Mengenal Sedekah Ruwat Bumi hingga Ritual Takir di Desa Rias

Konten Media Partner
12 Desember 2019 20:08 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makanan yang telah dikemas oleh daun pisang, sebagai menu santapan peserta yang hadir.
zoom-in-whitePerbesar
Makanan yang telah dikemas oleh daun pisang, sebagai menu santapan peserta yang hadir.
ADVERTISEMENT
Memperingati Hari Bhakti Transmigrasi ke-69, masyarakat Desa Rias, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan menggelar berbagai acara.
ADVERTISEMENT
Salah satunya ritual sedekah Ruwat Bumi yang merupakan sebuah tradisi upacara adat yang sejak dulu hingga sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat adat secara luas, khususnya di kawasan eks Transmigrasi, Desa Rias, Kamis (12/12/2019).
Camat Toboali, Sumindar atau sering di sapa Cak Imin yang sekaligus tokoh adat di Desa Rias mengatakan, meruwat berasal dari kata ruwat dalam Bahasa Sanskerta, yang memiliki arti membuang sial atau menyelamatkan orang atau masyarakat dari gangguan tertentu.
Ratusan ibu - ibu meriahkan sedekah ruwat.
"Gangguan itu bisa dikatakan sebagai kelainan dari suatu kondisi yang umum dalam suatu keluarga, masyarakat maupun pada diri seseorang. Gangguan yang harus diruwat yakni gangguan bagi seseorang yang disebabkan oleh suatu perbuatan yang dapat menimbulkan sial atau celaka yang mengakibatkan dampak sosial lainnya," tutur Cak Imin.
ADVERTISEMENT
Ruwatan bagi masyarakat Desa Rias merupakan suatu bentuk usaha yang bertujuan agar kelak setelah menjalani ruwatan tersebut diyakini akan mendapatkan berkah.
"Bisa berupa keselamatan, kesehatan, kedamaian, ketentraman jiwa, kesejahteraan dan kebahagiaan bagi diri sendiri secara khusus maupun bagi keluarga, masyarakat atau dalam lingkup yang lebih besar lagi," kata Cak Imin.
Camat Toboali, Cak Imin.
Adapun kegiatan Ruwat Bumi tersebut diselenggarakan untuk memfasilitasi kepentingan masyarakat yang berkaitan dengan upaya menciptakan kedamaian, keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan seseorang, keluarga dan masyarakat dalam hidupnya.
"Di luar dari hal tersebut, pelaksanaan kegiatan ruwatan ini juga merupakan salah satu upaya pelestarian terhadap tradisi budaya masyarakat, yang telah dilaksanakan oleh para nenek moyang pada zaman dahulu kala," imbuh Cak Imin.
"Ruwatan Bumi ini juga merupakan tradisi leluhur yang sudah ada sejak jaman dahulu. Oleh karena itu, dalam upaya memfasilitasi kepentingan masyarakat khususnya Eks Transmigrasi Desa Rias Kecamatan Toboali," kata Cak Imin.
ADVERTISEMENT
Acara ruwatan ini digelar pihak Kecamatan Toboali bekerja sama dengan Lembaga Pelestari Adat Desa Rias. Ruwatan bersama pada tahun ini diselenggarakan dengan bersedekah dengan Takir.
"Takir adalah wadah terbuat dari daun pisang segi empat sebagai simbol keseimbangan, simbol menata pikir, simbol ikhlas sedekah dan simbol kesederhanaan. Takir tersebut diisi nasi dan beraneka lauk pauk untuk dimakan secara bersama-sama pada Ruwatan Bumi," terang Cak Imin.
Adapun acara tersebut dilakukan ritual yakni ikrar yang dibaca oleh sesepuh adat baik Melayu, Jawa, Sunda dan Bugis dan dipungkasi dengan penarikan ketupat luar yang berisi beras kuning, uang receh dan kembang setaman.
"Ini sebagai simbol rasa syukur dan harmoni terhadap Tuhan, Allah SWT pemilik alam semesta. Pada Ruwat Bumi lengkap dengan pergelaran wayang kulit lakon Wahyu Katentreman dan Gatotkaca Krido," tukas Cak Imin.
ADVERTISEMENT