Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Hamil Kembar Tanpa Program dan Tanpa Adanya Riwayat Kembar
16 Mei 2019 21:48 WIB
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hi, perkenalkan nama saya Karina Theresia. Di sini saya ingin berbagi kisah mengenai kehamilan kembar yang saya alami. Selamat membaca :)
ADVERTISEMENT
Selang dua bulan setelah saya menikah, saya dinyatakan positif hamil oleh dokter dan dokter menyatakan bahwa usia kandungan saya baru memasuki 6 minggu. Ketika di USG yang terlihat hanya kantung kehamilannya saja, sehingga dokter menyarankan untuk kembali 2 minggu kemudian. Dua minggu kemudian, saat dokter memeriksa kandungan saya, tiba- tiba di layar muncul dua kantung kehamilan yang samar sehingga dokter memutuskan untuk melakukan USG Transvaginal.
Saat dilakukan USG Transvaginal, barulah terlihat jelas ada dua kantung yang masing-masing berisikan satu janin. Alangkah terkejutnya saya dan suami karena tidak pernah terbesit di benak kami untuk memiliki anak kembar karena kami berdua sama-sama tidak memiliki keturunan kembar baik dari saudara dekat maupun jauh.
ADVERTISEMENT
Tapi rasa terkejut itu berganti dengan rasa bahagia dan rasa syukur yang tak terbendung karena kami berdua merasa ini benar-benar mukjizat dari Tuhan. Banyak yang menyangka bahwa kehamilan yang saya alami merupakan program bayi tabung. Padahal, kami berdua baru saja menikah dan kondisi kami berdua baik-baik saja, jadi kehamilan yang saya alami benar-benar tidak direncanakan.
Dari awal kehamilan hingga saat ini, saya tidak mengalami kesulitan yang berarti. Saya tidak mengalami mual-mual, pusing atau muntah. Saya malah merasa lapar hampir setiap jam dan ingin makan terus. Sehingga di kandungan saya yang sudah memasuki 29 minggu ini berat badan saya sudah bertambah 12 kg. Untungnya menurut dokter plasenta saya bagus, sehingga makanan yang saya makan tersalurkan dengan baik jadi bayi-bayi saya tumbuh sesuai dengan semestinya.
ADVERTISEMENT
Memasuki usia kehamilan 29 minggu saya mulai mudah lelah, karena perut saya sudah terlihat seperti 9 bulan. Selain itu juga nafas saya terasa lebih pendek sehingga mudah merasa ngos-ngosan. Dokter pun sudah menyarankan untuk tidak banyak jalan dan lebih sering untuk bedrest karena rawan untuk terjadinya kontraksi lebih awal.
Sekian cerita kehamilan kembar saya, doakan semoga persalinan saya lancar dan tepat waktu.