Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bahasa Indonesia Masih Terjajah
28 Oktober 2021 17:43 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Azmi Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Alinea ketiga dari ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”.
ADVERTISEMENT
Itulah yang tercatat dalam sejarah Indonesia. Ikrar dan janji para pendiri Indonesia itu memiliki tujuan untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Bangsa Indonesia.
Bahasa mencerminkan identitas suatu bangsa. Seperti Indonesia, yang memiliki beragam bahasa daerah yang memperjelas identitas bangsa kita. Keberagaman bahasa itu mampu disatukan dengan satu bahasa, yaitu Bahasa Indonesia seperti yang tertera dalam ikrar Sumpah Pemuda.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan wajib diterapkan dalam kegiatan kenegaraan. Selain itu, Bahasa Indonesia juga dijadikan bahasa pengantar di ruang lingkup pendidikan. Mulai dari sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Hal itu diharapkan agar Bahasa Indonesia tetap terlihat keberadaannya dan penggunaannya masih relevan di tengah masyarakat saat ini.
Dewasa ini, penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di masyarakat belum sepenuhnya digunakan bahkan semakin tersisihkan, terutama di kalangan remaja. Dalam perkembangannya kita tidak bisa mengelak masuknya bahasa lain. Alih-alih bahasa asing itu untuk memperkaya pembendaharaan kata Bahasa Indonesia, justru sebaliknya. Bahasa-bahasa asing yang masuk cenderung menggerus dan seolah menggantikan keberadaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Dalam berbahasa, yang terpenting lawan bicara dapat memahami informasi yang kita berikan tanpa harus menggunakan bahasa yang baik dan benar seperti yang terdapat dalam Bahasa Indonesia. Jadi apa salahnya?”
Alasan seperti itu sering muncul dalam interaksi masyarakat. Seolah alasan itu sudah menjadi hal yang dianggap biasa oleh masyarakat. Dampaknya, penggunaan Bahasa Indonesia di kalangan masyarakat semakin terabaikan.
Pergeseran Penggunaan Bahasa Indonesia
Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar saat ini sulit ditemukan dan cukup memprihatinkan. Pasalnya remaja zaman sekarang cenderung menggunakan bahasa yang dianggap “kekinian” yang lebih kita kenal sebagai bahasa gaul. Dengan adanya media sosial juga mempengaruhi penggunaan bahasa remaja kita. Mereka menjadi tahu dan menggunakan ungkapan-ungkapan yang sedang menjadi tren di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Disadari atau tidak, intervensi bahasa gaul saat ini kerap muncul tidak hanya di pergaulan. Bahasa gaul terkadang muncul di situasi resmi yang mengakibatkan terciptanya penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak baik dan salah.
Dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia sudah mengalami pergeseran. Tanpa disadari kita menggunakan kata “udah, aja, emang” padahal kata yang benar adalah “sudah, saja, memang”. Contoh lainnya “gimana” yang seharusnnya “bagaimana”, “ gini, gitu” yang seharusnya “begini, begitu”, “bener, sebel, seneng” yang seharusnya tertulis “benar, sebal, senang” dan masih banyak contoh lainnya.
Pengaruh Media Sosial dalam berbahasa
Maraknya penggunaan bahasa seperti itu tidak luput dari berkembangnya teknologi media. Baik media sosial maupun media konvensional. Tidak dapat dipungkiri, saat ini remaja cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermedia sosial. Mereka berinteraksi dengan menggunakan bahasa gaul chatting.
ADVERTISEMENT
Penggunaan bahasa gaul yang lebih mudah, lebih sederhana dan dapat saling dapat memahami satu sama lain ,para remaja ini lebih memilih menggunakan bahasa gaul untuk berinteraksi sehari-hari. Sehingga berdampak pada Bahasa Indonesia yang semakin pudar dan bahkan dianggap kuno.
Dilema Berbahasa Indonesia
Pada era globalisasi, mungkin kita sedang dalam keadaan dilema dalam berbahasa. Di satu sisi kita menginginkan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa modern yang dapat mengikuti perkembangan zaman, Namun disisi lainnya, disaat interaksi global terjadi, kita melunturkan identitas bangsa kita dengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing, bahasa gaul sebagai lambang kemodernan. Maka tidak heran, masyarakat khususnya para remaja lebih menggunakan bahasa asing dan bahasa gaul karena tidak ingin disebut ketinggalan zaman.
ADVERTISEMENT
Apabila fenomena ini dibiarkan, lambat laun Bahasa Indonesia yang baik dan benar akan terancam tersisihkan oleh bahasa asing dan bahasa gaul ini. Berbahasa erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Jika generasi Indonesia semakin jauh dengan Bahasa Indonesia yang semestinya, mungkin keberadaan Bahasa Indonesia akan semakin berat dalam memikul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas Bangsa Indonesia.