Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Perkembangan Teknologi AI bagi Mahasiswa: Mengerikan atau Membantu?
25 Januari 2025 13:20 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Azza Muslimah Muldiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menganalisis, memecahkan masalah, melaksanakan tugas, pengenalan wajah dan keamanan, memberikan rekomendasi musik, serta membuat video atau foto, semua ini kini dapat dilakukan oleh AI , teknologi untuk mempermudah kehidupan manusia. Sulit dibayangkan apakah di masa depan, pekerjaan yang kita miliki saat ini akan digantikan oleh mesin-mesin ini. Bukan tidak mungkin mahasiswa yang menaruh kepercayaan 100% pada AI akan mengalami kesulitan di dunia kerja, atau lebih baik lagi di masa depan dunia kerja akan berkolaborasi dengan teknologi.
ADVERTISEMENT
“Kita harus menerima fakta bahwa AI itu ada dan berkembang, Dimana itu menjadi ancaman juga tantangan pada orang yang sudah terlena oleh buayan teknologi” tutur Dr. Phil. Wulan Widyasari. S.Sos., M.A., dosen Teknologi Komunikasi dan Informasi yang mengajar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
AI, teknologi berbasis mesin yang mempermudah kehidupan manusia dengan mempelajari tindakan dan pemahaman manusia melalui kode yang diubah menjadi data numerik. Teknologi yang awalnya hanya bisa menjawab pertanyaan, kini telah berkembang hingga dapat menciptakan gambar, dan terus berkembang.
Pesatnya kemajuan era digital memungkinkan kita hanya perlu duduk dan mengetik di ponsel untuk mendapatkan hasil secara instan. Tak hanya teks, AI juga mampu menghasilkan konten audio dan visual.
ADVERTISEMENT
Di Antara Berkat dan Kutukan: Ketika AI Memasuki Ruang Kuliah
Teknologi yang awalnya hanya bisa menjawab pertanyaan sederhana, kini mampu menganalisis, memecahkan masalah kompleks, hingga menciptakan konten kreatif. Di era digital ini, tugas-tugas kuliah bisa diselesaikan hanya dengan mengetik beberapa kata di layar ponsel.
"AI sangat membantu di banyak bidang," lanjut Alya. Dia menggunakan AI untuk menghasilkan ide, mencari kata-kata yang tepat untuk judul, dan membuat visual seperti mind map. Namun, dia tetap membatasi penggunaannya.
ADVERTISEMENT
Fenomena menarik terungkap ketika Asyifah Rahmania, mahasiswi UIN Suska Riau membagikan pengalamannya. Meski mengerjakan tugas secara mandiri, dia menggunakan AI untuk memverifikasi pekerjaannya."Saya merasa tidak yakin dengan jawaban saya, jadi saya mengecek ulang menggunakan AI untuk memverifikasi keakuratannya," ungkap Asyifah.
Ketika Teknologi Menjadi Bumerang
Di balik kemudahan yang ditawarkan, muncul kekhawatiran serius, seperti berkurangnya minat berpikir kritis dan membuat mereka lebih suka mengandalkan teknologi ini untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. "Tidak banyak, tapi beberapa teman saya lebih suka menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas mereka daripada mengerjakannya sendiri, seringkali karena mereka sangat terdesak waktu," ungkap Asyifah, mahasiswa yang kuliah di salah satu universitas di Sumatra.
Bagi sebagian orang, kecerdasan buatan dipandang memiliki dampak buruk, terutama pada masa depan pendidikan di Indonesia. Berdasarkan pendapat beberapa narasumber, banyak mahasiswa yang terlalu bergantung pada teknologi ini tanpa melibatkan pemikiran kritis.
ADVERTISEMENT
"Kita kuliah untuk menjadi lebih pintar, tapi jika terus bergantung pada AI, bagaimana bisa? AI boleh digunakan, tapi harus ada batasannya," tutur Khezza Maira Amaranggana, mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Meskipun penggunaan AI menawarkan banyak manfaat, banyak orang di Indonesia masih dalam tahap perkembangan dan belum sepenuhnya memahami dampak negatif yang bisa mempengaruhi masa depan mereka.
"Jujur secara pribadi saya belum terlalu terkena dampak negatifnya, saya masih bisa berpikir tanpa AI. Namun, ketika saya melihat yang lain, setiap kali dosen bertanya, mereka tampak bingung dan akhirnya bertanya ke AI," terang Alya. Dia juga percaya bahwa teknologi ini sebenarnya menghambat pemikiran mahasiswa, karena mereka menjadi terlalu bergantung pada AI.
Masa Depan Karier dalam Ancaman?
AI memiliki berbagai kemampuan yang berpotensi mengganggu prospek karier masa depan mahasiswa. Salah satu kemampuan tersebut adalah pembuatan gambar, yang dapat berdampak pada pekerjaan seniman yang secara tradisional membuat sketsa atau ilustrasi. Meskipun ada individu yang menempuh pendidikan tinggi di bidang seni, banyak orang cenderung memilih menggunakan teknologi karena dianggap lebih mudah, cepat, dan hemat biaya.
