Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memberikan Pendidikan Seksual Usia Dini, Apakah Tepat ?
1 Mei 2021 10:16 WIB
Tulisan dari Muhammad Azmi Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cukup banyak pemberitaan yang membahas mengenai kekerasan seksual, pelacuran, hamil diluar nikah. Hal itu akan lebih disayangkan apabila terjadi kepada remaja yang dapat dikatakan masih dibawah umur. Mengapa hal itu dapat terjadi kepada remaja di Indonesia ?
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, pembahasan mengenai seksualitas memang dianggap tabu. Seksualitas dianggap oleh sebagian orang adalah hanya mengenai pornografi atau konten dewasa yang diperuntukan untuk orang dewasa saja. Seksualitas meliputi beberapa aspek yang meliputi jenis kelamin, hubungan reproduksi, sikap, nilai, perilaku, gender, kesenagan dan orientasi seksual.
Keluarga sebagai Media Pendidikan Seksual
Keluarga merupakan kelompok kecil dalam lingkungan masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, serta anak. Mereka tinggal dalam satu rumah dimana posisi kepala keluarga dipegang oleh ayah. Dalam kehidupan manusia, keluarga adalah hubungan paling dekat yang dialami antar anggotanya, terutama bagi anak. Anak-anak merasa bahwa keluarga merupakan tempat dimana mereka menyerap segala macam informasi, tempat berinteraksi, dan menghabiskan sebagian besar waktu dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Orang tua kerap mengajarkan anak mengenai dasar-dasar nilai dalam kehidupan agar anak bisa beradaptasi dengan lingkungan disekitar mereka. Hal itu berlaku pula pada pendidikan seks. Pada hakikatnya, keluarga merupakan perwujudan dari dasar pendidikan seksual dimana suami-istri terlibat dalam suatu ikatan perkawinan dan melakukan hubungan biologis untuk memperoleh keturunan. Orang tua disini perlu menjadi fasilitator mengenai pendidikan seksual.
Pendidikan seksual merupakan hal yang perlu diberikan terutama oleh orang tua kepada anaknya agar dapat bersikap dan berprilaku dan memiliki pengetahuan mengenai seksualitas di lingkungan bermasyarakat. Namun strereotip masyarakat bahwa pendidikan seksual itu seolah hal yang yang vulgar menjadikan orang tua enggan membahas seksual di depan anaknya.
Prof. Sarlito Wiryawan, guru bear Psikologi Universitas Indonesia beranggapan bahwa masyarakat di Indonesia kurang mendapatkan pemahaman dan pendidikan yang tepat mengenai seksualitas. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan tingginya angka penularan penyakit menular seksual. Dampak lainnya yaitu meningkatnya angka pergaulan bebas, pelacuran, kekerasan seksual dan hamil diluar nikah yang dialami remaja.
ADVERTISEMENT
Pengetahuan mengenai seksual merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh anak-anak. Dengan memberikan pendidikan seksual, anak jadi memehami bahwa seksual itu tidak hanya hubungan antara pria dan wanita, akan tetapi menyangkut seperti apa untuk bersikap, berperilaku, dan pendidikan seksual juga bagian dari kesehatan tubuh yang perlu dijaga.
Dikarenakan di Indonesia hal yang berbau seksual dianggap hal yang tabu, sebagian orang tua cenderung menghindar apabila anaknya menanyakan mengenai seksual. Hal seksual seringkali langsung diahubungkan dengan pendidikan agama yang menyangkut pautkan dengan dosa, neraka, haram dan lainnya. Komisioner Komnas Perempuan Mariana Amiruddin berpendapat bahwa pendidikan itu tidak dapat disamakan dengan kepercayaan. Sebagai makhluk sesksual, manusia perlu mengetahui apa fungsi, bagaimana cara kerjanya, pada usia berapa dan bagaiman perkembangannya dari tubuh kita ini. Maka dari itu, Pendidikan seksual itu tidak bisa disamakan dengan pendidikan agama yang mana seks dianggap tabu dan haram.
ADVERTISEMENT
Menurut Sarlito, Pendidikan seks tidak boleh didasarkan atas kecurigaan orang tua atas anaknya bahwa anaknya akan melakukan seks sebelum waktunya. Usaha untuk menutupi dengan dalih sanksi agama akan menjadikan anak – anak menghindari pembicaaran mengenai seks kepada orang tua. Namun sejatinya anak akan melakukannya karena hasrat seksual akan timbul dengan sendirinya saat akil balig baik dengan diiringi pendidikan mengenai seks maupun tidak.
Beda umur, beda cara penyampaian
Saat berbicara dengan anak remaja, sampaikan dengan cara yang halus dan berikan mereka berpendapat mengenai isu-isu tertentu, seperti seks oral atau isu-isu seksualitas secara umum, tetapi sesuai dengan konteks nilai keagamaan, keluarga dan personal.
Jika anak remaja terlihat ada yang menonton porno, jangan terlebih dahulu memarahinya. Tetapi kesempatan ini membuka diskusi orangtua dengan anak remaja menge
nai apa saja yang telah ia lihat dan sampaikan padanya vbahwa penasaran terhadap hal seks sangat lumrah. Sebagai orangtua, kesempatan ini untuk meluruskan dan dunia film porno mungkin memiliki resiko, dan juga bahwa bersifat personal,juga hal yang privat bagi orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Berbagai factor mungkin dari teman sebaya, kesepian, dan, rasa ingin tahu tinggi, memgarahkan beberapa remaja dalam aktivitas seksual. Tidak usah terburu-buru dengan mengingatkan bahwa kepada remaja bahwa seks adalah perilaku orang dewasa.
Selain itu, jelaskan pula bahwa segala seks atas dasar pemaksaan adalah bentuk pemerkosaaan, tidak peduli pelaku adalah orang tidak dikenal maupun yang mereka kenal. Selalu tekankan kepada remaja bahwa tidak adalah tidak dan beritahu juga agar tidak mengkonsumsi alcohol maupun obat- obatan yang merusak kemampuan dalam pengambilan keputusan soal seks dan berujung kekerasan seksual.
Kurangnya pengetahuan mengenai edukasi seksual bisa menjadi faktor utama dibalik kegagalan penyampaian materi pendidikan seksual. Oleh karena itu, orang tua disini dituntut agar memiliki wawasan yang luas mengenai pendidikan seksual. Tidak hanya wawasan saja, teknik penyampaian pun perlu diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi kesalahpahaman antar orang tua dan anak.
ADVERTISEMENT
Masyarakat secara umum masih banyak yang menganaggap bahwa pendidikan seks murni bagaimana cara melakukan hubungan seksual antar lawan jenis. Kebanyakan merasa keberatan jika pendiidkan seksual disampaikan pada anak, karena dianggap terlalu tabu dan vulgar, dan budaya ini terus terjadi hingga zaman sekarang. Pendidikan seksual perlu diberikan secara terintegrasi dengan disesuaikan pada norma agama dan nilai moral yang berlaku.
Seks merupakan bagian penting dalam kehidupan, karena dengan berhubungan seksual maka keturunan manusia yang baru akan tercipta. Paradigma baru bahwa seks bukanlah sesuatu yang bersifat tabu perlu diciptakan. Dalam agama, pendidikan seksual usia dini merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan untuk diberikan pada anak. Jadi alasan utama pendidikan seksual masih bersifat tabu adalah faktor budaya yang sudah bersifat turun-temurun dari zaman dahulu hingga sekarang, dan kita perlu merubahnya karena pendidikan seksual bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan baik secara moral maupun agama.
ADVERTISEMENT