Konten dari Pengguna

Potensi Besar E-Commerce Indonesia Di Tahun 2018

Azlan Shah
Arsitek berlisensi. Sekarang menjadi Principal Architect di Fatih Architecture Studio sekaligus Chief Editor di Gema Sumatra.
9 November 2017 15:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azlan Shah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potensi Besar E-Commerce Indonesia Di Tahun 2018
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Jual beli online di Indonesia semakin marak I Sumber gambar: Wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Sejak pertengahan tahun 2015 kita melihat ada penambahan ketertarikan investor secara besar-besaran terhadap potensi industri di Indonesia. Setelah Cina dan US yang mulai mengalami kemunduran, para investor akan berpikir kemana lagi dana mereka dapat ditanamkan. Namun ada pertanyaan yang penting yang perlu dijawab terlebih dahulu: “Apakah fasilitas logistik dan metode pembayaran menjadi hambatan bagi E-Commerce?” Petanyaan ini menjadi penting dikarenakan Indonesia masih belum optimal meningkatkan kedua hal ini jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya.
Demografis Industri E-Commerce
Hambatan utama dalam pertumbuhan E-Commerce di Indonesia secara demografis adalah akses, aplikasi dan pengeluaran. Jika kita ambil data tahun lau, penduduk Indonesia yang online mencapai 85 juta dan akan bertambah jumlahnya sampai 165 juta menjelang 2020.
ADVERTISEMENT
Sedangkan jika kita lihat aplikasi penduduk online dari facebook dan Twitter saja sudah wah. Berdasarkan laporan tahun 2014, jumlah menit terbanyak per pengguna aktif adalah Indonesia.
Terakhir, kemampuan penduduk Indonesia dalam membeli sebuah barang, dilihat dari GDP Indonesia yang sudah hampir menembus US$4,000 per tahun, yang banyak pihak menjadikan titik kritis munculnya peluang bisnis berbasis konsumen di Indonesia. Disayangkan ketimpangan pendapatan menjadi dilemma apakah kita masih bisa menggunakan faktor yang satu ini.
Namun tetap saja, kita dapat lihat sendiri perkembangan E-Commerce di Indonesia seperti Tokopedia, Lazada dan Traveloka dalam 3 tahun terakhir dimana membuktikan fakta bahwa masyarakat Indonesia bukan hanya memiliki akses dan aplikatif di dunia maya, namun juga mampu konsumtif dalam membantu perkembangan E-Commerce yang ada.
ADVERTISEMENT
Logistik dan Metode Pembayaran
Metode pembayaran dan fitur logistik yang tersedia menjadi perihal penting karena barang yang sudah diinginkan oleh calon pembeli namun tidak dapat dibayarkan atau diantarkan ke lokasi konsumen pasti menjadi hambatan besar.
Dalam pembayaran misalkan, penetrasi kartu kredit di Indonesia sendiri hanya sekitar 3,5% dan akun bank sekitar 20%. Bagaimanpun kedua hal ini tidak menghambat transaksi di beberapa Forum Jual Beli dengan “cash on delivery” sebagai salah satu solusi sementara dimana memiliki faktor sebesar 30% total transaksi di Indonesia pada tahun 2015. Juga, dengan adanya 50 juta orang yang memiliki rekening bank, bukan hal aneh jika penggunaan kartu ATM menjadi sangat populer karena faktor ini.
Jika kita melihat logistik, tahun lalu JNE mengungkapkan telah mengantarkan 4 juta paket E-Commerce setiap bulannya dimana 40%-nya berada di luar Jakarta, 7000 menggunakan sepeda motor dan 2000 menggunakan mobil, truk dan kapal. Dengan berkembangnya industry E-Commerce, sejatinya menjadi lapangan bisnis bagi penyedia logistik swasta di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Akses dan Kemudahan Menjadi Pilihan
Max Bittner dari Lazada menyebutkan bahwa 60% konsumen mereka di Indonesia berada di luar Jakarta, dengan 20% berasal dari luar Jawa. Sedangkan William Tanuwijaya dari Tokopedia juga menjelaskan bahwa vendor mereka sebanyak 60% berada di Jawa dan 60% konsumen mereka berasal dari luar Jawa.
Satu Lagi Pertanyaan Penting Yang Perlu Dijawab
Sebagai investor, kita harus melihat bukan hanya dari metode pembayaran dan infrastruktur usaha, namun juga kesempatan yang nyata bahwa total transaksi E-Commerce hanya sebatas 0,5% dari total penjualan retail di Indonesia. Jika dibandingkan dengan Cina yang memiliki 10,6% dibandingkan total penjualan retail mereka. Potensi Indonesia masih besar, karena itu investor dan pengusaha seharusnya dapat melihat peluang di pasar dan peluang kerjasama bisnis untuk dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk dapat mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Kementrian Komunikasi dan Informasi percaya bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam industry e-commerce. Tahun lalu, transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp. 330,5 triliun.
Kementrian juga menaruh harapan bahwa Indonesia memiliki asset untuk dikembangkan dalam kelas menengah dan kemudahan akses teknologi yang dimiliki mereka. Anak muda Indonesia sangat antusias dengan industry yang satu ini. Ratusan start up sudah bermunculan selama beberapa tahun terakhir.
Tahun lalu, pemerintah sudah memperkenalkan Roadmap E-Commerce Nasional dan juga berencana untuk mencetak 1000 enterpreneur dalam sector teknologi menjelang tahun 2020. Menurut Asosiasi E-Commerce Indonesia, dalam roadmap e-commerce nasional berpaku pada isu logistik, dana, proteksi konsumen, infrastruktur komunikasi, pajak, pengembangan sumber daya manusia dan cyber security.
“Akan menjadi momentum yang penting bagi industry e-commerce nasional dan kami optimis kalau Indonesia berada di jalur yang benar,” kata Daniel Tumiwa, Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia.
ADVERTISEMENT
Penulis memiliki latar belakang E-Commerce dan meneliti lebih lanjut tentang Order Management System dimana memudahkan sistem pembayaran dalam sebuah situs E-Commerce di Indonesia.