Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Lahir Lebih Awal karena Oligohidramnion
2 Juni 2019 10:16 WIB
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama 36 weeks saya hamil anak pertama, tidak pernah ada masalah apapun. Berat badan bayi cukup menurut usia kehamilan, posisi bayi sudah pada tempatnya, ketuban cukup dsb. Saya rutin kontrol ke Bidan maupun ke Dokter Spesialis Kandungan di sekitar Jakarta dan Bekasi.
ADVERTISEMENT
Kemudian saya pulang ke kampung halaman untuk merencanakan persalinan dekat dengan kedua orang tua saya. Saya pun tetap bersemangat untuk periksa ke tenaga kesehatan untuk memantau kesejahteraan bayi saya.
Namun saat saya periksa di dokter kandungan pertama, ditemukan diagnosa Oligohidramnion (kekurangan cairan ketuban). Iya, dokter mengatakan bahwa air ketuban saya sudah mulai berkurang. Beliau menganjurkan untuk banyak minum air putih dan mulai melakukan induksi alami. Akan di evaluasi 1 minggu lagi.
Kemudian 1 minggu berselang, saat usia kehamilan memasuki 38 weeks, saya melakukan pemeriksaan di dokter ke 2 dengan maksud mencari second opinion. Karena saya merasa baik-baik saja selama ini. Tidak pernah merasa ketuban merembes. Namun ternyata, dokter kedua juga menyampaikan hasil pemeriksaan bahwa saya Oligohidramnion. AFI (indeks cairan amnion/ketuban) saya 7 dan sebaiknya segera dilakukan induksi persalinan. Karena akan sangat beresiko apabila menunggu sampai dengan Hari Perkiraan Lahir (2 minggu lagi). Beliau menyampaikan bahwa induksi persalinan pada usia kehamilan saat ini memang sudah boleh dilakukan. Karena pada usia ini bayi sudah siap dilahirkan dibandingkan sebelum usia kehamilan 36 weeks.
ADVERTISEMENT
Sehari sebelum berangkat ke RS, saya sudah mencoba induksi alami dengan mengkonsumsi beberapa jenis makanan yang memicu kontraksi. Namun hanya merasakan kencang yang hilang timbul.
Keesokan harinya saya berangkat ke IGD. Diperiksa ternyata sudah pembukaan 1. Kemudian saya diinduksi melalui vena dengan oxytocin drip. Hampir 24 jam saya merasakan kencang yang semakin sering pada perut namun pembukaan tetap. Kemudian saya merasa sangat lelah dan dokter memberikan advice untuk istirahat dari induksi. Dan di evaluasi tiap 4 jam. Namun, hasilnya nihil. Pembukaan tetap. Kemudian direncanakan SC sore harinya.
Dan akhirnya, lahirlah bayi saya dengan sehat selamat. Menangis keras, geraknya aktif di usia 38 weeks.