, dan pakar kesehatan lain di seluruh dunia apakah COVID-19 akan hilang? Hampir 90 persen dari mereka menjawab tidak. "Ada bukti bahwa virus Corona kemungkinan akan menjadi endemik dan terus beredar di seluruh dunia," jelas para peneliti.
ADVERTISEMENT
Meskipun tanggapan para peneliti seperti itu, tetapi kita tak boleh putus asa dan harus terus memutus rantai penyebaran virus ini dengan menerapkan protokol kesehatan dan harus menerima kenyataan bahwa kita hidup berdampingan dengan virus ini. Dan kini masyarakat sudah mulai tak terkena panic attack saat mereka terkena gejala Covid-19. Mungkin ini yang namanya seleksi alam, yang kuatlah yang bertahan. Jika kita ingat pernah terjadi gelombang tinggi Covid-19, tetapi pada akhirnya kita semua masih bertahan hingga sekarang berkat kehendak Tuhan.
Sebagai warga negara yang taat peraturan, sebaiknya kita taat pada peraturan yang berlaku. Tetap patuhi protokol kesehatan saat kita beraktivitas di luar ruangan, selalu berdoa, dan bersabar menunggu aktivitas kembali normal. Dan jangan lupa mengonsumsi asupan vitamin agar menguatka imun dalam tubuh. Semoga Covid-19 segera hilang dan kita dapat beraktivitas seperti sedia kala.
ADVERTISEMENT