Konten dari Pengguna

5 Mitos Seputar Otak Manusia Ini Masih Beredar di Masyarakat, Simak Faktanya

Azmi Aqidatul Hanifa
Undergraduate Psychology Student at Universitas Brawijaya
27 November 2021 6:07 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azmi Aqidatul Hanifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi wanita dengan bola lampu. Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi wanita dengan bola lampu. Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio
ADVERTISEMENT
Apakah kalian pernah menonton film Lucy tentang manusia yang mempunyai kemampuan super karena dia menggunakan lebih dari 10% otaknya? Atau apakah kalian pernah melakukan tes online untuk melihat kalian memiliki dominasi otak kiri atau kanan? Lalu, kalian kerap kali mendengarkan lagu-lagu klasik dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan otak kalian. Mulai sekarang, kalian tidak tidak perlu mempercayai hal-hal tersebut karena itu hanyalah mitos!
ADVERTISEMENT
Otak memang merupakan organ tubuh yang sangat dilindungi karena merupakan pusat kontrol atas segala fungsi organ tubuh lain pada manusia. Oleh karena itu, banyak orang berlomba-lomba untuk mencari tahu hal-hal seputar otak demi meningkatkan kinerja otak dan menghindari kerusakan-kerusakan yang dapat terjadi. Sayangnya, ada banyak sekali mitos seputar otak yang beredar di masyarakat hingga saat ini. Mitos-mitos ini telah menjamur dan dipercayai oleh masyarakat luas.
Agar kamu tidak melakukan hal yang sia-sia karena mempercayai mitos-mitos tersebut, mari simak beberapa mitos mengenai otak manusia dan kebenarannya. Baca selengkapnya, ya!
1. Mitos 1: Dominasi otak kiri & otak kanan
ilustrasi MRI otak. Foto: pexels.com/MART PRODUCTION
Kalian pasti pernah mendengar bahwa orang dengan dominasi otak kanan adalah orang yang kreatif dan hebat dalam bidang seni, sedangkan orang dengan dominasi otak kiri adalah orang yang cenderung pandai dalam berhitung dan menganalisis. Beberapa lembaga tes online maupun offline bahkan menyediakan tes untuk menguji dominasi otak manusia. Kira-kira hal tersebut valid atau tidak, ya?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Nielsen dan rekan-rekannya pada tahun 2013, tidak ada manusia yang dominan otak kanan maupun kiri. Karena faktanya, saat diteliti menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging) tiap-tiap bagian otak ternyata saling berhubungan dan bekerja secara bersamaan, lho! Jadi kalau masih mendengar mitos semacam ini, harap diluruskan, ya.
2. Mitos 2: Manusia hanya menggunakan 10% kapasitas otaknya
ilustrasi patung kepala manusia. Foto: unsplash.com/jesse orrico
Pernah mendengar pernyataan bahwa sebenarnya kita hanya menggunakan 10% kapasitas otak kita? Berarti 90% lainnya diem aja, dong? Sekarang kamu gak perlu bingung lagi, karena ternyata pernyataan ini salah besar!
Mitos ini bermula ketika peneliti melakukan percobaan dengan melakukan sengatan listrik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang berhubungan langsung dengan otak manusia. Tubuh yang berhubungan akan memberikan respons berupa kedutan. Setelah diberikan sengatan listrik, peneliti menemukan bahwa hanya 10% bagian otak yang memberikan respons. Peneliti kemudian melabeli 90% bagian yang tidak merespons tadi dengan sebutan silent cortex. Dilansir oleh website Scientific American, silent cortex ini disalah pahami oleh banyak orang sebagai bagian otak yang tidak berfungsi.
ADVERTISEMENT
Dengan ilmu pengetahuan dan alat penelitian yang makin berkembang, mitos ini dipatahkan karena peneliti kemudian menemukan bahwa 90% silent cortex tadi ternyata berfungsi dalam pusat kontrol kognitif pada manusia, seperti kemampuan berpikir dan berbahasa. Jadi wajar saja saat bagian otak tersebut disetrum tidak ada tubuh yang merespons, karena memang fungsinya bukan merupakan fungsi motorik (gerak).
