Konten dari Pengguna

Cerita Perjuangan Saya Menyusui Si Kecil dengan Pompa ASI

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
18 Juni 2019 10:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cerita Perjuangan Saya Menyusui Si Kecil dengan Pompa ASI
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Okay, this kind of questions might emerge, “kenapa Mom enggak menyusui langsung baby-nya? Takut payudaranya rusak ya, Mom?”
ADVERTISEMENT
Well, kalau kalian tahu, pumping lebih merusak payudara daripada direct breastfeed, lho. Saya bukannya enggak mau direct breasfeed, masalahnya anak saya jadi tidak terbiasa menyusui langsung lewat puting karena terlalu cepat dikenalkan dengan botol.
Anak saya sempat kuning (jaundice), sehingga bikin saya parno. Setiap dua jam sekali, aku catat berapa cc yang dia minum. Hal tersebut cuma bisa dilakukan jika anak minum dengan botol susu, sehingga bisa diukur berapa banyak minumnya dalam satu hari.
As you might know from my Instagram, I did insisted on breastfeeding my baby, why? Sebab, ASI saya sudah keluar di bulan ke-7 kehamilan. Namun, saat saya tanya dokter kandungan ketika hamil, Dr. Robby Indratto, saya tahu bahwa ASI pertama adalah yang paling bagus untuk anak kita karena banyak mengandung kolostrum (mengandung immunoglobin A yang tinggi).
ADVERTISEMENT
Jadi, dokter obgyn saya bilang jangan distimulasi lagi, supaya saat baby lahir langsung dikasih ke baby-nya. Tidak aku pompa ASI-nya, dibiarkan saja, dan tidak sakit karena belum mengencang.
Ibu menyusui sambil memompa ASI. Foto: Shutterstock
Momen saat melahirkan yang paling membahagiakan adalah saat menyusui anak. Mendengar anak saya sendawa pertama kalinya setelah minum ASI, that is the best feeling i’ve ever felt so far. Pantas, kalau ada wise word saying I’m proud of many things in my life, but nothing beats being a mother.
Awal melahirkan saya enggak tahu kalau anak harus disusui setiap 2 jam sekali. Namun, setelah anak saya kuning dan kita masuk rumah sakit lagi, saya belajar bahwa prinsip ASI adalah supply and demand (again, ini dikasih tahu dokter obgyn saya).
ADVERTISEMENT
Semakin sering ASI dikeluarkan, maka tubuh kita akan memproduksi lebih banyak lagi, karena permintaan banyak. Jadi awal setiap menyusui selesai, saya selalu memompa keluar kedua payudara (saya menggunakan double pump Spectra 2 hospital grade). Perlu waktu 15 menit untuk mengosongkan kedua payudara.
ASI saya awal melahirkan pas-pasan. Anak sudah menangis, saya masih memompa. Dengan niat dan kegigihan bahwa saya pasti bisa kasih dia full ASI, seminggu kemudian hal itu pun terwujud.
Setelah satu bulan saya pun menjadi exclusive pumper (ibu full memompa/anaknya minum dari botol). Kenapa begitu? Mungkin karena anak saya merasa minum dari botol alirannya kencang, ya. Kalau dari payudara ibunya langsung, dia harus berusaha dengan mengenyot dulu agar ASI-nya keluar.
ADVERTISEMENT
Kalau dari, botol aliran ASI-nya lancar dan terus-terusan. Setiap 2 jam sekali, saya berikan dia susu dan saya catat dia minum berapa cc, berapa kali dia buang air kecil dalam 1 hari, berapa kali dia buang air besar dalam satu hari. Semua itu saya catat dalam catatan saya, karena setelah dia kuning, saya enggak mau lagi dia kurang minum. Hal ini berlangsung hingga masa MPASI pun tetap saya catat.
Exclusive pumper di sini bukan berarti enak ya, Moms, this was not even the plan. My plan was to fully breastfeed (nurse) her.
Dalam memompa full, kita harus disiplin, misalnya saya setiap 2 jam alarm ponsel saya akan nyala, bahkan subuh pun saya pompa. Namun, saat subuh, saya sempat tidur 4 jam dan suami saya berikan anak saya 1 botol susu sepulang dia kerja. Setelah itu, I dont have a life, and my best friend is my pumping machine.
ADVERTISEMENT
Awal ketika anakku menolak direct breastfeed (sebelum usia dia 1 bulan), I felt rejected, sedih ya kok anak aku enggak mau lagi menyusui langsung. Tapi dipaksa malah dia nangis kenceng. Hingga akhirnya, aku memutuskan kasih minum dari botol saja, kan enggak apa-apa selama itu ASI. Enggak tega aku dengar dia nangis kenceng minta botol.
Nah, selama 3 bulan awal setelah melahirkan, jadwal pompa aku sehari adalah 11 kali. Kemudian berkurang menjadi 10 kali, hingga ketika anakku MPASI, pompa aku hanya 9 kali dan life gets easier for me. Kayak weight-nya sudah berkurang.
I did pumping until she’s 26 months old, and I stopped. It wasnt easy journey for me, but looking back, I didnt regret it at all, me and my baby Scarlett have a lot of time together during her first year.
ADVERTISEMENT
Don’t ever think that your breastmilk is not enough for your baby. Berpikir positif dan bahagia adalah kunci. Tidak ada booster ASI yang benar-benar berpengaruh, selain pikiran positif dan hati yang senang dari seorang ibu. Hasil Pompa ASI aku bisa banyak karena tubuh secara otomatis memproduksi banyak ketika permintaan banyak.