Konten dari Pengguna

Gastritis dan Mahasiswa: Fenomena yang Tak Terpisahkan

Azzahra Kamila Afandi
MAHASISWI KEPERAWATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
7 Juni 2022 22:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azzahra Kamila Afandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah kamu seorang mahasiswa?
Tugas yang menggunung serta padatnya kegiatan sosial dan berorganisasi tentu sudah jadi konsumsi rutin harian. Sebagai agen perubahan, mahasiswa dituntut untuk serba bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Kombinasi antara usia yang relatif muda serta kebebasan yang baru saja dimiliki jadi ramuan mujarab yang konon ampuh mensukseskan tergapainya mimpi dan ambisi demi masa depan gemilang.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, mereka kerap menumbalkan hal yang dianggap kecil dan remeh seperti mengatur pola makan. Sederhana memang, tapi seolah kegiatan ini mereka anggap sebagai ancaman yang dapat merenggut waktu yang terasa begitu sempit sehingga menghindar atau menunda makan diambil sebagai jalan pintas yang ternyata semu.
Sementara di saat yang bersamaan, banyaknya tuntutan yang sedang mereka usahakan memicu meningkatnya stres sehingga sang mahasiswa begitu rentan terhadap masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering timbul akibat pola makan tidak teratur atau juga karena stres adalah gastritis.

Seputar Gastritis: Penyebab dan Gejala

Gastritis atau yang biasa dikenal dengan istilah maag merupakan peradangan pada mukosa atau dinding lambung yang terjadi akibat produksi asam lambung berlebih. Penyakit ini timbul oleh beberapa faktor penyebab diantaranya pola makan tidak teratur, terlambat makan atau menunda waktu makan, makan yang terlalu cepat, serta mengkonsumsi makanan pedas, asam, dan berminyak. Selain itu, gastritis juga dapat dipicu oleh konsumsi minuman kafein dan beralkohol, merokok, serta stres fisik maupun psikis. Sering mengkonsumsi makanan instan seperti junk food (makanan cepat saji) dan mie instan juga bisa menyebabkan gastritis.
ADVERTISEMENT
Seorang penderita gastritis akan mengalami keluhan rasa tidak nyaman pada perut bagian atas, mual, muntah, lemas, perut kembung, terasa sesak, nyeri pada ulu hati, nafsu makan berkurang, sakit kepala, keringat dingin, sering bersendawa, dan pada kondisi yang lebih parah menyebabkan muntah darah (Wahyuni, et.al., 2017).

Angka Kematian Akibat Gastritis

Departemen Kesehatan RI mencatat angka kejadian gastritis di Indonesia mencapai 40.8%. Prevalensi di Indonesia juga cukup tinggi dengan 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Gastritis berada pada urutan keenam untuk kasus pasien rawat inap di rumah sakit dan berada pada urutan ketujuh pada pasien rawat jalan (Suwindri, 2021).
Banyak anggapan bahwa gastritis merupakan penyakit yang umum dan wajar sehingga dianggap remeh, padahal dalam hitungan per 100 ribu orang, gastritis di Indonesia mempengaruhi kematian 4 dari 12 orang (Maharani, et.al., 2021). World Health Organization (WHO) pun mencatat angka kematian akibat gastritis di dunia terus meningkat menjadi 47.269 kasus pada tahun 2015 (Maidartati, et.al., 2021).
ADVERTISEMENT

