Konten dari Pengguna

Anakku Trauma Sendok

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
2 April 2019 13:29 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Halo Moms, di sini saya mau sharing tentang pengalaman saya memberikan MPASI pada anak pertama saya. Baby C, merupakan bayi dengan riwayat dermatitis atopic yang cukup parah, sehingga waktu MPASI, pilihan menunya pun sangat sangat terbatas. Apalagi sebagai ibu baru, pengetahuan saya tentang MPASI dan menu-menu anak alergi juga masih sangat minim. Alhasil, Baby C pun tak terhindarkan dari yang namanya GTM (Gerakan Tutup Mulut).
ADVERTISEMENT
Awal-awalnya saya masih menghadapinya dengan santai, tapi lama kelamaan saya kebingungan dibuatnya. Untuk menghabiskan bubur 3 sdm saja anak saya bisa memerlukan waktu 1 jam. Mulutnya seringkali terkunci rapat dan menolak makanan yang saya sajikan. Tak kurang akal, saat itu saya dan pengasuhnya berusaha membuat baby C tertawa dengan bermain cilukba atau mengayun-ngayunkannya. Saat ia tertawa terbahak-bahak, maka kami akan memasukkan makanan ke dalam mulutnya, HAPP!! Beberapa kali cara ini berhasil. Tetapi besok-besoknya Baby C sudah mengerti cara ini dan menutup mulutnya rapat-rapat. Saya pun akhirnya frustasi, dan memarahinya.
Hasilnya, bukannya mengerti dan mau makan, GTM anak saya semakin menjadi. Setiap melihat sendok, ia langsung memalingkan wajah, dan menangis meraung-raung. Saya semakin stres dan bingung. Apalagi yang harus saya lakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya? Sudah makanannya terbatas, sekarang malah menolak untuk makan.
ADVERTISEMENT
Saya pun hampir menyerah saat itu tidak mengerti apa lagi yang harus dilakukan untuk membuat baby C mau makan. Akhirnya, saat membaca-baca artikel tentang pemberian MPASI, saya akhirnya menemukan sebabnya: anak saya trauma sendok! Ternyata tanpa saya tahu, mengajak anak bermain cilukba, membuatnya tertawa-tawa atau memasukkan makanan ke mulutnya dengan cara "tipu-tipu" sedikit itu sudah  termasuk pemaksaan dan berakibat menimbulkan trauma pada anak. Anak seharusnya makan dan membuka mulutnya dengan suka rela, tanpa adanya paksaan, atau tipuan apapun.
Sungguh, saya sangat sedih saat mengetahui hal ini. Karena tanpa sadar dan meskipun untuk tujuan yang baik,  saya membuat anak saya sendiri mengalami trauma. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi memaksanya dan fokus untuk memperbaiki psikologisnya.
ADVERTISEMENT

Berikut beberapa hal yang saya lakukan untuk mengatasi trauma sendok pada baby C:

ADVERTISEMENT
Setelah saya terapkan ini, puji Tuhan, tidak sampai 1 bulan, trauma Baby C mulai teratasi. Ia mulai mau makan lagi, bahkan nafsu makannya bisa dibilang sangat baik. Dan yang terpenting, ia makan dengan gembira. Sesi makan kini tidak lagi menjadi momok menakutkan baginya.
Pesan saya, bagi para Mommy, jangan pernah memaksakan anak untuk makan apalagi memarahinya. Karena akan memiliki dampak yang panjang di kemudian hari. Bersabarlah menghadapi masa-masa MPASI dan GTM yang memang penuh tantangan, karena hampir semua Ibu mengalaminya. Kuncinya cuma 1: sabar dan tetap yakin bahwa badai GTM pasti akan berlalu.
Semoga bermanfaat.
By: Feny Yuvita
Copyright by Babyologist