Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Cara Mengatasi Anak yang Nakal Saat Sang Ibu Pulang Kerja
10 Juli 2019 9:37 WIB
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebagai ibu yang bekerja, waktu saya lebih banyak di kantor daripada di rumah. Sedangkan si Kecil harus di rumah dengan pengasuhnya. Si Kecil selalu nangis ketika ditinggal itu biasa ya. Nangisnya paling hanya sebentar, setelah perhatian teralihkan, dia akan tenang dan asyik dengan mainannya. Saya selalu cek keadaan di rumah, kata pengasuhnya si Kecil baik-baik saja, pintar, mau makan dan tidur nyenyak. Pokoknya dia menjadi anak yang sangat manis dan baik.
ADVERTISEMENT
Tetapi semua seolah berubah setelah saya pulang. Dia nangis, teriak, marah, tidak sabaran, hingga tantrum. Saya sampai pastikan lagi ke pengasuhnya apakah yang dia katakan saat siang hari itu benar atau hanya supaya saya tenang di kantor? Lalu saya mencari informasi, bertanya ke teman-teman dan keluarga yang sudah mempunyai anak dan berpengalaman dengan balita, browsing di internet, dan menemukan jawaban.
Jadi Moms, tidak perlu buru-buru emosi, tidak perlu buru-buru berburuk sangka terhadap anak-anak kita. Anak-anak kita terasa lebih "nakal" jika di dekat kita karena dia sedang mencari perhatian kita.
Dia melepaskan semua perasaannya setelah seharian tidak bertemu kita. Dia merasa sudah menjadi anak yang baik ketika bersama orang lain, bahkan bersama ayahnya, maka ketika melihat ibunya dia langsung meluapkan rasa rindunya, berusaha "curhat" dengan caranya yaitu menangis, teriak, dan marah-marah tidak jelas.
Ada beberapa solusi untuk menghadapi anak tantrum seperti ini, Moms:
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh di atas adalah hal-hal yang bisa Moms lakukan ketika anak tantrum. Tentu masih banyak lagi hal positif dan menyenangkan yang bisa dilakukan. Yang penting kita harus sabar dan telaten menghadapi anak kecil. Jangan sampai kita ikut emosi yang malah menciptakan memori buruk dan trauma pada si anak.