Konten dari Pengguna

Ketika Aku Harus Dikuret Saat Melahirkan Anak Pertama

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
27 November 2019 12:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ketika Aku Harus Dikuret Saat Melahirkan Anak Pertama
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kehamilan merupakan dambaan bagi wanita yang sudah menikah. Bahkan banyak pasangan yang tidak menunda punya momongan. Begitu juga aku dan suami, inginnya setelah menikah tidak menunda-nunda punya momongan. Tapi tetap kekuasaan hanya milik-Nya, manusia hanya berdoa dan berusaha.
ADVERTISEMENT
Aku menikah di bulan April 2017, saat usiaku itu 24 tahun. Setelah satu minggu menikah (akhir April) aku haid. Bulan depannya, seharusnya menurut kalender aku sudah haid tapi belum. Tapi aku enggak buru-buru ngecek. Aku tunggu dulu dua minggu kalau belum haid juga, aku baru mau testpack. Biasanya aku kalau menstruasi selalu maju sekitar 5-7 hari dari kalender haid, pernah aku konsultasi namanya siklus pendek.
Benar, dua minggu dari tanggal seharusnya haid aku belum haid juga. Belilah aku testpack. Berhubung aku belinya sore dan aku baca-baca kalau testpack hasilnya akan maksimal ketika buang air kecil pertama kali setelah bangun tidur maka aku tidak langsung testpack. Keesokan paginya barulah aku testpack dan hasilnya garis dua. Senang dong, bangunin suami kasih tahu. Suami juga senang, dong.
ADVERTISEMENT
Setelah tahu positif hamil, seminggu kemudian aku periksa ke Puskesmas, kata bidan, usia kehamilan sudah 6 minggu. Dua minggu kemudian aku USG di salah satu rumah sakit di kotaku. Alhamdulillah, kelihatan kantongnya dan ada titik yang bakal jadi janin. Tapi dokter kandungan yang aku pilih mengatakan ini usia kehamilan 8 minggu, tapi terdeteksi 5 minggu. Aku bingung dong maksudnya gimana?
Dokter pun membaca raut wajahku yang bingung. Langsung beliau mengatakan, kadang alat sama hitungan kalender memang beda, tenang saja, kita lihat bulan depan. Rasanya jawaban beliau enggak enak di hati, tapi aku mencoba biasa setelah cari tahu bisa saja hasil USG itu berbeda. Ibu hamil harus bahagia.
Saat itu, musim liburan semester dan aku pun libur kerja. Nah, ketika H-2 masuk kerja, kantorku mengadakan rapat hingga sore. Di perjalanan pulang, aku merasa ada yang keluar seperti pertama haid. Dalam hati, ah enggak mungkin aku haid orang aku lagi hamil. Sesampainya di rumah cek ke kamar mandi ternyata benar ada flek. Panik.
ADVERTISEMENT
Malamnya langsung ke RS minta USG. Dokter mengatakan usia kehamilanku 11 minggu tapi janinnya terdeteksi 8 minggu. Yang mengagetkan ketika dokter bilang: "Ini tidak berkembang bu janinnya harus dikeluarkan." Lemas seluruh badan, remuk hatiku dan suami pun syok.
Aku disuruh milih sama dokter mau pakai obat atau dikuret? Kalau obat: hanya diminta minum obat khusus, nanti janin akan keluar dengan sendirinya seperti orang haid. Tapi jangan mengeluh sakit banget karena sakitnya melebihi orang haid (kata dokterku), dan belum tentu langsung bersih kandungannya. Kalau kuret: memang prosesnya lewat vagina tapi dibius jd tidak merasakan apa2, prosesnya 10 menit, kandungan langsung bersih.
Aku memilih dikuret. Dokter menjanjikan aku untuk kuret hari Jumat, waktu itu aku priksa hari Rabu. Kenapa hari Jumat? Karena dokter itu praktiknya hanya Rabu dan Jumat. Namun, Allah berkehendak lain. Dini hari sudah masuk hari Kamis, rasanya aku ingin buang air kecil ternyata aku seperti kencing darah.
ADVERTISEMENT
Waktu itu juga langsung ke rumah sakit. Sampai di IGD aku di Ventrikular takikardia (VT). Ternyata jalan lahir sudah buka satu. Aku diberi obat penguat lewat vagina dan perawat pun merubah jadwal kuretku setelah telepon dokter yang semalam janjian hari Jumat. Kuret akan dilakukan hari kamis siang.
Aku pun diminta untuk puasa setelah sarapan jam 6 pagi. Setelah sarapan dan minum banyak air putih, rasanya aku ingin buang air kecil. Sungguh tak kusangka, aku buang air kecil sambil mengeluarkan segumpal daging yang sudah memiliki bentuk namun belum sempurna. Perawat pun mengambilnya dan meletakkannya ke dalam kendi kecil.
Sebelumnya, aku sudah diberi tahu kalau buang air kecil jangan di kloset tapi di lantai KM dan harus ditemani. Jadi, gumpalan daging itu ada di lantai KM. Walaupun janin sudah keluar aku tetap harus melakukan kuret, takutnya masih ada sisa-sisa di dalam kandungan.
Ilustrasi keguguran. Foto: Shutter Stock
Proses Kuret:
ADVERTISEMENT
Aku masuk ruang bersalin, diajak bicara sana sini akhirnya aku tidak sadar karena petugas anestesi memasukkan obat bius. Sejam kemudian aku sadar dengan kepala yang sangat pusing berasa kayak ngambang. Cerita suami, kuretnya 10 menit tapi biusnya sejam sendiri. Rasanya gimana? Aku enggak ngrasain apa-apa, ngilu pun tidak, hanya saat aku sadar aku memakai pembalut dan pusing sekali (efek bius). Aku pun tidak tahu dokternya pakai baju apa dan alatnya seperti apa. Hanya butuh 1 hari rawat inap pascakuret dan 4 hari untuk recovery. Aku pun bekerja kembali.