Berwisata Religi ke Pekuburan Etnis Tionghoa Terluas Se-Asia Tenggara

Konten Media Partner
5 Juli 2019 19:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dok Yayasan Sentosa Pangkalpinang
zoom-in-whitePerbesar
Dok Yayasan Sentosa Pangkalpinang
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kehadiran Etnis Tionghoa sejak berabad-abad silam di Bangka Belitung dibuktikan dengan adanya situs atau aset cagar budaya. Salah satunya, Pekuburan Sentosa Pangkalpinang, yang sudah ada sejak tahun 1935.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, ada 14 ribu makam yang terbentang di lahan seluas 20 hektare. Boleh dibilang, pekuburan etnis Tionghoa ini adalah yang terluas di Asia Tenggara.
Pekuburan Sentosa berdiri tahun 1938, dengan nama Tjung Hoa Kung Mu Yen, yang berarti Pekuburan Umum Tionghoa, dan dikelola oleh Yayasan Sentosa. Pendirinya ada empat orang, yaitu Yap Fo Sun, Chin A Heuw, Yap Ten Thian, dan Lim Sui Chian.
Menurut Pelaksana Harian Yayasan Sentosa, Fennie Yadi, awalnya lahan pekuburan itu  merupakan sumbangan atau hibah dari masyarakat.
Dok Yayasan Sentosa Pangkalpinang
"Bentuk makam yang ada di Pekuburan Sentosa umumnya besar dan luas. Semakin tinggi status sosial yang dikubur, maka akan semakin besar bentuk makamnya. Itu merupakan bentuk penghormatan terakhir ahli waris kepada keluarga yang telah meninggal dunia," tutur Fennie.
ADVERTISEMENT
Fennie menambahkan, bagi sebagian kepercayaan orang Tionghoa, kuburan itu adalah rumah terakhir atau rumah abadi orang yang sudah meninggal. Terkadang, kata Fennie, keluarga ingin memberikan persembahan terbaik kepada mendiang keluarganya. Caranya, dengan membuat kuburan itu jadi sebaik dan sebagus mungkin.
"Mayoritas makam di sini beragama Konghucu dan Buddha, kemudian ada sebagian dari Katolik atau Kristen serta ada beberapa mualaf (pemeluk Islam--red) yang dimakamkan di sini," terang Fennie.
Dok Yayasan Sentosa Pangkalpinang
Fennie menjelaskan, tercatat, ada dua makam orang yang semasa hidupnya beragama Islam. Ada pun, dua makam itu atas nama Tjurianty Binti Kusumawidjaya, wafat 9 Desember 1994; dan atas nama Gunawan Bin Tanda, wafat 7 November 2008.
Makam tertua di sana milik keluarga Boen Piet Liem, atas nama Oen Nyiem Foek, wafat tahun 1915. Selain itu, ada makam tokoh-tokoh terkenal di Pulau Bangka, seperti Paulus Tsen On Ngie, penyebar Katolik pertama di Pulau Bangkal Pastor Mario Johannes Boen Thiam Kiat, pastor pribumi pertama di Pulau Bangka; serta empat tokoh yang ikut mendirikan Pekuburan Sentosa.
ADVERTISEMENT
"Untuk arah makam, sebenarnya ada aturannya, dikarenakan lahannya yang semakin hari semakin sedikit, akhirnya dari pihak yayasan yang mengatur arah makam. Sedikit tidak beraturan sampai saat ini," imbuh Fennie.
Dok yayasan sentosa Pangkalpinang
Setiap tahun, tradisi Sembahyang Kubur atau Ceng Beng atau Qing Ming rutin digelar di Pekuburan Sentosa Pangkalpinang. Seluruh keluarga yang ada di perantauan akan pulang untuk memberikan penghormatan kepada para leluhur mereka. Puncak pelaksanaannya, sering kali dilaksanakan pada tanggal 4 atau 5 di bulan April setiap tahunnya, sesuai penanggalan kalender Imlek.
Pada saat ritual, warga Tionghoa memanjatkan doa kepada leluhur yang meninggal agar mendapat tempat terbaik di alam sana. Ritual biasanya dimulai sejak dini hari sampai pagi, keluarga-keluarga peziarah mulai berdatangan ke makam sambil membawa barang keperluan sembahyang yang telah disiapkan dari rumah mereka.
ADVERTISEMENT
Kemudian, dilanjutkan ritual dengan cara sembahyang atau berdoa, dengan cara membakar hio atau dupa. Terakhir, peziarah meletakan uang kertas palsu atau kim chin di atas tanah makam, sambil memanjatkan doa agar arwah orang tua, keluarga dan leluhur mereka tenang di alam sana.
"Makna Ceng Beng sendiri adalah penghormatan dari keluarga kepada leluhur. Tali persaudaraan tidak akan putus meski dipisahkan oleh dunia yang berbeda," tutup Fennie.(*)