"Gendang Telinganya Pecah, Anak Ibu Cacat..."

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
8 Mei 2019 17:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
"Gendang Telinganya Pecah, Anak Ibu Cacat..."
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
"Ini gendang telinganya pecah buk. Cacat lah anak ibuk, nggak bisa jadi dokter besok dia.."
ADVERTISEMENT
Kalimat ini yang masih aku ingat ketika aku membawa bayiku (Gibran, saat itu berumur 1,5 bulan) ke spesialis THT.
Awalnya, telinga sebelah kanan Gibran mengeluarkan kotoran berwarna putih dengan bau yang tidak sedap. Sebagai ibu yang baru magang dengan pengetahuan minim tentang dunia perbayian, saya mulai panik. Ini wajar nggak ya? kok bau banget? karena apa ya? apa karena kemasukan air? dan sederet dugaan lainnya. Mulai jurus browsing sana sini sampai menemukan artikel tentang kaitan kotoran telinga bayi dengan ispa (infeksi saluran pernapasan). Makin galau deh mamak, huhuhu.
Selang dua hari, kotoran itu makin banyak ditambah muncul warna kemerahan. Semakin lama semakin parah sampai suatu hari keluar cairan berwarna kuning hinggga telinga Ginbran menjadi lengket seperti di foto.
ADVERTISEMENT
Saya membawa Gibran berobat ke salah satu RS pemerintah karena saat itu hanya RS itu yang DSAnya sedang praktik. Fyi, saat itu saya dan suami berada di kota yg berbeda. Suami di Jogja,  saya dan Gibran di Oku Timur, Sumatera Selatan.
Ilustrasi membersihkan telinga anak Foto: Shutterstock
Saya dirujuk oleh petugas pendaftaran untuk bertemu dokter anak dahulu. Mulai ku ceritakan tentanh keluarnya cairan telinga, namun tidak ada demam, batuk pilek ataupun sesak nafas.
DSA mulai memeriksa telinga kanan dan hanya telinga kanan, hanya dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan alat apapun, kemudian mulai membersihkan telinganya supaya bisa kembali terbuka.
"Buk ini penyakitnya sudah OMA.""Hah, OMA itu apa dok?""Otitis Buk""Otitis itu apa ya dok?""Otitis itu infeksi saluran telinga. Jadi ini infeksinya sudah sampai di bagian telinga tengah. Saya kasih antibiotik dan obat tetes telinga ya, setelah 2 minggu kontrol lagi untuk lihat perkembangannya."Kemudian aku menebus obat itu, dan khusus antibiotik kebetulan habis jadi harus beli di apotek luar RS.
ADVERTISEMENT
Serangan panik dan stress level 1 mulai menjangkit diriku. Mulai cari tau banyak informasi tentang apa itu OMA. Aku kemudian membaca brosur di salah satu obat dari DSA, yaitu antibiotik Capsinat. Namun, di sini aku mulai merasa janggal dengan dosisnya. Kenapa anak sekecil ini sudah diberi antibotik sebanyak 3ml sedangkan di brosur sudah ada dosis untuk under 1yo dan dosisnya tidak sebanyak itu. Entah dokter atau apotekernya yang salah tulis dosis, tapi aku yakin betul kalau dosis itu terlalu banyak. Singkat cerita, ternyata dosis itu memang SALAH.
Hari berselang hari, cairan masih saja keluar. Hati kecilku tidak yakin dengan diagnosa DSA A, dan saya membawa Gibran berobat ke DSA B di RS lainnya. Kebetulan saat itu DSA B sudah praktik kembali. 
ADVERTISEMENT
"Bu, ini nggak mungkin kalau sampai OMA. Masa ujug-ujug langsung OMA tanpa ada gejala awal. OMA itu biasanya dibarengi ISPA dan demam tinggi, tapi anak ibu kan nggak. Saya curiga kalau ini masalahnya ada di liang telinga karena seperti membengkak, gendang telinga sampai nggak bisa terlihat. Coba bawa ke THT ya bu untuk lihat keutuhan gendang telinganya karena di THT alatnya lebih memadai. Semua obat baiknya distop dahulu."
Hari selanjutnya, aku membawa Gibran ke THT di RS kabupaten tetangga, sesuai yang dirujuk oleh DSA B. Sesampainya di THT, saya ceritakan alurnya, bagaimana diagnosa DSA A dan B itu berbeda.Mulailah dokter THT memeriksa telinga pakai alat seperti 'usg' khusus telinga, jadi kita bisa melihat penampang dalamnya di layar. 
