Bedug, Bukti Akulturasi Budaya yang Mulai Sirna

Muhammad Azmi Rizal
Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad
Konten dari Pengguna
12 Mei 2021 16:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Azmi Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi Bedug (foto: Valentina Pescape/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Bedug (foto: Valentina Pescape/Unsplash)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seluruh masyarakat muslim di Indonesia mungkin sudah sangat familiar dengan bedug. Benda berbentuk tabung dengan berbagai ukuran dan biasanya terdapat di bagaian depan sebuah masjid.
ADVERTISEMENT
Suara bedug merupakan salah satu suara yang dirindukan, terutama di bulan suci Ramadhan. Hal itu karena pada masanya, bedug digunakan untuk pengingat bahwa sudah memasuki waktu shalat. Biasanya suara pukulan bedug juga di bulan Ramadhan identik dengan adzan magrib yang tentunya dinantikan oleh umat muslim untuk berbuka puasa.
Apabila menilik sejarah, Keberadaan bedug di Indoenesia dipengaruhi juga oleh Tiongkok. Pada saat itu, pasukan Tiongkok melakukan perjalanan ke tanah Jawa. Mereka menggunakan bedug untuk memberi tanda baris-berbaris kepada pasukan yang mengiringi. Mereka bertemu dengan salah satu raja di Semarang dan sebagai bentuk perpisahan, raja dari Semarang itu ingin mendengarkan suara bedug yang dating dari masjid. Karena permintaannya, bedug mulai menjadi salah satu bagian masjid di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, saat ini keberadaan bedug di masjid -masjid mulai jarang ditemui. Apalagi pada masjid di kota -kota besar. Meskipun ada beberapa masjid masih terdapat bedug dibagian depannya terutama di wilayah kota kecil dan pedesaan. suara pukulan bedug di saat berbuka puasa-pun sudah jarang terdengar apalagi untuk pengingat shalat 5 waktu.
Perkembagan teknologi mungkin mempengaruhi eksistensi bedug di masjid -masjid. Apabila melihat di sekeliling kita, keberadaan dan fungsi bedug sudah tergantikan dengan teknologi pengeras suara. Hal tersebut dikarenakan, suara yang dikeluarkan oleh pengeras suara lebih dapat menjangkau area yang lebih luas. Bahkan, di beberapa tempat untuk menandakan untuk berbuka puasa bedug sudah tidak digunakan dan digantikan dengan suara sirine dengan menggunakan pengeras suara.
ADVERTISEMENT
Untuk mempertahankan keberadaan bedug, Saat ini mulai berkembang aneka festival dan lomba tabuh bedug di berbagai daerah. Bedug sudah melekat dengan budaya bangsa kita, mesikipun eksistensinya saat ini sudah mulai sulit dijumpai. Meskipun kegunaannya sudah digantikan. Namun kita masih bisa menikmati suara bedug di setiap acara -acara tertentu. Seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.