Babel Berpotensi Kemarau Hingga November Mendatang

Konten Media Partner
16 Agustus 2019 16:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Kelompok Analisa dan Prakirawan BMKG ( Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Pangkalpinang, slamet.
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Kelompok Analisa dan Prakirawan BMKG ( Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Pangkalpinang, slamet.
ADVERTISEMENT
Memasuki Bulan Juni 2019 lalu, wilayah Bangka Belitung sudah memasuki musim kemarau. Diperkirakan, musim kemarau tahun ini berlanjut hingga pertengahan November mendatang.
ADVERTISEMENT
Kepala Kelompok Analisa dan Prakirawan BMKG ( Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Pangkalpinang, slamet menyampaikan mengenai potensi dan dampak apa saja yang ditimbulkan daripada Musim Kemarau ini, sekaligus himbauan terkait Musim kemarau yang melanda Babel tahun ini.
Slamet mengatakan, jika berdasarkan prakiraan BMKG Pangkalpinang, musim kemarau tahun ini akan dimulai dari bulan Juni sampai di akhir bulan Oktober mendatang. Kemudian, di perkirakan masuknya musim penghujan nanti, pada awal atau pertengahan bulan November pada tahun ini.
Slamet menerangkan dampak dari musim kemarau ini ialah, pertama, ciri-ciri dari musim kemarau. Biasanya curah hujan akan rendah dan dibawah rata-rata. Kemudian mengakibatkan tidak turunnya hujan, sehingga membuat cadangan air semakin berkurang kedepannya. Kemudian yang kedua potensi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) akan semakin besar. Ini bisa dilihat dari beberapa kejadian lalu,  sudah adanya terjadi Karhutla di wilayah Babel ini.
ADVERTISEMENT
"Potensi yang ketiga yakni, potensi Penyakit. Potensi penyakit ini meliputi, diare, serta adanya penyakit gangguan pernafasan yang disebabkan oleh Karhutla ini. Kemudian Potensi Kekeringan akan melanda petani, khususnya petani padi dan beberapa tanaman lainnya di Babel, sehingga gagal panen tahun ini bisa saja terjadi," ungkap Slamet, Jumat (16/19)
"Potensi terakhir, yaitu Potensi kekeringan yang dapat meluas hingga merata di wilayah babel ini, perlu dikhawatirkan jika ini terjadi," imbuh Slamet.
Perihal pantauan titik api atau biasa disebut Hotspot, Slamet mengatakan kepada Babelhits.com, untuk wilayah Babel, hotspot nya terkadang banyak. Sempat beberapa waktu lalu mencapai jumlah tertinggi, yakni  Selama musim kemarau tahun ini, 10 titik hotspot dalam satu hari.
Untuk 10 hari ke belakang, rata-rata perharinya bisa mencapai 7 hotspot. Sehingga pihaknya menghimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan pembakaran secara sengaja maupun tidak sengaja.
ADVERTISEMENT
Slamet menuturkan, untuk musim kemarau tahun ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni masyarakat harus menjaga kesehatannya. Jika pergi ke ruangan terbuka, harap menggunakan masker, sehingga dapat mengurangi resiko terkena penyakit atau dampak yang buruk dari debu. Serta selalu  waspada akan penyakit lainnya eperti, Ispa, diare, dan juga beberapa penyakit yang  tumbuh dan sering terjadi di musim kemarau ini.
Kedua, potensi terjadinya Karhutla akan semakin tinggi tiap harinya, harus diwaspadai. Hindari membuang sampah sembarangan termasuk puntung rokok. Puntung rokok merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan Kebakaran. Dan juga hindari untuk membakar sampah yang sekiranya tidak terlalu diperlukan. Kemudian yang ketiga, mengurangi aktivitas di luar ruangan.
Ditambahkan Slamet, matahari pada saat musim kemarau, cenderung untuk langsung menyerang kulit ditambah kurangnya gugusan awan atau covering awan, sehingga akan timbulnya dehidrasi yang tinggi dan berlebihan. Yang terakhir, menghimbau agar masyarakat harus bijak dalam pengunakan air. Dikarenakan musim kemarau ini cadangan air semakin berkurang jauh.
ADVERTISEMENT
"Sehingga dikhawatirkan tidak ada lagi pasokan atau cadangan air yang bisa digunakan untuk masyarakat beraktivitas sehari-hari," tukas Slamet.