Sekarang kalau ada yang bilang kamu harus meningkatkan kapasitas fungsi otakmu jadi 100% biar jadi manusia superior, jangan lagi percaya ya! Karena otak manusia memang berfungsi dalam kapasitas maksimalnya setiap waktu. Jika fungsi tersebut tidak memenuhi 100% fungsi otak, maka dapat diartikan bahwa terdapat gangguan maupun kelainan pada fungsi tersebut.
3. Mitos 3: Mendengarkan musik klasik dapat meningkatkan kecerdasan
ilustrasi pertunjukan musik klasik. Foto: unsplash.com/Larisa Birta
Mitos yang satu ini masih sering dilakukan oleh banyak orang demi meningkatkan kecerdasannya. Bahkan, mitos ini sering dilakukan oleh ibu hamil dengan harapan bayinya akan memiliki IQ yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Duh, hal seperti di atas tidak perlu kamu lakukan lagi, ya. Karena faktanya, mendengarkan musik klasik tidak berpengaruh apa pun untuk IQ mu. Seperti yang dijelaskan oleh laman Youtube Colossal Cranium, 40 studi akademis telah dilakukan dan tidak ada satu pun dari studi tersebut yang dapat membuktikan bahwa mendengarkan musik klasik dapat berpengaruh jangka panjang terhadap kecerdasan dan peningkatan IQ pada manusia.
4. Mitos 4: Manusia hanya bisa belajar menggunakan satu gaya belajar
ilustrasi dua anak sedang belajar. Foto: pexels.com/olia danilevich
Kalau kamu pernah melakukan tes dan mendapatkan bahwa gaya belajarmu adalah auditorial, visual, atau kinestetik, jangan salah mengartikannya, ya!
Beberapa orang percaya bahwa mereka harus belajar menggunakan learning style-nya masing-masing. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh kanal Youtube Veritasium kepada beberapa orang asing yang dia temui di jalanan, dia menemukan bahwa dalam mempelajari sesuatu, otak manusia memiliki strategi tersendiri untuk menyesuaikan meskipun bukan menggunakan gaya belajar yang individu tersebut sukai.
ADVERTISEMENT
Jadi, pernyataan bahwa kita hanya bisa belajar menggunakan satu gaya belajar adalah mitos belaka. Karena faktanya, otak manusia lebih keren dari itu. So, kalau kamu merasa lebih cepat menyerap suatu pelajaran dengan salah satu gaya belajar saja, itu hanya karena kamu menyukai gaya belajar tersebut, tetapi bukan berarti otakmu tidak bisa belajar menggunakan metode lain.
5. Mitos 5: Orang dengan IQ rendah merupakan orang yang bodoh
ilustrasi wanita sedang mengajar. Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio
Kalau kamu pernah melakukan tes IQ lalu mendapatkan hasil yang tidak memuaskan, jangan berkecil hati dahulu! Simak penjelasan berikut ini agar kamu tidak bersedih lagi.
Seperti yang dilansir oleh situs NPR, dapat disimpulkan bahwa seiring bertambahnya usia, kematangan fungsi otak dan organ-organ lain dalam tubuh juga mengalami perkembangan. Jadi, setiap orang memiliki potensi untuk meningkatkan kecerdasannya dan IQ bukan satu-satunya patokan untuk mengukur kecerdasan tersebut. Hal ini telah dibuktikan oleh lelaki asal Cina bernama Zhou Wei yang memiliki IQ rendah, namun dia sangat genius di bidang matematika.
ADVERTISEMENT
Pada intinya, yang kamu butuhkan adalah memanfaatkan dan memaksimalkan potensi yang kamu miliki dengan rajin berlatih dan belajar. Karena setiap manusia diciptakan dengan membawa keistimewaannya masing-masing. Jadi, percuma saja kalau IQ mu tinggi, tetapi kamu tidak memanfaatkannya dengan baik.