ADVERTISEMENT
"Kecil sekali ya liang telinganya, gendang telinganya susah dijangkau"
"Bu, ini OMA. Gendang telinganya sudah sampai pecah. Cacat lah anak ibuk. Ga bisa jadi dokter dia besok.. Tapi nggak papa, masih bisa tumbuh nanti selaput telinganya, cuma nggak bisa cepat.Anak Ibuk demam?""Nggak dok,""Tapi pernah demam?""Ya pernah anget gitu dok.""Anak ibuk batuk?""Nggak dok, saya yang lagi batuk pilek.""Tapi pernah batuk?""Ya pernah dok kalo terbatuk""Nah itu bisa jadi penyebabnya."Aku: makin bingung dengan kondisi ini.
Serangan panik dan stress langung melonjak jadi level 5 
Akhirnya aku memutuskan untuk sesegera mungkin kembali ke Jogja, biar mendapatkan pengobatan di sana. Siapa tau bisa cepat membaik dan menjawab pertanyaan 'ini anak sebenarnya kenapa?'
Singkat cerita, di Jogja langsung ku bawa Gibran ke praktik pribadi Dokter THT. Saya ceritakan kalau di THT sebelumnya Gibran didiagnosa OMA dan gendang telinganya pecah. 
ADVERTISEMENT
"Ah, cobaa sini saya liat dulu yaaa. Ah nggak papa ini. Baik kok semuanya. Gendang telinganya baik. Cuma kotor aja. Ini liang telinganya ada yang luka terus bengkak, jadi nutupin gendang telinga. Tapi nggak papa kok. Coba saya lihat telinga yang satunya. Ah ini baik semua, udah nggak ada yang perlu dikhawatirkan.Anak ibu suka kagetan nggak kalau tidur?""iya dokter, sering malah""Lha iya itu tandanya pendengarannya masih baik. Dia masih respon sama suara-suara di sekitarnya. Jangan diutek utek dulu ya buk, kotorannya biar keluar sendiri. Cukup bersihkan luarnya saja. Obat yang dari dokter THT sebelumnya jangan dikasih lagi, kalau saya nggak rekomendasikan pakai itu, malah memperparah cairan keluar ga berhenti-berhenti."
Alhamdulillah, syukurlah. Akhirnya terjawab sudah semua drama telinga ini. Gibranku tidak apa-apa. Dia masih bisa menjadi apa saja yang dia cita-citakan, semoga anakku selalu sehat dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, Dari pengalaman saya ini, mari kita ambil hikmah dan manfaatnya ya.1. Edukasi diri kita sebanyak mungkin tentang dunia bayi. Jangan kayak aku yang sangat minim pengetahuan, giliran ngalamin baru deh belajar.2. Kotoran bayi berwarna putih itu normal selama tidak disertai demam tinggi, bapil, ISPA. Jika takut untuk membersihkan, bawa langsung saja ke THT. Kemarin pas di THTnya Gibran di Jogja, biayanya 100rb (membersihkan+cairan tetes untuk mengeluarkan kotoran yang terperangkap di dalam)3. Selalu baca dengan teliti dosis dan aturan pakai obat obatan meskipun itu resep dari dokter. Kita sebagai orang tua tetap harus hati-hati.4. Jika dirasa penyakit yang dialami anak kita kok nggak sembuh-sembuh dan menurut kita parah, selalu cari opsi ke dokter lain Moms. Percayalah, kita sebagai Ibu sudah dianugerahi insting mana yang terbaik untuk anak kita. 5. Salam hormatku untuk para pelaku medis yang sudah berjuang membantu pasien di luar sana. Tanpa mengurangi rasa hormat, semoga pengalaman saya ini menjadikan pelajaran untuk supaya lebih berhati-hati dan jeli dalam mendiagnosa. Kami yang tidak tau apa-apa mengenai istilah medis. Gali dengan sungguh-sungguh apa yang jadi keluhan pasien. Jika sudah seperti saya ini, menyesalnya sungguh luar biasa karena sudah memasukkan macam-macam obat ke dalam tubuh bayi mungilku padahal dia sebenarnya tidak membutuhkan itu.
ADVERTISEMENT
Semoga bermanfaat.
By: Ikana Asthi Nawatri via Babyologist