Cerita Seorang Ibu yang Berbesar Hati Melahirkan Bayinya secara Caesar

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
12 Juni 2019 11:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cerita Seorang Ibu yang Berbesar Hati Melahirkan Bayinya secara Caesar
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sejak awal kehamilan, beberapa calon mama biasanya sudah menentukan proses kelahiran anaknya. Ada yang ingin melahirkan normal, ada juga yang ingin lewat persalinan caesar.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri, sejak awal kehamilan ingin melahirkan secara pervaginaan atau normal. Maklum, ini kehamilan pertama.
Sejak awal, saya sangat menjaga pola asupan makan, baik untuk saya maupun si calon buah hati. Perkembangan berat janin terus dipantau setiap jadwal kontrol dokter, demi mencapai berat badan ideal untuk melahirkan secara normal.
Berhubung saya tinggal di kota kecil, senam kehamilan awalnya tidak tersedia. Jadi, saya mengusahakannya dengan mengikuti gerakan-gerakan di YouTube. Akun-akun Instagram yang berkaitan dengan kehamilan pun saya follow, demi siap melahirkan secara gentle. Ditambah lagi, lewat buku-buku yang saya baca, saya semakin yakin untuk melahirkan normal.
Namun, memasuki pertengahan trimester kedua, bayi belum juga berputar ke posisi terbaiknya dan ada satu lilitan di lengannya. Kata dokter, masih ada waktu untuk janin bisa berputar sendiri, untuk lilitan pun masih bisa terlepas.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, karena saya sangat ingin melahirkan normal, saya melakukan posisi-posisi untuk membuat janin saya ini bisa berputar. Hingga pada jadwal kontrol selanjutnya, bayi dalam perut saya ini sudah ada di posisi terbaiknya.
Jadwal kontrol selanjutnya bertepatan dengan babymoon, sehingga saya lakukan di kota tempat saya berlibur. Namun, hasil USG menunjukkan bahwa posisi bayi saya kembali ke kepala di atas alias sungsang. Padahal, di hotel tempat saya berlibur pun, beberapa hari sekali saya rutin berenang untuk membantu janin berputar ke posisinya. 
Usai kembali dari liburan, saya kembali kontrol ke dokter. Saya sangat berharap posisi janin sudah berubah ke posisi terbaik. Namun ternyata, buah hati saya masih betah dengan posisi sungsangnya dan masih bermain-main dengan tali pusarnya.
Ilustrasi Operasi Caesar Foto: Pixabay
Dokter pun sudah menyarankan untuk menyiapkan mental dan tekad untuk melahirkan bayi sungsang secara normal. Untungnya, dokter saya itu sudah berpengalaman melahirkan bayi sungsang secara normal.
ADVERTISEMENT
Mendekati hari perkiraan lahir (HPL), saya sangat menantikan datangnya gelombang-gelombang cinta. Berjalan kaki, naik turun tangga, dan hal-hal lain yang merangsang gelombang cinta sampai saya lakukan. Hingga saat batas HPL dari dokter saya pun gelombang cinta tak kunjung datang.
Sehingga saat jadwal kontrol selanjutnya, dokter menyarankan untuk diinduksi malam itu juga atau besok paginya. Pasalnya, umur kehamilan saya kala itu yang sudah cukup. Dokter mengkhawatirkan air ketuban saya akan keruh jika masih menunggu.
Malam itu pun saya langsung kembali ke rumah sakit untuk melakukan induksi. Namun sebelum induksi, detak jantung bayi perlu diobservasi.
Ketika dilakukan observasi, ternyata detak jantung bayi saya sangat tidak stabil. Hingga akhirnya, dokter tidak menyarankan untuk saya diinduksi. Dokter pun menjadwalkan untuk operasi caesar saja pada esok harinya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, saya pun berpuasa untuk menjalani operasi caesar. Bayi kecil kami pun lahir dengan sehat sempurna. Ternyata, lilitan tali pusarnya mengelilingi leher ke lengannya.
Tali pusar yang tersisa pun pendek sekali. Sehingga apabila waktu itu saya paksakan untuk induksi, risiko yang dihadapi pun tinggi. Saya harus berbesar hati untuk menerima bahwa caesar adalah jalan terbaik untuk bayiku lahir.
Bagaimana pun proses kelahiran bayimu, percayalah itu adalah jalan terbaiknya untuk lahir ke dunia.