Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Kenali 5 Jenis Penyakit dan Gangguan pada Otak Manusia Agar Kamu Lebih Tau!
29 November 2021 16:54 WIB
Tulisan dari Azmi Aqidatul Hanifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap orang menyadari bahwa otak merupakan organ yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup manusia, bahkan saat individu tersebut masih dalam kandungan. Oleh karena itu, para ibu di seluruh dunia berlomba-lomba memberikan nutrisi terbaik untuk calon bayinya dengan harapan buah hatinya dapat terlahir dengan kualitas otak yang prima.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu bahwa di dalam otak terdapat jutaan sel saraf yang selalu bekerja bahkan ketika manusia tertidur, lho! Sel saraf tersebut saling bekerja sama menjadi pusat kontrol atas segala aktivitas manusia. Oleh karena itu, sedikit saja kerusakan pada otak dapat berpengaruh besar pada kinerja suatu individu. Dengan demikian, penyakit ataupun gangguan yang bersangkutan dengan otak tentunya tidak dapat diremehkan dan dianggap sepele.
Lalu, tahukah kamu apa saja penyakit maupun gangguan yang dapat terjadi pada otak? Yuk, simak 5 penyakit serta gangguan pada otak yang mungkin belum kamu ketahui!
1. Afasia
Poin pertama ini bukanlah merupakan suatu penyakit, melainkan gejala yang menandakan adanya kerusakan pada otak belahan kiri, yaitu afasia. Penderita afasia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan berbahasa sehingga para penderita biasanya membutuhkan media lain yang dapat membantu proses komunikasi.
ADVERTISEMENT
Stroke merupakan salah satu penyebab utama kasus afasia. Jika kamu mengamati bahwa orang yang terkena stroke biasanya akan kesulitan dalam melakukan komunikasi. Hal tersebut disebabkan penyumbatan pembuluh darah yang terjadi di otak akan menyebabkan kematian sel otak dan berpengaruh terhadap bagian otak yang memproses bahasa. Pengobatan untuk gangguan ini tergantung dari berat atau tidaknya kerusakan yang terjadi. Untuk kondisi yang cukup berat, hal yang dapat dilakukan untuk mengobatinya antara lain adalah dengan bantuan terapi, mengonsumsi obat-obatan, hingga operasi.
2. Alzheimer
Penyakit yang satu ini mungkin sudah sering kamu dengar karena penyakit ini merupakan penyakit yang sangat umum terjadi di belahan dunia mana pun, khususnya pada orang yang sudah berusia 65 tahun keatas. Perilaku yang ditunjukkan oleh penyakit ini adalah menurunnya daya ingat dan kemampuan berpikir, serta gejalanya mirip dengan kepikunan yang kerap terjadi pada orang tua.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya kutipan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, pencegahan penyakit Alzheimer dapat kita lakukan sedari muda, lho! Gaya hidup yang dapat kita lakukan agar saat tua dapat terhindar dari alzheimer adalah dengan membiasakan diri mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, berolahraga yang cukup, menghindari konsumsi rokok dan alkohol, serta menjaga berat badan agar tetap ideal.
3. Disleksia
Jika kamu pernah menemukan orang yang tidak bisa membaca sebuah tulisan karena tulisan tersebut terlihat seperti menari-nari maka kamu bertemu dengan satu dari segelintir orang istimewa. Hal semacam itu dapat terjadi karena orang tersebut mengalami gangguan terhadap kemampuan membaca dan menulis yang disebut disleksia. Sebuah jurnal melaporkan bahwa kelainan neurobiologis menjadi kecenderungan pemicu disleksia. Gangguan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat, baik dalam pengejaan maupun pengkodean simbol. Oleh karena itu, anak-anak penderita disleksia biasanya mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri saat belajar di sekolah formal.
