news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hebatnya Sebuah Dukungan Suami saat Mendampingiku Melahirkan

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
11 Agustus 2019 15:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hebatnya Sebuah Dukungan Suami saat Mendampingiku Melahirkan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
MamaUna kali ini mau membahas tentang suami. Seberapa penting sih dukungan suami terhadap persalinan MamaUna kemarin? Wah penting banget!
ADVERTISEMENT
Aku merasa kalau suami itu begitu sayangnya sama istri. Dan Alhamdulillah, suami tipikal orang yang tenang dalam menemaniku selama persalinan berlangsung. (Enggak tahu juga sih ya di dalam hatinya teriak meraung-raung atau enggak).
Sebelum berangkat, suami selalu make sure kalau aku kuat atau enggak menahan kontraksi selama perjalanan dari rumah ke Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI). Aku pun menjawab kuat.
Tentu saja saat kondisi ini aku berusaha tenang dalam menerima kontraksi yang ada, karena enggak mau membuat suami panik juga. Pas udah sampai di RSPI suami tanya lagi. Apakah MamaUna mau turun terlebih dahulu di lobby lalu naik ke atas atau mau bareng. Maksudnya apakah aku pilih ikut turun parkir dulu baru ke atas. Aku jawab bareng aja. Dari hal sesimpel itu saja, hati kita tuh senang banget, lho.
ADVERTISEMENT
Pas bidan menyatakan MamaUna sudah bisa buka kamar, aku langsung minta jalan ke Pondok Indah Mall (PIM), suami pun melempar pertanyaan. "Yakin kamu mau jalan ke PIM? Kuat sayang?" Pertanyaan itu lagi-lagi cuma aku jawab kuat.
Selama di PIM, gelombang cinta yang datang makin dahsyat dan nikmat rasanya. Aku pun langsung memeluk suami erat-erat dan mengeluh kesakitan. Pak suami pun memeluk MamaUna sambil mengelus-elus punggung dan bilang dengan nada lembut.
"Iya, tapi harus atur napasnya, ya. Inget kan caranya gimana atur napasnya yang diajarkan di tempat yoga kamu?" Itu aja yang selalu diucap. Tapi emang benar, ucapan itu bikin aku tenang dan percaya kalau suami adalah kekuatan sang istri dalam menjalani persalinan.
Ilustrasi ibu baru melahirkan. Foto: Shutterstock
Mulai masuk pembukaan empat ke atas, gelombang cinta datang semakin dahsyat dan nikmat yang aku rasakan, semakin dahsyat dan nikmat, juga cengkeraman serta rintihanku. Suami dengan tenangnya memelukku, usap-usap kepala serta punggung sambil bilang. "Iya sayang tahu sakit, tapi sebentar lagi kamu ketemu Una, ya. Yuk diatur napasnya, bareng ya sama aku... huh huh hah... huh huh hah... " Dan tanpa sadar, mata suamiku udah berkaca-kaca.
ADVERTISEMENT
Aku pun harus menjalani persalinan secara caesar. Sebenarnya suami tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruang operasi, tapi karena MamaUna bawel dan mungkin bikin kesal seisi ruangan operasi, akhirnya suami pun masuk.
Selama di dalam ruang operasi, suami beberapa kali mengecup kening sambil mengelus-elus tangan. Kalau diulang lagi memori selama persalinan, bisa senyum-senyum sendiri sambil mengucap syukur Alhamdulillah dalam hati. 
Anak pun berhasil dengan selamat dikeluarkan oleh tim dokter, tangisannya pun terdengar, dan suami bilang, "Anak kita cantik banget sayang, terima kasih, ya." Ya Allah, kalau diingat lagi memorinya, rasanya sekarang pengin nangis.
Pas sudah di ruang perawatan dan sudah room-in dengan anak, selama aku masih di bawah bius dan enggak bisa bergerak setelah melahirkan, yang gendong anak dari tempat tidurnya sampai anak ada di sebelahku, ya cuma suami yang bantu. Padahal saat itu keadaannya masih pagi buta, setelah jam 00:00 WIB.
ADVERTISEMENT
Suami juga terus nungguin anak sampai selesai mimik dan mengembalikannya lagi ke tempat tidurnya. Ya, pokoknya cuma suami yang bantu. Yang bikin aku merasa paling beruntung adalah ketika suami lagi capek dan ngantuk tapi dia masih mau pijat kaki MamaUna yang bengkak dan masih mau nemenin istrinya ke RSPI untuk nyetor Air Susu Ibu (ASI)+mengASIhi anak+pumping lagi, ditinggal selama 2-3 jam.
Belum lagi kalau MamaUna udah mulai down dengan ASI perahnya sedikit, langsung dipijat badanku, tentunya dengan keadaan menahan kantuk,
Hal sekecil itu, cukup kok untuk membuat hati MamaUna senang, sangat senang bahkan. Terima kasih ya, sayang. Yuk, para suami yang sebentar lagi jadi calon bapak, menyenangkan hati istri itu pekerjaan yang sangat mulia, lho.
ADVERTISEMENT