Capaian Imunisasi Rubela di Babel Baru 59,13 Persen

Konten Media Partner
14 Oktober 2019 18:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kesehatan Bangka Belitung, Mulyono Susanto, memastikan pihaknya optimis bisa mencapai target imunisasi campak rubela yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI tahun 2019.
ADVERTISEMENT
“Melalui kegiatan ini, kita bersama-sama dapat saling berbagi strategi untuk meningkatkan cakupan imunisasi, khususnya campak dan rubela. Kita harus mendukung mencapai eliminasi campak dan pengendalian rubela pada tahun 2020,” ungkap Mulyono.
Menurut Mulyono capaian imunisasi campak rubela pada bayi sampai dengan Agustus 2019 sudah mencapai 59,13 persen, sedangkan targetnya 63,33 persen.
“Masih 4,2 persen lagi yang harus dicapai. Dari kabupaten atau kota yang melaksanakan, hanya Kota Pangkalpinang yang sudah mencapai target, yaitu sebesar 67,48 persen,” ungkap Mulyono.
Dikatakan Mulyono, pihaknya berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sebagai pelaksana program imunisasi di tingkat puskesmas. Tentunya juga meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.
Sementara itu Subdit Imunisasi Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Tri Setyanti menjelaskan untuk melengkapi imunisasi pada anak, pemerintah telah menyelenggarakan Kampanye Imunisasi Campak Rubela pada bulan Agustus dan September 2018.
ADVERTISEMENT
“Kegiatan massal ini sebagai upaya untuk memutus transmisi penularan virus campak dan rubela pada anak usia sembilan bulan sampai dengan kurang dari lima belas tahun, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Dan dilanjutkan sebagai imunisasi rutin yang diberikan menggantikan imunisasi campak,” ungkapnya.
Dalam mencapai komitmen eliminasi campak dan rubela, Tri menambahkan, perkuat imunisasi rutin MR1 dan MR2 dengan cakupan harus mencapai target lebih dari atau sama dengan 95 persen di setiap wilayah kerja puskesmas.
“Fokus terutama untuk daerah yang sulit dijangkau, daerah yang terdapat penolakan imunisasi, serta daerah kumuh perkotaan,” tukasnya.