Konten dari Pengguna

My Pregnancy Journey

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
18 November 2019 7:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

My Pregnancy Journey

My Pregnancy Journey
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Halo Moms, it's been more than three months sejak Baby Lara hadir dalam kehidupan rumah tanggaku and she's truly our most precious gift. Aku pun teringat masa-masa dimana aku dan suamiku masih berdua saja. Kali ini aku mau share our pregnancy journey yang cukup panjang tapi aku persingkat untuk diambil hikmahnya. 
ADVERTISEMENT
Aku menikah dengan suamiku di bulan November tiga tahun yang lalu dan kami memang sudah sepakat untuk menunda mempunyai anak karena kami ingin menyesuaikan diri tinggal bersama terlebih dahulu dan menikmati momen kebersamaan berdua sampai kami siap total untuk menyambut kehadiran buah hati di keluarga kami. We did enjoy our time together dan kami habiskan sebagian besar waktu kami untuk traveling ke beberapa negara berdua. Jujur, kami seringkali menerima komentar pedas dari teman bahkan orang-orang terdekat akan keputusan kami "menunda". Dari perkataan halus, hingga perkataan yang membuat kami merasa dongkol dan merasa tersinggung. "Jangan ditunda punya anak, nanti malahan susah lo dapetnya!". Moms mungkin mengerti disini seringkali orang berasumsi akan apa yang kita lakukan. Ada yang terang-terangan menegur keputusan kami, tapi ada juga oknum-oknum yang merasa iba seolah pernikahan kami sulit dikaruniai seorang anak. Apakah kami merasa terganggu? Sempat. Kami sempat merasa tertekan namun kami meyakini diri satu sama lain, kami mau kami sepenuhnya siap secara mental dan finansial.Akhirnya di pertengahan tahun kedua pernikahan kami, kami mulai terpikir untuk merencanakan kehamilan. Sebenarnya tidak direncanakan, tapi lebih ke hati kami mengatakan kami siap menyambut buah hati anytime. Disaat itulah momen-momen terlambat haid mulai terasa menegangkan, test pack demi test pack digunakan, kekecewaan pertama-tama sempat bermunculan dan pikiran negatif menghantui dimana saya berpikir yang orang-orang katakan soal menunda dan kaitannya dengan chance kehamilan benar.
ADVERTISEMENT
Tepat lima bulan jelang kami rutin "mencoba", satu bulan sebelum peringatan pernikahan kami yang kedua, kami memutuskan untuk melupakan sejenak rencana mempunyai anak dan merencanakan perjalanan ke Bali. Aku pun tidak lagi menantikan kapan aku akan hamil dan menantikan perjalanan kami ke Bali. Tiket dan hotel sudah kami booking. Sekitar dua minggu sebelum perjalanan kami, aku baru menyadari menstruasiku tidak kunjung datang, sudah sekitar sembilan hari tepatnya terlambat. Sempat aku kira haidku datang karena kemunculan flek tapi ternyata belum juga. Akan tetapi saat itu aku tidak mau ambil pusing dan tidak melakukan tes kehamilan, takut kecewa mengingat sebelumnya aku bahkan pernah terlambat lima belas hari dan itu hal yang lumrah untukku. Haidku memang datang tidak beraturan. Lebih seringnya bahkan terlambat.
ADVERTISEMENT
Tepatnya enam hari sebelum keberangkatan kami, aku mulai kepikiran karena haidku tidak kunjung datang, bukan karena berpikir aku hamil tapi lebih ke arah "bagaimana kalau haidku datang saat aku di Bali?". Menceritakan keterlambatanku ke kakakku, aku didorong untuk melakukan test pack. Sekedar untuk menenangkan pikiran, katanya. Di hari Sabtu saat aku menyampaikan niatku untuk membeli alat uji kehamilan, aku malahan debat dengan suami, suamiku tidak ingin aku kecewa dan dia pun takut merasa kecewa jikalau lagi-lagi kami menemukan hasil test pack hanya bergaris satu. Setelah berdebat akhirnya suamiku setuju dan membeli alat uji kehamilan "termurah" yang dapat kami temukan. Berbeda dengan malam-malam sebelumnya, dimana aku selalu gemetar dan was was saat melakukan tes kehamilan, subuh saat aku terbangun hendak melakukan tes kehamilan aku merasa sangat santai. Aku berpikir tidak mungkin aku hamil, dan berusaha menyenangkan pikiranku berpikir aku akan bersenang-senang di Bali, melakukan hal-hal yang dapat kulakukan selagi belum hamil.
Alat uji kehamilan yang kubeli saat itu adalah yang harus direndam dalam cairan urine kita. Sudah kusiapkan cup kecil untuk diisi dengan urine pertamaku pagi hari itu. Setelah testpack kurendam dan diamkan beberapa saat, aku mencuci tanganku, tidak berpikir apa-apa. Betapa terkejutnya aku saat aku melirik testpack yang kurendam selama lima menit sesuai instruksi hasilnya bergaris dua! Aku keluarkan dari cup rendaman urineku, kukeringkan dan kudiamkan lagi, kutatap berulang kali sampai aku yakin dan lekas kembali ke kamar untuk membangunkan suamiku menyampaikan kabar kehamilanku. Suamiku terbangun dan terkejut, mengikutiku ke arah kamar mandi dan melihat hasil testpack tersebut. Kami berpelukan dan menghabiskan pagi kami berbincang-bincang mengenai ragam hal, mostly mengenai rupa si kecil.
ADVERTISEMENT
Sempat kami mengira kami kehilangan si kecil, tapi ternyata kami masih diberikan kepercayaan untuk menjaganya sampai sekarang. Kehamilanku tidak luput dari berbagai pertanyaan yang mengganggu pikiranku sendiri: "Apakah si kecil tumbuh sempurna?", "Cukupkah berat badanya sampai ia lahir nanti?", "Dapatkah proses persalinan terjadi lewat dari usia aman kandungan?", hingga kebingungan kami karena posisi janin yang terus sungsang dan tidak kunjung berputar. Pada akhirnya, kami sangat bersyukur telah dikaruniai seorang putri yang sempurna tanpa kekurangan apa pun juga meski harus melalui operasi caesar. Bagi para Moms di luar sana, baik yang sedang menanti kehamilan atau kelahiran si kecil, meski perjalanan mungkin belum tentu semulus kisah drama Korea dan seringkali perkataan orang lain merasuki pikiran kita, ingatlah bahwa we all have our own personal roads to travel. Ada yang hanya perlu menempuh 2 km untuk bertemu si kecil, ada yang 20 km; ada yang harus bersusah payah mendaki gunung, ada yang hanya perlu berjalan beberapa langkah saja. Tapi eventually, sulit atau mudah perjalanan Moms, percayalah, segala sesuatunya akan jadi baik pada akhirnya.
ADVERTISEMENT