Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Analisis Terhadap Kebijakan Efisiensi Anggaran Pemerintah
10 Maret 2025 14:59 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Raden Muhammad Azzam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kebijakan efisiensi anggaran pemerintah merupakan langkah strategis yang diambil untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya negara. Di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 yang menekankan efisiensi belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini mencakup pemangkasan anggaran sebesar Rp306,69 triliun, dengan rincian Rp256,1 triliun pada kementerian/lembaga dan Rp50,59 triliun pada transfer daerah.
Untuk memahami dampak kebijakan efisiensi anggaran ini, kita dapat menganalisisnya melalui tiga perspektif sosiologis utama: fungsionalis, konflik, dan interaksionisme simbolik.
Dari sudut pandang fungsionalis, setiap kebijakan pemerintah, termasuk efisiensi anggaran, bertujuan untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan dalam masyarakat. Efisiensi anggaran diharapkan dapat mengurangi pemborosan dan meningkatkan efektivitas program pemerintah, sehingga sumber daya dapat dialokasikan untuk program prioritas yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
Misalnya, pengurangan biaya operasional yang tidak esensial dapat dialihkan untuk mendukung program sosial seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan bantuan sosial lainnya.
Dengan demikian, kebijakan ini berfungsi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Namun, perspektif konflik menyoroti bahwa kebijakan efisiensi anggaran dapat menciptakan atau memperdalam ketimpangan sosial. Pemangkasan anggaran yang tidak selektif berpotensi mengurangi layanan publik yang vital bagi kelompok rentan, seperti program pendidikan dan kesehatan. Hal ini dapat memperlebar kesenjangan antara kelas sosial, di mana kelompok yang lebih mampu dapat mengakses layanan secara privat, sementara kelompok kurang mampu semakin terpinggirkan. Selain itu, alokasi dana hasil efisiensi untuk proyek strategis seperti pendirian holding company BUMN, Danantara, menimbulkan kekhawatiran terkait potensi korupsi dan manfaat yang tidak merata bagi masyarakat.
Melalui perspektif interaksionisme simbolik, makna yang diberikan masyarakat terhadap kebijakan efisiensi anggaran sangat dipengaruhi oleh komunikasi dan transparansi pemerintah. Jika pemerintah dapat menjelaskan tujuan dan manfaat kebijakan ini secara jelas, masyarakat cenderung memberikan dukungan. Sebaliknya, kurangnya transparansi dapat menimbulkan kecurigaan dan resistensi. Misalnya, jika masyarakat melihat bahwa efisiensi anggaran hanya berdampak pada pengurangan layanan publik tanpa ada peningkatan kualitas atau manfaat nyata, mereka mungkin menilai kebijakan ini sebagai bentuk pengabaian terhadap kebutuhan mereka. Oleh karena itu, strategi komunikasi yang efektif dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan menjadi kunci dalam membentuk persepsi positif terhadap kebijakan ini.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah beberapa aspek yang perlu dipahami dalam evaluasi efisiensi kebijakan yang harus diperhatikan
Efektivitas kebijakan efisiensi anggaran tergantung pada perencanaan dan implementasi yang tepat. Jika efisiensi difokuskan pada pengurangan pemborosan dan peningkatan produktivitas tanpa mengorbankan layanan publik esensial, kebijakan ini dapat mencapai tujuannya. Namun, jika pemangkasan anggaran dilakukan secara indiscriminatif, seperti pada sektor pendidikan dan kesehatan, hal ini dapat menurunkan kualitas layanan dan berdampak negatif pada kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah menghadapi tantangan dalam memastikan bahwa efisiensi anggaran tidak mengorbankan program-program yang vital bagi masyarakat. Selain itu, diperlukan mekanisme pengawasan yang kuat untuk mencegah penyalahgunaan dana hasil efisiensi. Tantangan lainnya adalah memastikan bahwa kebijakan ini tidak menimbulkan ketidakpastian investasi publik dan tidak mengurangi daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kebijakan efisiensi anggaran pemerintah memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat jika direncanakan dan diimplementasikan dengan cermat. Dari perspektif fungsionalis, kebijakan ini dapat mengurangi pemborosan dan meningkatkan efektivitas program pemerintah. Namun, perspektif konflik mengingatkan bahwa tanpa perencanaan yang tepat, kebijakan ini dapat memperdalam ketimpangan sosial. Sementara itu, perspektif interaksionisme simbolik menekankan pentingnya transparansi dan komunikasi efektif dalam membentuk persepsi positif masyarakat terhadap kebijakan ini. Oleh karena itu, pemerintah perlu memastikan bahwa efisiensi anggaran dilakukan secara selektif, transparan, dan dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan bersama.