Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Diare Jangan Dianggap Sepele
24 April 2018 19:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah buang air besar dengan konsistensi encer atau cair >3 kali dalam satu hari atau lebih dari frekuensi normal seseorang. Jadi jelas, diare harus memenuhi dua kriteria, yaitu konsistensi dan frekuensi.
ADVERTISEMENT
Penting juga untuk diingat bahwa frekuensi normal buang air besar pada usia anak dapat berbeda dengan usia dewasa. Misalnya saja bayi ASI ekslusif dapat buang air besar setiap kali diberi ASI, selama konsistensi feses tidak lebih encer dari biasanya, bayi tersebut tidak mengalami diare.
WHO mencatat, diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada anak berusia di bawah 5 tahun. Diare mengancam nyawa dan beresiko menyebabkan kematian karena potensi dehidrasi (kekurangan cairan), kekurangan ekektrolit dan juga kekurangan gizi (malnutrisi). Meskipun menakutkan, mommies sebaiknya tidak panik karena kepanikan bisa berujung pada penanganan diare yang kurang tepat, sehingga beresiko membahayakan si kecil.
Moms, diare disebarkan melalui jalur fecal-oral, yang artinya dari feses seseorang yang terinfeksi kuman ke mulut orang lain yang belum terinfeksi, sehingga kuman tertelan masuk ke dalam usus. Hal ini bisa terjadi akibat tangan yang tidak bersih, sumber air yang terkontaminasi dan juga lalat. Diare terjadi jika lapisan dalam usus "terluka" sehingga usus tidak dapat menyerap atau mencerna makanan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Makanan yang tidak tercerna/terserap ini akan menarik lebih banyak cairan ke dalam saluran usus sehingga konsistensi feses menjadi encer atau cair. Walaupun luka ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, namun penyebab tersering pada anak-anak adalah infeksi virus, terutama rotavirus yang menyebabkan 40% kasus diar pada anak.
Diare pada anak dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Diare akut encer atau cair tanpa darah.
Diare akut dengan darah.
Diare peristen, diare yang berlangsung >14 hari.
Cara menangani diare:
Beri cairan lebih banyak untuk mencegah dehidrasi. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) atau oralit juga dapat diberikan, termasuk pada bayi ASI ekslusif.
Berikan suplemen zinc selama 10-14 hari. Dokter akan memberikan dengan dosis 10-20 mg. Pemberian zinc terbukti menggantikan zinc yang hilang saat diare.
ADVERTISEMENT
Jangan mengurangi porsi makan Si Kecil karena beresiko mengalami malnutrisi. Umumnya, nafsu makan akan berkurang tetapi moms dapat memberikan makanan dengan porsi yang sedikit-sedikit namun sering. Susu dan sayuran masih boleh diberikan ya moms, karena saat sedang diare Si Kecil butuh asupan nutrisi.
Jangan memberikan obat "pemampat" diare, karena obat ini membuat gerakan usus melambat sehingga virus/bakteri lebih lama berada di dalam tubuh. Selain itu, obat ini juga dapat memperparah luka di lapisan dalam usus dan menyebabkan cairan dan garam tertahan di dalam saluran usus tanpa diserap oleh tubuh sehingga anak dapat mengalami dehidrasi tanpa disadari karena tidak adanya diare yang terlihat.
Jika diare disertai dengan muntah, pemberian obat anti-muntah tidak dianjurkan. Prinsip diare dan muntah adalah mengeluarkan kuman, baik virus maupun bakteri dari saluran cerna. Jika pengeluaran kuman dihentikan, maka kuman mempunyai kesempatan lebih lama untuk berkembang biak.
ADVERTISEMENT
Hindari minuman yang mengandung banyak pemanis karena dapat memperparah diare
Jika Si Kecil mengalami hal berikut, sebaiknya Moms segera membawanya ke dokter:
Tidak mau minum atau setiap diberikan minum selalu muntah.
Buang air sedikit atau lebih jarang dari biasanya.
Mulut kering, bibir pecah-pecah.
Ubun-ubun teraba cekung (pada bayi yang ubun-ubun depannya masih terbuka).
Tidak ada air mata saat menangis.
Rewel dan sulit ditenangkan.
Tidur terus-menerus dan sulit dibangunkan.
Mata cekung.
Kulit terlihat keriput.
Diare berlangsung lebih dari 14 hari.
Anak mengalami disentri.
Anak mengalami kolera, yaitu diare yang sangat cair dan berlangsung sangat produktif. Resiko dehidrasi dan kematian dapat terjadi dalam beberapa jam.
ADVERTISEMENT
Anak mengalami dehidrasi berat atau sedang yang tidak dapat ditangani oleh orang tua di rumah.
Diare disertai dengan demam lebih dari 40 derajat celcius.
Kapan pemeriksaan labolatorium diperlukan?
Sebagian besar diare tidak membutuhkan pemeriksaan lab. Pemeriksaan lab hanya dibutuhkan pada keadaan berikut:
Diare dengan darah dan lendir (disentri), kemungkinan bakteri atau amuba sebagai penyebab pada diare jenis ini lebih besar dibandingkan pada diare tanpa darah. Penyebab disentri adalah bakteri Shigella dysentrerie, sementara amuba penyebab disentri adalah Entamoeba histolytica.
Diare dengan dehidrasi sedang-berat, Pemeriksaan darah diperlukan untuk melihat kecukupan elektrolit (garam) di tubuh.
Kapan antibiotik dibutuhkan?
Antibiotik atau antiamuba dapat diberikan jika diare disertai darah dan lendir (disentri), serta pemeriksaan feses mendukung kecurigaan penyebab bakteri Shigella dysentrerie atau Entamoeba histolytica.
ADVERTISEMENT
Namun, jika Si Kecil diberikan antibiotik pada diare biasa maka akan berpotensi menyebabkan diare berkepanjangan yang dinamakan antibiotic-associated diarrhea. Diare justru terjadi akibat penggunaan antibiotik yang membunuh bakteri normal di usus besar. Jadi mommies, sebelum memberikan antibiotik pada saat Si Kecil diare, sebaiknya didukung dengan pemeriksaan feses yaa.
Semoga bermanfaat.
By: Kartika Wulan Sari.