Data Penelitian Kejadian Gastritis pada Mahasiswa

Gastritis bisa menyerang semua tingkat usia, namun lebih banyak dialami oleh rentang usia 15-25 tahun yang merupakan kategori remaja awal dan remaja akhir (Maidartati, et.al., 2021). Aldelina (2019) menjabarkan bahwa penderita gastritis terbanyak terjadi pada remaja usia 19-20 tahun dimana pada usia tersebut remaja telah memasuki dunia perkuliahan dan menjadi seorang mahasiswa. Berikut ini adalah beberapa penelitian kejadian gastritis pada mahasiswa, diantaranya:
ADVERTISEMENT
Mahasiswa seringkali menunda waktu makan demi menyelesaikan tugas perkuliahan, sehingga waktu yang semestinya digunakan untuk makan bukan lagi menjadi prioritas penting. Hal ini sesuai dengan yang digambarkan oleh (Fitri, et.al., 2013) bahwa 51.3% mahasiswa tidak pernah makan tepat waktu, 33.3% jarang sarapan, 59.0% selalu makan dua kali sehari, 46.1% selalu terlambat makan, dan 51.3% menunggu lapar dahulu baru makan.
Mahasiswa juga cenderung tidak memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. Mereka seringkali mengkonsumsi makanan yang bersifat merangsang seperti makanan pedas, asam, dan berlemak. Gaya hidup mahasiswa juga sangat mempengaruhi kejadian penyakit gastritis. Kebiasaan mengkonsumsi mie instan sepertinya sudah menjadi hal biasa di kalangan mahasiswa terutama anak kos. Sebagian besar mahasiswa juga gemar meminum kopi karena dipercaya dapat menghilangkan rasa kantuk.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya pola makan, stres yang dialami oleh mahasiswa pun kerap kali menjadi sebab mahasiswa terkena gastritis. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan (Novitasary et al., 2017) yang menyatakan bahwa cemas dan stres merupakan faktor gastritis pada mahasiswa dengan 73,2 % respondennya mengalami gastritis akibat cemas dan stres. Saat mahasiswa mengalami masalah psikologi seperti cemas dan stres, saraf otonom akan terangsang sehingga terjadi peningkatan sekresi gastrik dan merangsang peningkatan produksi asam lambung.

Solusi

Meskipun gastritis menjadi penyakit dengan angka kejadian sangat banyak, pengetahuan dan kesadaran mengenai gastritis di kalangan mahasiswa masih kurang sehingga beresiko untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan pemicu gastritis dan akhirnya menderita gastritis. Gastritis yang dianggap remeh atau tidak diberi pengobatan bisa berakibat pada kekambuhan secara terus-menerus dan berpotensi merusak fungsi lambung, meningkatkan risiko terkena kanker lambung, hingga menyebabkan kematian. Atas dasar hal tersebut diperlukan berbagai upaya untuk mengatasi gastritis, diantaranya:
ADVERTISEMENT
Pilih makanan yang seimbang sesuai kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, makan dalam porsi kecil tetapi sering, konsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti buah dan sayur, serta hindari makanan pedas, asam, dan berlemak.
Stres bisa berkurang dengan mengalihkan pikiran ke hal positif, seperti: berlibur, melakukan hobi yang disukai, atau berolahraga. Tidur yang cukup juga dapat mengurangi stres dan membuat tubuh menjadi rileks.
Akhirnya, setiap pengabaian yang dilakukan hari demi hari sama halnya dengan menyemai ranjau di kebun sendiri. Gastritis bisa meledak kapan dan dimana saja, tanpa kompromi sesibuk dan semenumpuk apa jadwalmu saat itu. Mengerikannya lagi, masalah yang lebih besar bisa timbul dikemudian hari yang kemudian bisa menjadi penjegal semesta di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Apakah kamu mau, masa mudamu yang sudah dihabiskan mengejar cita diganjar masa tua untuk habis menderita?

Daftar Pustaka

Amanda, K.A., et.al. (2021). Hubungan Pola Makan dan Stres dengan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun. Scientific Periodical of Public Health and Coastal Health, 3(2), 75-86.
Maharani, R., et.al. (2021). Perilaku Pencegahan Gastritis pada Mahasiswa Kesehatan di STIKES Hang Tuah Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Global, 4(2), 75-83.
Maidartati, Ningrum, T.P., & Fauzia, P. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis pada Remaja di Bandung. Jurnal Keperawatan Galuh, 3(1), 21-28.
Novitasary, A., sabilu, Y., & Ismail, C. (2017). Faktor Determinan Gastritis Klinis pada Mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1-11.
ADVERTISEMENT
Sitompul, R & Wulandari, I.S. (2021). Hubungan Tingkat Kecemasan dan Pola Makan Terhadap Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Profesi Ners Universitas Advent Indonesia. Community of Publishing In Nursing (COPING), 9(3), 258-265.
Suwindri, et.al. (2021). Faktor Penyebab Kejadian Gastritis di Indonesia. Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), 1(2), 209-223.
Wahyuni, S.D., Rumpiati, & Muji Lestariningsih, R. E. (2017). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada Remaja. Global Health Science, 2(2), 149-154.