Konten dari Pengguna

Penembakan Trump: Dampak Penggunaan Senjata Api Terhadap HAM di Amerika Serikat

Azra Zerlina Haryati
International Relations freshman student at Universitas Islam Indonesia.
18 Juli 2024 17:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azra Zerlina Haryati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kandidat presiden dari Partai Republik sekaligus mantan Presiden Donald Trump, dikelilingi oleh agen Dinas Rahasia AS saat terjadi penembakan dalam kampanye di Butler, Pennyslvania, Sabtu, 13 Juli 2024. Foto: Evan Vucci/AP
zoom-in-whitePerbesar
Kandidat presiden dari Partai Republik sekaligus mantan Presiden Donald Trump, dikelilingi oleh agen Dinas Rahasia AS saat terjadi penembakan dalam kampanye di Butler, Pennyslvania, Sabtu, 13 Juli 2024. Foto: Evan Vucci/AP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada 13 Juli 2024 lalu, Donald Trump mengalami insiden penembakan saat berkampanye di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat. Tak hanya melukai telinga Donald Trump, rentetan tembakan itu juga menewaskan satu warga sipil dan dua orang lainnya terluka.
ADVERTISEMENT
Insiden ini bukan cuma jadi serangan kepada mantan Presiden AS tersebut. Insiden ini juga menjadi cerminan dari masalah yang lebih besar mengenai penggunaan liar senjata api di AS.
Kejadian ini menyoroti ancaman serius terhadap hak asasi manusia, khususnya hak untuk hidup dan keamanan pribadi. Kekerasan bersenjata tidak hanya membahayakan tokoh politik tetapi juga warga sipil, menciptakan lingkungan yang tidak aman, dan menimbulkan rasa takut.
Penembakan Trump menimbulkan pertanyaan soal mengapa senjata api bisa diizinkan bebas beredar di AS. Senjata yang digunakan oleh pelaku, Thomas Matthew Crooks, diperoleh secara legal. Struktur sosial di AS memungkinkan warga memiliki senjata api, yang sering kali dijustifikasi dengan alasan untuk melindungi diri.
Di AS kebebasan ini justru menimbulkan maraknya kekerasan dengan senjata api, yang telah menjadi ancaman besar terhadap HAM, termasuk hak untuk hidup, hak mendapat kebebasan, dan hak mendapatkan keamanan pribadi. Kasus-kasus penembakan massal, kekerasan geng, hingga penembakan terhadap Trump menunjukkan bahwa kepemilikan senjata api yang tak terkontrol bisa berujung pada pelanggaran HAM serius.
Petugas keamanan memeriksa lokasi setelah suara tembakan terdengar saat rapat umum kampanye di Butler Farm Show di Butler, Pennsylvania, AS, Sabtu (13/7/2024) waktu setempat. Foto: Brendan McDermid/REUTERS
Menurut laporan BBC, AS merupakan salah satu negara dengan tingkat kepemilikan senjata api tertinggi di dunia. Hal ini rupanya juga diiringi dengan seringnya kekerasan dengan senjata yang mengakibatkan ribuan nyawa melayang dan korban luka setiap tahunnya. Kasus penembakan Trump jadi pengingat menyakitkan tentang risiko yang dihadapi banyak warga AS setiap hari.
ADVERTISEMENT
Kejadian penembakan Trump menegaskan pentingnya regulasi senjata api yang lebih ketat di AS. Kebijakan yang efektif harus diterapkan untuk membatasi akses terhadap senjata api bagi individu yang berpotensi melakukan kekerasan.
Langkah-langkah seperti pemeriksaan latar belakang yang lebih ketat, pembatasan jenis senjata yang dapat dimiliki, dan penegakan hukum yang tegas terhadap kepemilikan senjata ilegal sangat penting untuk melindungi hak asasi manusia.
Penembakan terhadap tokoh politik seperti Trump juga memiliki dampak sosial dan politik yang signifikan. Kekerasan terhadap pemimpin politik dapat mengganggu proses demokrasi dan menciptakan ketakutan di kalangan masyarakat. Hal ini dapat menghambat partisipasi politik dan mengancam stabilitas politik serta sosial.
Perlunya regulasi senjata yang lebih ketat dan tindakan pencegahan yang efektif adalah kunci untuk melindungi hak hidup dan keamanan semua individu. Hanya dengan langkah-langkah ini, kekerasan bersenjata dapat diminimalisasi dan hak asasi manusia dapat lebih terjamin di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT