Dampak Buruk Membentak Anak

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
24 April 2018 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dampak Buruk Membentak Anak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bagaimana Moms melihat kondisi seperti itu?
Jika menuruti keegoisan saya untuk meracau, melabeli serta berteriak kemudian menumpahkan keluh kesah dengan bentakan padanya mungkin hal itu bisa saja dilakukan. Namun, Saya ingat bahwa hal itu menjadi sia-sia karena tak akan memberik hal yang baik bagi saya maupun anak. Bahkan malah berdampak buruk padanya.
ADVERTISEMENT
Tindakan yang saya ambil adalah, menghela napas. Mencoba berpikir jernih, memahami apa yang sedang ia lakukan. Kemudian keluarlah kalimat "Zikri sedang menggambar ya Nak, gambar apa Zikri? Wah gambarnya bagus, horeeee Zikri sudah bisa gambar."
Tak disangka senyum bayi mungil itu merekah. Ah, hati ini tiba-tiba menghangat. Tentu, saya akhiri dengan pesan: "Lain kali, jika ingin menggambar di buku saja ya, nanti amam siapkan."
Bagaimana jika tadi saya salah mengambil langkah?
Mungkin akan mendengar tangisan Zikri, mood saya berubah buruk belum harus membersihkan tangan, kaki serta mengganti bajunya Zikri kembali. Melelahkan bukan?
Tak gampang memang melakukan hal seperti itu. Sebagai ibu baru, saya pun masih banyak belajar untuk tidak memberikan respon negatif terhadap apa yang dilakukan anak. Asalkan, ia tidak melakukan hal yang berbahaya.
ADVERTISEMENT
Sebisa mungkin saya hindari mengomel, membentak. Terlebih ditambah menyakiti fisik anak. Selain akan membuat kita hanya akan merasa kelelahan secara fisik, juga tidak ada faedahnya. Apalagi bagi anak, malah akan banyak memberikan dampak negatif baginya.
Tahukah Moms, dampak buruk apabila kita sering membentak anak? Simak yuk ulasan berikut ini:
Musnahnya Sel Otak
Bentakan, perkataan kasar apalagi disertai tindakan kekerasan fisik akan merontokan sel otak anak. Bukan hanya satu, namun bisa sampai berjuta-juta sel. Efek jangka panjangnya dapat dilihat pada orang-orang yang sering dibentak ketika kecil, umumnya mereka akan lebih banyak melamun, dan juga lambat dalam memahami sesuatu.
Kemudian anak biasanya akan mudah untuk meluapkan rasa marah, panik dan sedih. Mereka biasanya seringkali mengalami stres hingga depresi dalam hidup. Akan tetapi sebaliknya, dengan 1 pujian, pelukan, dan kasih sayang, maka akan tercipta dampak positif terhadap perkembangan otaknya.
ADVERTISEMENT
Anak Akan Meniru
Orangtua adalah role model bagi anaknya. Bagaimana jika kita yang sering berperilaku buruk seperti membentak, berteriak dan lainnya? Apa yang ia lihat terekam dalam ingatannya, dan dapat membentuk pola tindakan serupa seperti apa yang sering ia alami.
Jantung Anak Kelelahan
Dari sisi kesehatan lainnya, jika mendapatkan bentakan dengan suara yang tinggi otomatis anak akan kaget lalu jantung anak dapat berdebar cepat dan membuatnya menjadi kelelahan.
Cenderung Memiliki Kepribadian Mudah Marah
Apa yang sering ia terima sebagai bentuk kemarahan orang tuanya sedikit banyak akan menempel pada perilakunya. Ia akan tumbuh menjadi anak yang pemarah, emosional, agresif dan sensitif.
Cenderung Tumbuh Menjadi Minder 
Setiap yang ia lakukan di masa lalu seringkali mendapat bentakan dari orang tua. Padahal itu salah satu bentuk kreatifitasnya, namun dikarenakan seringnya mendapatkan tanggapan negatif dari orang tua, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri.
ADVERTISEMENT
Tidak Bisa Menghargai Orang Lain
Kemudian anak secara tidak langsung yang sudah biasa dibentak juga cenderung bersikap dingin. Ia sama sekali tidak peka dengan dirinya, apalagi dengan lingkungannya. Sama sekali tidak menunjukkan perilaku menghargai antar teman dan orang lain. Tentu saja ia bersikap seperti ini karena sejak kecil kehadirannya tidak dihargai oleh orang tuanya.
Kehilangan Kreatifitas 
Berhubungan dengan rasa percaya dirinya yang menurun maka ia sulit melakukan sesuatu yang inisiatif. Ada perasaan selalu takut dimarahi, sebab keterbatasan untuk melakukan hal baru sangat dikekang. Rasa penasaran dan keingintahuan juga turun. Minatnya juga ikut turun, akhirnya otak akan membuat pola baru. Yakni kreatifitasnya mulai menurun dari sebelumnya. Tentu saja bukan berdampak saat kecil saja. Namun nantinya saat besar, anak cenderung tidak akan menampilkan kreatifitasnya lagi.
ADVERTISEMENT
Depresi 
Dampak negatif lainnya, untuk anak yang beranjak remaja, hal ini akan mengakibatkan ia merasa tertekan. Alih-alih orang tua berniat baik untuk memperbaiki perilaku sang remaja, tetapi dengan cara diteriaki, dihina dan dibentak oleh orang tua, maka hal ini justru membuat perilaku sang remaja malah tambah buruk.
Orang tua seharusnya mampu memberi contoh baik pada anaknya, termasuk menahan emosi ketika sang anak berperilaku tidak baik atau membuat kesalahan.
Marah atau emosi memang manusiawi tapi kita perlu mengontrolnya. Tujuan baik orang tua memarahi anaknya pasti sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab selaku orangtua. Akan tetapi jika memarahi dengan nada yang tinggi bahkan sampai membentak, tujuan kita menjadi tidak tercapai malah akan timbul masalah baru.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, hendaknya kita perlu menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Berikanlah pengertian ketika ia melakukan kesalahannya dalam bentuk lain yang mudah dipahami anak, supaya energi kita tidak terbuang sia-sia, tujuan kita tercapai, dan anak paham apa yang kita maksudkan.
Mari belajar bersama mengontrol emosi untuk kebaikan Si Kecil ya Moms, kita pasti bisa.
Semoga bermanfaat.
By: Chriesty Anggraeni.