Pengalaman Menggunakan KB IUD pasca Plasenta

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
13 Juni 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak saya hamil, saya sudah mulai merancanakan KB apa yang akan saya gunakan nanti setelah melahirkan. Yang jelas, saya ingin KB non hormonal, aman untuk ibu menyusui, jangka panjang, bisa dilepas kapan saja dan keefektifannya tinggi (walaupun tidak ada jenis kontrasepsi apapun yang benar-benar 100% efektif).
ADVERTISEMENT
Setelah saya berdiskusi dengan suami dan dokter kandungan saya, akhirnya saya memutuskan untuk memilih KB Intrauterine Device (IUD)/spiral/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
Oya, saya melahirkan dengan cara operasi sesar ya moms. Sebelum operasi, perawat sudah menyiapkan KB yang akan dipasang nanti sesaat plasenta dikeluarkan. Saya diberi beberapa pertanyaan mengenai apakah pernah ada riwayat Infeksi Saluran Kemih, apakah saat menstruasi saya nyeri dll. Kemudian dinyatakan kalau saya aman menggunakan IUD dan menandatangani informed consent yang diberikan.
Beberapa saat setelah bayi saya dikeluarkan, dokter menunjukkan IUD kepada saya. "Ini ya Bu IUD-nya, saya pasang". Saat itu saya hanya menganggukkan kepala. Kurang lebih 15 menit kemudian, dokter selesai menjahit luka operasi saya, dan memberi selamat serta memberitahu jika IUD telah terpasang. Ternyata cepat sekali pemasangannya. Bahkan saya sama sekali tidak merasa dokter memasang IUD dan saya tidak merasa ada benda di rahim saya saat itu. Benar-benar nyaman, tidak merasakan perih karena pemasangannya memang masih dalam rangkaian operasi. Oya, IUD pasca plasenta ini juga bisa digunakan oleh Moms yang melahirkan normal lo.
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan metode KB IUD (pasca plasenta) ini, saya bisa mengatur jarak kehamilan ataupun kelahiran mengingat riwayat saya operasi, sehingga memerlukan waktu juga untuk pemulihan kembali rahim saya untuk mencegah ruptur uteri (robekan dinding rahim).