Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Kerkhof, Bukti Pendudukan Belanda di Kepulauan Bangka Belitung
25 Juni 2019 21:31 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
ADVERTISEMENT
Kompleks Pemakaman Belanda atau Kerkhof yang terletak di Jalan Hormen Maddati, Kampung Melintang, Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung, merupakan bukti sejarah pendudukan Belanda di Bangka Belitung.
ADVERTISEMENT
Munculnya pemakaman ini berawal dari keinginan Belanda menjadikan Kota Pangkalpinang sebagai pusat pemerintahannya pada 3 September 1913. Sehingga banyak warga Belanda yang ikut pindah ke Pangkalpinang.
Kota Pangkalpinang sendiri merupakan salah satu distrik dari beberapa eksplorasi timah selain Jebus, Klabat, Sungailiat, Merawang, Toboali, dan Belinyu, yang dulu berpusat di Muntok sebagai keresidenannya.
Setidaknya ada 100 makam di lokasi tersebut, namun yang masih terlihat terawat hanya berkisar 30 makam. Sebagian besar sudah rusak dan tidak bernama. Berdasarkan angka tahun yang terdapat pada nisan, ditemukan yang tertua pada tahun 1800 dan yang termuda berangka tahun 1954.
Sebelumnya, kawasan Kerkhof kurang terawat bahkan sempat sebagian tembok menjadi korban aksi vandalisme oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Namun sejak tahun 2015, Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang mulai membenahi kawasan tersebut dan menjadikan salah satu destinasi wisata sejarah.
Kasi Bidang Promosi Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang, Riharnadi, mengatakan jumlah makam yang ada di Kerkhof terdata 100 makam, tapi yang tampak hanya 30 makam, yang masih ada nisannya dan makamnya. Dari 30 itu, ada 10 makam orang Jepang, makam itu berisi orang Jepang yang diperkerjakan sebagai geisha atau dulunya disebut karayukisan.
ADVERTISEMENT
Riharnadi menjelaskan, bentuk dasar nisan sebagian besar berbentuk segi empat, segi enam dan lingkaran, dengan menghadap ke arah barat daya.
“Makam di sana kebanyakan tidak bergelar, untuk menanggulangi aset Belanda yang akan dihancurkan musuh. Terbukti semenjak Jepang masuk, pada tahun 1942, aset-aset Belanda banyak yang dihancurkan akibat politik Patisme Jepang,” jelas Riharnadi.
Di antara 100 makam di Kerkhof, terdapat makam Irene Mathilde Ehrencron. Dia adalah istri dari HHMR Scipio Blume yang lahir 28 Januari 1883 dan wafat 10 Maret 1928. Scipio Blume adalah seorang notaris pada masa pemerintahan Residen Fraser, JJ, periode tahun 1923-1925.
“Kerkhof ini bukan hanya menjadi ilustrasi makam pejuang Belanda saja, tetapi banyak anak-anak atau istri dan kerabat yang telah meninggal dikebumikan di sana," jelas Riharnadi.
Riharnadi menambahkan, sebenarnya makam Belanda yang ada di Pangkalpinang ada dua, yaitu Kerkhof dan Loinbok.
ADVERTISEMENT
“Loinbok sendiri terletak di belakang Rumah Sakit Bhakti Wara, tapi itu dikhususkan untuk bruder dan pendeta pada zaman Belanda dulu," tukas Riharnadi.