Konten dari Pengguna

Kejenuhan Seorang Ibu Rumah Tangga

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
13 September 2019 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Kejenuhan Seorang Ibu Rumah Tangga

ADVERTISEMENT
Mom, pernah baca ceritaku tentang baby blues? Ternyata setelah baby blues hilang, beberapa bulan kemudian tepatnya ketika si bungsu berusia 7 bulan, aku tuh ngalamin kejenuhan yang luar biasa terhadap daily routine ku. Bangun tidur - nyiapin makan anak - cuci baju - sarapan sama anak - nyuci piring - masak nasi - mandiin anak sulung - nyapu ngepel - bersihin kamar mandi - belajar sama si sulung - nyiapin makan siang - nyiapin jus - cuci piring lagi - bobok siang - makan sore - cuci piring lagi - mandi sore - main main sama anak - preparation mau tidur - tidur.
ADVERTISEMENT
Sebenernya dari si bungsu umur sebulan, daily helper aku datang jam 8 pagi dan pulang jam 6 sore. 80% kerjaan dia bener-bener jaga anak-anak aku, kerjaan rumah ya bantu sedikit aja, seperti jemur baju dan buang sampah. Dari jam 6 sore, ya aku sendiri dirumah jaga anak anak. Kalau suami lagi nggak kerja keluar kota, alhamdulillah dibantu suami. Kalau suami keluar kota ya bertiga aja dirumah.
Sering merasa kerepotan karena si bungsu kalau udah malam maunya sama aku aja. Belum lagi si sulung minta perhatian. Oh iya, aku juga jarang tidur malam dengan nyenyak karena si bungsu masih suka rewel dan terbangun jam 2 pagi sampai jam 3 pagi. JENUH sekali dan capek, ya tentu aja.
ADVERTISEMENT
Kalau lihat barang bagus (seperti baju, tas, sendal) di online shop atau mall, langsung mikir 'buat apa? aku dirumah aja kok, perlunya mah daster yang banyak.' Kalau suami pergi kerja keselnya minta ampun karena artinya dia makan diluar dan aku jealous banget. Aku juga bayangin suami ketawa ketiwi sama rekan kerja/temannya sedangkan aku dirumah jaga anak. 
Padahal, suami ijinkan aku untuk pergi me time sebentar (ke salon kecantikan atau ketemu teman) dan anak-anak dirumah bersama helper. Aku dan suami juga selalu menyempatkan waktu untuk pergi berduaan dan anak-anak dititip di rumah neneknya. Entahlah, masih jenuh juga.
Hal ini tentu menjadi api dirumah tangga kami. Aku jadi sering menuntut suamiku untuk memperbolehkanku bekerja (karena dulu sebelum menikah, janjinya aku boleh bekerja). Aku bilang aku ingin punya tanggung jawab selain ngurus anak dan ngurus rumah. Tentu saja jadi perdebatan yang panjang, karena suami susah hati meninggalkan anak-anak dengan helper saja setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Suami dan mamaku selalu mengingatkan untuk bersyukur. Aku bersyukur tetapi ya itu, jenuh! Aku pernah mikir, apa aku aja ya yang seperti ini?
Nah bulan Juni 2019 tepatnya ketika lebaran, aku bertemu saudaraku yang memiliki 4 anak. Anak-anaknya santun, mandiri dan pintar banget. Ketiga anaknya masuk sekolah favorit di kota mereka, yang satu lagi (anak ke 4) masih SD. Saudaraku ini terkenal sekali di kalangan keluarga besar karena beliau 'sabar' mengurus anak-anak dan bener-bener nggak ada bantuan asisten rumah tangga. Akhirnya aku tanya, gimana sih caranya supaya bisa jadi seperti beliau? Aku curhat kalau aku ini ada kejenuhan, pengen bekerja dan berantem sama suami gara-gara anak.
Tidak disangka, beliau menjawab "Kamu kira semuanya mulus? Nggak loh. Aku pernah ke psikolog, minum obat depresi, minum obat tidur, mukul anakku juga pernah loh." Wah... Kaget dong ya. Beliau pun bercerita, ada satu kamar yang isinya tempat tidur doang, kalau beliau sudah capek banget ngurus anak-anaknya, beliau masukkan anak-anaknya ke situ kemudian beliau kunci dan beliau ke kamar yang lain untuk tidur. Akhirnya kami jadi ngobrol panjang lebar.
ADVERTISEMENT
Tidak seperti banyak orang yang menyuruhku untuk sabar dan bersyukur, beliau menyarankan agar hidup ini motonya 'JUST DO IT'. Seperti yang aku ceritain diatas, bahwa aku merasa bersalah kalau mau beli tas atau baju cantik karena aku dirumah aja, ternyata beliau pun pernah mengalami hal yang sama. Beliau malah menyarankan untuk beli aja. Dengan begitu, ada yang nge boost semangat untuk ngurus anak dan rumah. Kalau lagi pengen nangis, ya nangis aja. Kalau jenuh menghadapi anak, pergi dulu ke kamar sendirian, kunci pintu atau keluar sebentar beli makan atau minum enak. Just do it, karena akan datang hari, daily routine nya sudah mulai berubah lagi. Karena akan datang hari, anak-anak sudah bukan anak-anak lagi.
ADVERTISEMENT
Beliau juga pernah merasakan adakalanya rasa jenuh dan capek, tetapi suami terkadang tidak mengerti, yasudah tidak apa apa, karena lelaki terkadang begitu, karena lelaki dari Mars, perempuan dari Venus. Yang penting masih satu visi dalam mengurus anak. Misalkan aku lagi capek nih terus aku letakkan anak dikamar sendirian beserta mainan-mainannya, kemudian aku ke kamar sebelah untuk tidur. Nah, suami tidak boleh komplain, kalau suami bisa bantu mengurus, ya ditolong istrinya, kalau tidak bisa bantu, ya percaya sama cara istrinya. 
Sekarang daily routine keluarga kami sudah berubah. Suami memutuskan untuk memberhentikan daily helper dan mencari helper yang bisa menginap dirumah. Kalau suami ke luar kota, masih ada helper yang menemaniku dirumah. Anak sulung sudah masuk sekolah. Aku bertemu dan mengenal ibu-ibu lainnya yang mempunyai masalah yang sama dan juga berbeda dan itu memotivasi aku jadi lebih semangat loh.
ADVERTISEMENT
Ternyata bener, sekarang aku nggak jenuh lagi. Mungkin akan ada masanya aku bakal jenuh lagi, tapi ya tidak apa, KARENA ITU WAJAR. Kalau dipikir-pikir, jenuh itu bukan karena tidak sayang anak, melainkan karena kita terlalu memikirkan kewajiban kita sebagai istri dan ibu. Jenuh bukan berarti tidak bersyukur, tetapi hanya perlu mencari/mengubah sesuatu supaya lebih happy dalam menjaga, merawat dan mendidik anak-anak. Semangat moms.