Berbagi Metode Menyapih dengan Cinta atau Weaning With Love (WWL)

Kewajiban menyusui Femi sudah lunas selama 2 tahun tanpa tersentuh formula sama sekali. Drama menyusui terjadi di awal-awal melahirkan karena seperti semua tahu bahwa Dimas ASI melalui metode exclusive pumping jadi ada kekhawatiran gagal menyusui lagi untuk Femi.

Tapi itu semua dapat dilewati berkat keteguhan hati dan dukungan orang-orang terdekat, Femi bisa direct breastfeeding sampai sekarang, iya sampai sekarang umur 32 bulan masih nenen.

Saya belum sukses menyapih dia dengan metode WWL (weaning with love), yaitu metode agar anak dan ibu sama-sama siap lahir batin menyapih dengan keikhlasan bersama. Caranya adalah dengan sounding atau memberitahukan baik-baik bahwa dia sudah harus lepas nenen nanti di usia 2 tahun.

Sounding sudah saya lakukan sejak Femi umur 1.5 tahun sampai sekarang. “Dek nanti kalau sudah dua tahun nenennya berhenti ya sayang”. “Femi sudah besar nanti minum susu pakai gelas saja ya”. “Femi, nenen untuk bayi anak besar minum pakai gelas”.

Dan dia cuma jawab “He eh” sambil matanya menatap polos dan senyum-senyum. Durasi nenen dia sebetulnya hanya saat saya di rumah, dia sudah tidak mau ASIP sejak umur 18 bulan, jadi murni nenen tok saat malam hari atau weekend.

Frekuensi nenen malam bisa per 2-3 jam sekali. Kalau mama libur? Jangan ditanya bisa nempel seharian, bahkan sejam sekali. Menurut referensi valid yang saya baca, boleh kok menyusui di atas 2 tahun, malah bisa meningkatkan imunitas. Femi demam bisa dihitung dengan jari, pilek pun maksimal dua hari saja. Cuma memang sebetulnya dia tidak butuh ASI lagi, makanya mulai belajar untuk disapih.

Saya pribadi tidak mau menyapih dengan mengoleskan aneh-aneh di payudara, karena saya berprinsip bahwa ikatan yang dimulai dengan cinta maka diakhiri juga dengan cinta. Kalau ditanya ada nggak sih yang ribut suruh maksa nyapih karena sudah mau tiga tahun?

Alhamdulillah nggak ada, semua santai saja kayak di pantai. Anggap ekstensi ya Fem selama ditinggal mama kerja. Jadi mau nenen sampai kapan Fem? Sampai bosen sendiri.

Semoga bermanfaat.

By: Wahyu Prasetiawati via Babyologist