Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kesalahan dalam Relaktasi Mandiri
10 November 2018 17:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Relaktasi adalah kegiatan menyusui kembali setelah si Ibu beberapa saat tidak menyusui bayinya secara langsung. Sebenarnya saat relaktasi, kita tidak harus dibimbing oleh seorang konselor laktasi secara langsung. Bisa juga kita lakukan secara mandiri di rumah. Lalu mengapa banyak yang melakukan relaktasi mandiri dan gagal? Saat relaktasi mandiri, banyak Moms tidak membenahi dirinya sendiri terlebih dahulu, tetapi lebih fokus membenahi bayinya. Mari kita kupas sekilas kesalahan dalam relaktasi mandiri yang terkadang tidak disadari oleh Ibu.
ADVERTISEMENT
Kesalahan dalam Relaktasi Mandiri
Jika tidak dihisap oleh bayi, maka produksi ASI akan mengalami penurunan dan nantinya produksi ASI akan mengering. Hal seperti inilah yang kerap kali menjadi tujuan utama saat relaktasi. Padahal tanpa disadari, pemikiran yang terekam di alam bawah sadar tersebut menyebabkan Ibu secara tidak sadar memaksa bayi untuk segera menyusu. Coba kita pikirkan kembali, apakah sebenarnya tujuan menyusui? Bukankah menyusui merupakan wujud tindakan cinta kasih Ibu kepada bayinya?
Sounding yang salah. Banyak Moms beranggapan bahwa sounding adalah mengajak bayi untuk menyusu secara berulang-ulang, tanpa memperhatikan kondisi bayi. Sering kali saat dilatih untuk menyusu kembali, bayi akan menangis. Pada kondisi bayi menangis, Moms tetap melatih bayi untuk menyusu lagi. Padahal jika dilakukan secara terus menerus, hal ini akan membuat bayi menjadi takut dan yang terekam pada ingatan bayi adalah, menyusu bukanlah kegiatan yang menyenangkan tetapi kegiatan yang sangat menakutkan. Sounding yang tepat adalah melatih bayi menyusu kembali tanpa adanya pemaksaan. Jadi saat bayi menangis, sebaiknya tenangkan bayi terlebih dahulu, misalnya mengajaknya bercanda atau bermain. Baru setelah bayi tenang, Moms melatih kembali bayi untuk menyusu pada payudara Moms.
ADVERTISEMENT
Memutar kepala bayi, agar bayi kembali melihat payudara Ibu. Saat bayi menangis ketika hendak kita latih menyusu, terkadang kepalanya beralih dari payudara. Moms terkadang memutar kepala bayi, agar menghadap ke payudara lagi, tetapi hal yang terekam pada ingatan bayi, menyusu adalah sesuatu yang menakutkan karena dalam menyusui terjadi tindakan-tindakan yang tidak disukai oleh bayi, seperti diputar kepalanya. Coba bayangkan, bagaimana jika Moms dipaksa melakukan hal yang tidak disukai? Tentu akan semakin takut dan depresi bukan?
Bayi dapat mengingat dengan cepat tindakan dan sentuhan yang dia rasakan. Karena itu, banyak konselor laktasi yang menganjurkan untuk sering melakukan skin to skin saat relaktasi. Mengapa skin to skin? Sentuhan adalah bahasa yang dipahami oleh bayi. Dengan sentuhan, Moms dapat berkomunikasi lebih mudah dengan bayi. Beberapa bayi yang bingung puting, sebenarnya disebabkan oleh kondisi sentuhan Moms yang tidak disadari membuat bayi tersebut menjadi takut. Mari kita lihat sekilas, mengapa dot lebih nyaman bagi bayi.
ADVERTISEMENT
Mengapa dot lebih nyaman bagi bayi?
Dot selalu berisi air susu. Di mana rata-rata Ibu yang melakukan relaktasi, biasanya mengalami penurunan produksi ASI. Jadi terkadang bayi lebih menyukai dot, karena ketika diisap akan mengalirkan air susu yang dibutuhkan bayi. Sedangkan terkadang ketika bayi mengisap payudara Ibu, bayi tidak menemukan ASI.
Dot tidak memaksa bayi, dot tidak pernah memaksa bayi untuk mengisapnya. Dot dengan tenang masuk ke mulut bayi. Para Ibu bahkan terkadang membeli dot dengan merek tertentu yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi sang buah hati.
Ketika kepala bayi beralih sedikit, dot mengikuti arah mulut bayi. Saat kepala bayi beralih, Moms tentu akan mengalihkan posisi dot mengikuti kepala bayi, bukan? Berbeda dengan cara relaktasi yang salah, di mana Ibu memutar kepala bayi untuk mengikuti payudara Ibu.
ADVERTISEMENT
Jadi apa yang sebaiknya dilakukan pertama kali saat relaktasi mandiri? Yang sebaiknya dilakukan adalah, membenahi pemikiran saat hendak relaktasi. Pikirkan bahwa relaktasi itu bentuk cinta, dan bukan sekadar masalah penurunan produksi ASI. Jika Moms dapat berpikir demikian, maka Moms akan melihat kondisi-kondisi yang tepat, kapan sebaiknya bayi dilatih untuk menyusu pada payudara. Kemudian perbanyaklah skin to skin, sentuhan adalah bahasa bayi untuk mengetahui bahwa Ibu mencintainya. Bangun kepercayaan bayi pada Moms melalui skin to skin, agar bayi percaya bahwa saat dia tidak mau menyusu, tidak akan ada pemaksaan yang akan Ibu lakukan.
Skin to skin bisa dilakukan dengan cara memijat bayi sebelum mandi, mengelus kepalanya, menggendong bayi sesering mungkin, mengelus punggungnya, mencium, atau mengajak bayi bercanda. Intinya kegiatan yang banyak bersentuhan fisik dengan bayi, sering-seringlah dilakukan. Jika hal-hal ini bisa diterapkan dengan baik, maka relaktasi mandiri sebenarnya bukan hal yang sulit, bukan?
ADVERTISEMENT
Semoga bermanfaat.
By: Ivone Sutanto