news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Usaha dan Tantangan Arab Saudi dalam Mewujudkan Arab Vision 2030

Azyumardi Mumtazul Umam
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
11 Januari 2023 5:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azyumardi Mumtazul Umam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bendera Arab Saudi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bendera Arab Saudi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Arab Saudi adalah sebuah Negara Monarki Absolut yang dipimpin oleh Salman bin Abdul Aziz Al Saud. Namun, secara De Facto pemerintahan dipimpin oleh Pangeran Muhammad bin Salman sebagai Perdana Menteri.
ADVERTISEMENT
Muhammad bin Salman Al Saud atau yang kerap disebut Pangeran MBS itu adalah seorang Wahabi Liberal yang menyusun dan memimpin proyek Arab Vision 2030.
Menurut MBS, ada beberapa hal yang memotivasinya untuk memajukan arab lewat Arab Vision 2030, di antaranya adalah pertumbuhan populasi yang akan meningkat pesat di tahun 2030 yang diperkirakan mencapai 8 juta jiwa.
Oleh karena itu, Arab dengan sumber daya alamnya yang terbatas terpaksa membuka berbagai sektor baru, sehingga Muhammad bin Salman Al Saud memperkirakan dapat membuka 1,8 juta lowongan pekerjaan baru.
Pangeran MBS mewakili Raja Salman mengikuti prosesi pencucian tahunan Ka'bah pada Selasa (16/8/2022) WIB. Foto: Twitter/MakkahRegion
MBS menetapkan tujuan yang sangat mulia untuk kemajuan Arab dan mencoba mengembalikan masa kejayaan Islam. Jika rencana Perdana Menteri Arab ingin menjadikan Arab sebagai negara yang terbuka dan tidak bergantung lagi dari sumber kekayaan dasar mereka, seperti minyak, gas, dan mineral.
ADVERTISEMENT
Saya pikir itu adalah jalan pembuka untuk bangsa timur tengah khususnya Arab untuk menjadi tolak ukur kemajuan dunia yang saat ini dipegang oleh negara-negara barat.
Belum lagi saat ini Arab mulai mengembangkan sektor layanan umum seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, rekreasi, dan pariwisata.
Selain memajukan beberapa sektor di atas, Muhammad bin Salman juga mulai memodernisasi kebudayaan Arab. Contohnya, pada Gender Equality (kesetaraan gender) seperti yang kita tahu arab masih kental dengan budaya patriarkinya.
Ilustrasi perempuan Arab. Foto: Shutterstock
Hal tersebut membuat perempuan-perempuan di Arab memiliki keterbatasan dalam mengolah pemerintahan, mendapatkan upah yang berbeda dengan pekerjaan yang sama seperti yang dilakukan laki-laki, dan tidak mendapatkan peluang untuk tampil di ruang publik.
Namun, kemudian mereka menjadi perempuan yang mulai terbuka dari cara berpakaian yang tidak lagi bercadar dan tidak berjilbab (meskipun tidak semuanya), dan diizinkannya perayaan festival Halloween yang mulai dilakukan akhir-akhir ini.
ADVERTISEMENT
Maksud saya di sini adalah jika kita kembali ke hukum islam, perempuan dilarang berpakaian terbuka dengan alasan menutup aurat dan pemerintah sebelumnya juga melarang adanya pemaparan aurat di negara Arab.
Inilah yang saya maksud dengan modernisasi kebudayaan yang dilakukan oleh MBS untuk Arab Vision 2030. Seperti yang kita tahu sebagian besar orang yang datang ke Arab setiap tahunnya adalah Muslim yang ingin menjalankan syariat-syariat islam.
Ilustrasi kota Neom, Arab Saudi. Foto: Franck Fife/AFP
Oleh karena itu, arab mulai membuka gerbang negaranya supaya para orang dari non islam juga bisa melihat arab yang indah sekaligus pemaparan islam yang damai dengan cara modernisasi dari kebudayaannya yang tertutup.
Melalui perkembangan internalnya Arab membangun banyak hal baru seperti membentuk NEOM sebagai kota futuristik, kemudian proyek Laut Merah dan Pulau Surga dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Tentu saja proyek-proyek ini menelan biaya ratusan miliar dolar Amerika Serikat, Bahkan Deputi Menteri Investasi Arab Saudi, Saad Al-Shahrani, mengatakan bahwa proyek Vision 2030 secara kumulatif akan menarik investasi senilai US$ 3,3 triliun dan US$ 480 miliar penanam modal asing pada periode 2021–2030.
Jika dikonversikan ke rupiah dengan kurs Rp 15.600 per dolar Amerika, maka nilai investasi tersebut nyaris mencapai Rp 59 triliun.
www.pexels.com
Selain peningkatan secara internal, ada juga beberapa hal eksternal yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Arab baru-baru ini.
Salah satunya adalah kedatangan Ronaldo di Al-Nassr klub yang membuat liga sepakbola Arab dikenal dan mendapatkan hak siar yang tinggi melebihi hak siar Liga Asia.
Hal ini tidak bisa diremehkan karena kehadiran Ronaldo sebagai bintang sepak bola dunia pasti membuat para loyal follower (pendukung setianya) penasaran sehingga membuat mereka menonton langsung di Arab.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu, mereka juga dapat meningkatkan pendapatan dari tiket pertandingan dan iklan maupun dapat meningkatkan sektor pariwisata Arab.
Pangeran MbS menyaksikan pengambilan sumpah secara virtual sejumlah dubes, termasuk Inas binti Ahmed Al Shawan sebagai dubes untuk Swedia dan Islandia. Foto: Kemlu Arab Saudi
Dari banyak pemikiran liberal di atas, dapat dipastikan bahwa banyak ulama konservatif (tradisional) yang belum bisa menerima kemajuan yang direncanakan Muhammad bin Salman tersebut.
Jika para ulama konservatif dapat berjalan bersama dan menerima perubahan tersebut, maka Arab bisa dikatakan sukses. Oleh karena itu, tugas para ulama di sini adalah harus menemukan metode dakwah yang cocok dengan era globalisasi sekarang ini sehingga Islam tidak tenggelam di tengah perkembangan zaman.
Bagaimanapun juga, menurut saya perkembangan Arab akan ditantang dengan adanya para ulama dan penduduknya yang konservatif yang sulit menerima perkembangan yang terlalu signifikan, ini dikarenakan pemerintahan yang liberal oleh MBS.
ADVERTISEMENT
Saya berharap perkembangan Arab ini bisa menjadi pembuka kembali masa kejayaan Islam sekaligus Timur Tengah di industry 4.0 ini.