Angka ‘Mabok Komix’ di Belitung Timur Menurun

Konten Media Partner
14 Agustus 2019 19:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana penyuluhan penertiban dan penindakan terhadap penyakit masyarakat, oleh satpol PP Beltim. (Ist)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana penyuluhan penertiban dan penindakan terhadap penyakit masyarakat, oleh satpol PP Beltim. (Ist)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Angka kenakalan remaja yang mabok menggunakan obat batuk komix atau yang dikenal dengan istilah ‘mabok komix’ di Kabupaten Belitung Timur mulai menurun.
ADVERTISEMENT
Dari data kasus yang ditangani pihak Satpol PP Belitung Timur, penyalahgunaan obat batuk seperti Komix, Mextril dan Faradol mulai menurun. Pada Tahun 2017 lalu Satpol PP menangani 71 kasus mabok komix. Angka ini terus menurun menjadi 17 kasus pada tahun 2018, sedangkan di Tahun 2019 baru 9 kasus mabok komix.
Kepala Seksi Bimbingan dan Penyuluhan, Taufik Winhardi seizin Kadin Satpol PP, Zikril mengakui penurun tingkat kenakalan remaja paling tinggi dialami pada kasus konsumsi obat batuk. Diduga adanya aturan pengetatan pendistribusian penjualan obat batuk dan lem ampuh menekan angka penyalahgunaan.
Namun imbas dari pengetatan penjualan obat batuk secara bebas itu membuat para remaja yang ‘nakal’ beralih ke menkonsumsi arak atau tuak.
ADVERTISEMENT
“Yang mabok lem sama ngomik dapat kita tekan seminimal mungkin, Cuma sekarang banyak larinya ke minum arak atau tuak. Itu yang kita sesalkan,” ungkap Taufik, Rabu (14/8/2019).
Menurut Taufik, patroli rutin dan gencarnya sosialisasi menjadi kunci utama keberhasilan Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Beltim menekan angka kenakalan remaja.
Hingga Juli 2019 kasus kenakalan remaja ditangani oleh Satpol Kabupaten Beltim baru mencapai 15 kasus. Jumlah itu menurun dari tahun 2018 yang mencapai 39 kasus. Kasus kenakalan tersebut terdiri dari minuman beralkhohol/miras, minum arak/ tuak, menghisap lem Aica/ Aibon, pacaran di luar batas, mengkonsumsi obat batuk Mextril dan Farendol serta konsumsi obat batuk Komix.
“Jika dibandingkan dari tahun 2016 mencapai 122 kasus, tahun 2017 sebanyak 121 kasus, tahun 2018 hanya 39 kasus, dan tahun 2019 Juli ini turun ke angka 15 kasus,” ungkap Taufik.
ADVERTISEMENT
Menurut Taufik pihaknya terus berupaya menekan angka kenakalan remaja dengan rutin melaksanakan sosialisasi ‘ Perbup Jam Malam’ dan kenakalan remaja di sekolah-sekolah. Selain itu pula patrol rutin setiap malam Kamis dan Minggu juga terus dilaksanakan.
“Makanya saat ini kita sedang gencar-gencarnya sosialisasi ke sekolah-sekolah dan rutin patroli khususnya di titik rawan kenakalan. Alhamdulillah dengan usaha itu kita yakin dapat menekan angka kenakalan remaja,” tukas Taufik.