Perayaan Festival Bulan Purnama di Kelenteng Dewi Abadi Bangka Selatan

Konten Media Partner
4 Oktober 2020 18:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Festival bulan purnama 2020, di Bangka Selatan.
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Festival bulan purnama 2020, di Bangka Selatan.
ADVERTISEMENT
Festival bulan purnama yang dirayakan tepat pada tanggal 1 Oktober 2020 bagi komunitas Tionghoa di Kabupaten Bangka Selatan menjadi tradisi tersendiri bagi umat beragama Konghucu dengan sejumlah prosesi sakralnya yang sudah turun temurun.
ADVERTISEMENT
Mulai dari Sembahyang Bulan, pemanggilan Dewa-Dewi melalui mediator, hingga air suci dari Dewi Kwan In yang diyakini bisa memberi kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit yang menurut mereka menangkal Virus Corona jika sepenuhnya mempercayai air tersebut.
Bertempatkan di Kelenteng Dewi Abadi, Jalan Puput, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, umat Konghucu berbondong-bondong seraya tak ingin ketinggalan momen penting untuk berdoa kepada Dewi Bulan di altar khusus langsung menghadap ke terbitnya bulan disaat matahari meninggalkan terang di Negeri Junjung Besaoh tersebut.
Dimulai dari Air Suci, umat Konghucu rela mengantre di dalam Kuil Dewi Kuan Im hingga berebutan takut tak kebagian air yang diyakini dengan berjuta khasiat jika yang mempercayainya.
Ketua Yayasan Kelenteng Dewi Abadi, Ulin Wijayanti mengatakan pada perayaan Festival Bulan Purnama ini kurang lebih 12 Dewa Dewi turun langsung ke kelenteng untuk memberi air suci dan pesan-pesan khusus untuk seluruh umat manusia.
ADVERTISEMENT
"Tadi para dewa turun memberi sesuatu air, kalau kita percaya, maka air suci itu mempunyai kekuatan. Apalagi zaman sekarang Virus Corona sedang gencar-gencarnya, jadi para dewa bilang itu air bisa membuat kita kebal terhadap virus itu," kata Ulin.
"Air suci ini air minum biasa, namun hanya dicampur tanaman serai," sambungnya.
Selain air suci, kue bulan yang legendaris itu wajib pada perayaan itu, mulai bentuk seperi kue pia dan ada juga kue bulan berbentuk bulat berukuran besar sampai berukuran kecil bewarna putih dilukiskan sosok Dewi Kuan Im di atas kue tersebut.
Suasana semakin menegangkan ketika ritual pemanggilan Dewa Dewi melalui mediator yang dituntun oleh Thaypak yakni sebutan orang Tionghoa yang mempunyai kelebihan dalam berkomunikasi dengan hal-hal gaib.
ADVERTISEMENT
Didepan altar, para mediator duduk sambil menundukkan kepala ke meja altar diiringi nyanyian dan mantra-mantra yang membuat mediator langsung dirasuki yang diyakini umat Kong Hu Cu sebagai Dewa atau Dewi.
"Pada saat ritual itu, mediator dirasuki dewa untuk menyampaikan pesan kepada umat Tionghoa yakni kebahagiaan dan keberkahan di masa yang akan datang," ujar Ketua yayasan yang akrab disapa Cece Ulin.
Pantauan Babelhits saat atraksi sakral tersebut, salah satu orang mediator dirasuki Dewa 4 Penjuru, yakni penjuru utara, selatan, barat dan timur yang menusuk jarum ke lidahnya hingga berlumuran berdarah.
Darah dari lidah mediator itu sebagai tinta merah, sontak para Thaypak langsung menyuguhkan kertas kuning untuk menulis sesuatu dengan aksara China melalui badan mediator tersebut.
ADVERTISEMENT
Disebelahnya, mediator lain juga langsung bertingkah seperti anak kecil, yakni menguncirkan rambut sebelah kirinya dan menghisap permen lollipop yang telah disediakan panitia acara disitu.
"Itu dirasuki Dewa Na Cha yang kita ketahui dewa tersebut masih anak kecil," sebut Ulin pada saat itu berkomunikasi langsung dengan Dewa yang merasuki mediator.
Kendati demikian, para mediator pada saat itu tak sadarkan diri setelah melakukan atraksi sakral yang ditonton umat Konghucu disitu sembari menyatukan tangan mereka untuk menyembah sang Dewa Dewi di badan mediator tersebut.