Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Anakku Terlambat Berjalan? Bagaimana Ini?
18 Agustus 2019 15:06 WIB
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anakku Terlambat Berjalan? Bagaimana Ini?
ADVERTISEMENT
Melihat anak berkembang baik dari segi fisik, kognitif, dan sosial selalu menjadi hal yang menarik bagi semua orangtua. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian orangtua cenderung menjadi "auto-comparing" perkembangan anaknya dengan anak lain. Potensi terjadinya auto-comparing ini semakin meningkat di era sosial media. Begitu banyak wadah bagi orangtua untuk menampilkan rasa bangganya akan keberhasilan anaknya dalam menuaikan tugas perkembangan. Dampaknya, bagi sebagian orangtua "auto-comparing" yang tingkat kecemasannya tinggi, mereka jadi semakin panik dan cenderung tidak sejahtera karena khawatir anaknya mengalami keterlambatan.
ADVERTISEMENT
Auto-comparing bukan hal yang selalu sifatnya buruk kok moms. Justru tetap dibutuhkan agar kita tetap "on-track" dan "aware" dengan perkembangan anak kita. Namun, akan lebih baik apabila moms kembali memberdayakan diri untuk mengetahui standar kapan range waktu pencapaian tugas perkembangan pada anak. Sebut saja salah satu kemampuan motorik kasar yaitu berjalan. "Anak temanku sudah usia 11 bulan dan dia sudah bisa berjalan, kenapa anakku usia 13 bulan masih belum bisa berjalan? Ada apa dengan anak ini? Apa iya dia tergolong slow learner?"
Wah.
Tunggu dulu moms.
Coba kita buka primbon perkembangan anak yang diakui dan banyak dipakai para expertise terlebih dulu.
Salah satu yang saya gunakan dalam menilai kemampuan perkembangan anak adalah Denver Development Screening Test (DDST). Di tes tersebut tertera kapan range waktu anak berhasil menaklukkan tugas perkembangan. Mengacu pada DDST, anak mampu berjalan di range usia 11-15 bulan. Namun DDST mendorong kita untuk lebih concern apabila kemampuan berjalan ini belum muncul di usia 14 bulan.
ADVERTISEMENT
Apa yang harus kita lakukan apabila memang anak kita tampak terlambat berjalan?
1. Konsultasi dengan dokter tumbuh kembang anak!
Ini adalah langkah utama yang sebaiknya dilakukan orangtua agar dokter dapat menyelami kondisi anak dan memberikan solusi yang tepat. Mengapa harus ke dokter? Karena semua diagnosa dan solusinya dilandasi oleh ilmu pengetahuan yang research based, bukan hanya pengalaman pribadi semata.
2. Stimulasi anak dengan cara yang moms pelajari sendiri dari buku, orang lain, dsb.
Namun sebaiknya moms tetap konsultasikan cara stimulasi yang moms dapatkan terlebih dahulu kepada dokter ya agar approved by doctor yang memang lebih paham di bidang ini :)
Berikut adalah tips sederhana yang dapat dilakukan orangtua untuk menghindari anak mengalami keterlambatan berjalan:
ADVERTISEMENT
1. Melakukan kegiatan sederhana untuk melatih kemampuan dasar yang anak butuhkan untuk berjalan.
Proses berjalan sama seperti proses membaca. Sebelum anak bisa membaca, ia butuh menguasai skill dasar seperti mengenal bentuk dan arah. Begitu pula dengan berjalan, skill dasar yang dibutuhkan adalah anak mampu mempertahankan keseimbangan, anak mampu mengontrol gerakan tubuh, serta anak memiliki kesiapan otot kaki dan pinggang. Contoh kegiatan yang dapat dijadikan referensi adalah mengajak anak berdiri dan membiarkannya berloncat-loncat di atas perut/paha kita untuk memperkuat otot kaki. Kegiatan lain seperti mengajak anak bermain mempertahankan keseimbangan tubuh saat posisi berdiri juga bisa membantu kesiapan anak berjalan. Atau kegiatan yang melibatkan gymball seperti mengajak anak duduk di atas gymball atau posisi memeluk gymball dari bagian atas, lalu digelindingkan ke kiri dan kanan untuk melatih otot pinggang anak. Mengajak anak "bouncing" di atas gymball juga bisa menjadi option lain untuk melatih otot pinggang anak.
ADVERTISEMENT
2. Berikan kesempatan anak mengembangkan diri. Bebaskan anak menguji kemampuan dirinya namun tetap diawasi dan pastikan kita mengontrol lingkungan ya moms. Mengontrol lingkungan maksudnya adalah memastikan ruang belajar anak bebas dari hal-hal yang membahayakan seperti ada benda tajam di lantai, saklar listrik dapat dijangkau dengan mudah, dsb.
3. Berikan motivasi eksternal seperti menaruh mainan yang digantung/ditempel di atas dinding agar anak mau meraihnya dengan berdiri dan berjalan
4. Bangun kepercayaan diri pada anak dengan memberikan pujian bagi setiap pencapaiannya sekecil apapun. Pujian ini akan membuat anak senang dan mau mengulangi perilaku yang dipuji (misalnya mengangkat kaki seolah-olah ingin melangkah).