ADVERTISEMENT
"Sekarang ada yang namanya komisi seni, tapi orang-orang malah memilih gambar yang dihasilkan AI, itu salah. Mereka seharusnya memilih untuk memesan ke seniman daripada menggunakan AI," tegas Khezza, yang menentang penggunaan AI sebagai pengganti komisi seniman.
Salah satu profesi lainnya yang berpotensi terdampak adalah fotografer. Saat ini, mahasiswa menempuh pendidikan broadcasting dan mempelajari teknik fotografi dengan investasi biaya yang tidak sedikit. Namun, seiring pesatnya perkembangan teknologi, ada kekhawatiran bahwa AI dapat mengambil alih peran ini.
"Pekerjaan yang berbasis keterampilan teknis seperti fotografi memang bisa dilakukan oleh AI. Tetapi kreativitas dan visi artistik seorang fotografer tidak mudah ditiru," jelas Wulan, dosen Teknologi Komunikasi dan Informasi. "Meskipun AI dapat memberikan saran konsep foto, ketergantungan penuh pada AI justru akan menghasilkan ide-ide yang cenderung umum dan kurang unik," tambahnya.
ADVERTISEMENT
AI Mengubah Wajah Pendidikan: Ketika Teknologi Menggantikan Proses Berpikir Mahasiswa
Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), muncul kekhawatiran baru dalam dunia pendidikan tinggi. Para pendidik mulai menyoroti fenomena ketergantungan mahasiswa terhadap teknologi AI yang semakin mengkhawatirkan.
"Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang AI ini, dan hasil penelitian saya menunjukkan bahwa mahasiswa kini terlena dengan kemudahan yang ditawarkan AI," ungkap Wulan, seorang dosen Teknologi Komunikasi dan Informasi. Menurutnya, fenomena ini berdampak signifikan pada kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan kecerdasan emosional mahasiswa.
Kasus yang paling mencolok adalah dalam penugasan esai. Alih-alih menggunakan AI sebagai alat bantu untuk memparafrase tulisan yang telah mereka susun, banyak mahasiswa memilih jalan pintas dengan menyerahkan seluruh proses penulisan kepada AI. Praktik ini sesederhana mengetikkan permintaan 'buat esai dengan tema A' pada aplikasi AI. Dalam hitungan detik, sebuah esai lengkap tersaji di hadapan mereka.
ADVERTISEMENT
Khezza, seorang mahasiswi, mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena ini. "Ketika esai sepenuhnya dihasilkan oleh AI, dimana letak identitas pribadi mahasiswa? Tidak akan ada identitas mereka dalam tulisan tersebut," tegasnya. Ia menyayangkan beberapa hal buruk yang datang dari perkembangan AI dalam dunia akademik.
Meskipun penggunaan AI untuk membantu parafrase masih dapat ditoleransi, praktik penyerahan tugas sepenuhnya kepada AI dinilai telah melampaui batas kewajaran. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan serius tentang masa depan pendidikan dan kualitas lulusan yang dihasilkan.
Mencari Keseimbangan
Kehadiran AI memang tak terelakkan dalam kehidupan akademik. Namun, tantangan bagi institusi pendidikan kini adalah menemukan keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan pemeliharaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
"Menurut saya, daripada menakutkan, AI itu membantu. Semua tergantung pada individu yang menggunakannya,” Alya menekankan sekali lagi.
ADVERTISEMENT
Perkembangan AI memiliki sisi yang tidak bisa dilihat hanya dari satu perspektif. Seiring kemajuan teknologi, dampaknya terhadap kemanusiaan tumbuh secara proporsional. Namun, pertanyaan yang lebih mendasar adalah mengenai dampak sebenarnya dari teknologi ini terhadap kehidupan kita.
"Kita perlu keluar dari dikotomi positif dan negatif. Yang harus kita tanyakan adalah dampak spesifik apa yang muncul dari kehadiran AI," ungkap Wulan, dosen Teknologi Komunikasi dan Informasi. "Yang penting dipahami adalah posisi AI sebagai alat bantu, bukan alat utama. Dampaknya akan terlihat pada transformasi cara kerja dan belajar. Lebih jauh lagi, pengaruhnya sangat bergantung pada sikap kita terhadap teknologi ini, apakah kita akan sepenuhnya bergantung padanya atau memanfaatkannya sebagai salah satu instrumen pendukung. Jadi, dampak akhirnya sangat ditentukan oleh bagaimana kita menyikapinya," jelasnya lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Meskipun AI memang menawarkan manfaat, banyak mahasiswa menganggap sisi yang ditimbulkan dari AI sangat mengkhawatirkan, membuat efek buruk ini tampak lebih dominan.