ADVERTISEMENT
Gangguan ini bahkan sempat diangkat menjadi topik utama dalam film legendaris asal India berjudul Taare Zaamen Par yang digarap oleh Aamir Khan dan Amole Gupte. Film ini berhasil menarik banyak penikmat film dan membuka insight baru akan disleksia sehingga orang mengubah pandangan mereka bahwa disleksia merupakan suatu keistimewaan yang tidak perlu disudutkan.
Hingga saat ini, pencegahan terhadap gangguan ini sepertinya mustahil dilakukan. Akan tetapi, diagnosis dini serta penanganan yang tepat setidaknya dapat meminimalisir gangguan belajar dan perkembangan pada anak disleksia.
4. Epilepsi
Kamu mungkin sudah tidak asing oleh penyakit yang satu ini. Epilepsi atau yang lebih dikenal dengan penyakit ayan merupakan penyakit yang berhubungan dengan kerusakan pada sistem saraf manusia. Penyakit ini merupakan satu dari sekian gangguan otak yang memengaruhi fungsi kongnitif pada otak manusia.
ADVERTISEMENT
Penyakit epilepsi dapat berpotensi mengganggu aktivitas sehari-hari penderita karena menyerang beberapa fungsi penting pada otak. Dilansir dari situs resmi alodokter, beberapa gejala yang dapat ditemukan oleh penderita epilepsi sebelum penderita mengalami kejang-kejang adalah kesemutan, mati rasa, nyeri, atau dapat pula merasakan panas maupun dingin di bagian tubuh tertentu.
Jika kamu menemukan pengidap epilepsi sedang mengalami gejala-gejala tersebut, jangan panik dan lakukan penanganan yang tepat ya! Adapun obat yang dapat membantu penderita epilepsi adalah obat dengan jenis antiepilepsi.
5. Skizofrenia
Jika kamu pernah menonton film populer berjudul A Beautiful Mind atau The Soloist, setidaknya kamu telah mengenal gangguan yang terakhir ini. Gangguan pada otak yang terakhir adalah skizofrenia. Skizofrenia juga merupakan bagian dari penyakit mental serius yang menimbulkan halusinasi, delusi, hingga perubahan sikap pada pengidapnya. Dilansir dari website hellosehat, beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengidap skizofrenia adalah faktor keturunan, infeksi virus selama di kandungan, serta konsumsi obat-obatan yang dapat mengubah proses berpikir pada otak.
ADVERTISEMENT
Penderita skizofrenia di Indonesia umumnya terjadi pada masyarakat dengan usia sekitar 18-45 tahun. Sebuah penelitian juga melaporkan bahwa 99% pasien di rumah sakit jiwa di Indonesia adalah penderita skizofrenia. Angka tersebut tentunya bukan merupakan jumlah yang sedikit, bukan? Sayangnya, penderita skizofrenia masih sering mendapat diskriminasi dan pandangan buruk dari lingkungan sekitarnya. Hal ini membuat para penderita seringkali enggan menonjolkan diri dalam lingkungan karena takut akan diberikan perlakuan yang buruk.
Untuk itu, hendaklah kita senantiasa merangkul siapa pun sekalipun dia memiliki gangguan pada kesehatan mental maupun fisiknya, serta mengulurkan tangan kepada siapa pun yang membutuhkan atensi agar mereka dapat menjalankan kehidupan dan menggapai impian seperti orang normal lainnya.
Source:
Cahyaningtiyas, I. A. (2019, November). Penggunaan Ekspresi Berbahasa pada Penderita Afasia Motorik Transkortikal. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 3, No. 2).
ADVERTISEMENT
Idayati, R. (2011). Pengaruh radiasi handphone terhadap kesehatan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 11(2), 115-120.
Lidwina, S. (2012). Disleksia berpengaruh pada kemampuan membaca dan menulis. JURNAL STIE SEMARANG (EDISI ELEKTRONIK), 4(3), 09-18.
Amelia, D. R., & Anwar, Z. (2013). Relaps pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(1), 53-65.
Arif, I.S. (2006). Skizofrenia (Memahami dinamika keluarga pasien). Bandung: Refika Aditama.
www.alodokter.com
www.halodoc.com
www.hellosehat.com