Pengalaman Saya Jalani Proses Epidural Saat Persalinan Normal

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
1 Agustus 2019 17:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu hamil mual Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil mual Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kata 'epidural' sudah tidak asing untuk para mom atau mom to be. Sebelum anak pertama saya lahir, dokter dan susterdi rumah sakit sudah memberi tahu saya metode-metode untuk mengurangi rasa sakitnya kontraksi, salah satunya adalah epidural.
ADVERTISEMENT
Saya melahirkan anak pertama di Brisbane pada 2015. Pada 17 Desember pagi, saya sempat sesekali mengalami flek dan kontraksi palsu. Ketika saya menghubungi pihak rumah sakit, mereka bilang itu normal, dan saya baik-baik saja.
Namun menjelang sore, sakit yang saya alami kian terasa memuncak. Rasa sakit itu datang setiap 15 menit sekali, tapi masih bisa saya tahan. Saat malam datang, saya sudah tidak bisa menahan rasa sakit, lalu menelepon pihak rumah sakit dan mereka meminta saya untuk ke sana.
Ketika saya diperiksa, ternyata baru pembukaan satu. Pada saat itu, wajah saya sudah putih memucat dan sangat lemas. Pihak rumah sakit memberikan saya obat tidur dan saya pulang. Sesampainya saya di rumah, saya bisa tidur dengan lelap walaupun rasa sakit karena kontraksi tetap terasa.
ADVERTISEMENT
Pada 18 Desember pagi, saya dibangunkan rasa sakit. Namun lagi-lagi, masih bisa saya tahan sampai kurang lebih jam empat sore. Saya menghubungi pihak rumah sakit dan saya diminta untuk datang ke sana (lagi).
Sesampainya di rumah sakit, ternyata saya masih saja baru pembukaan dua. Namun, wajah saya sudah menunjukkan ekspresi kesakitan dan terlihat sangat lesu. Akhirnya, saya diminta untuk menginap. Jam 10 malam, saya diberikan satu butir pain killer, yang akibatnya saya tidak bisa tidur walau dipaksakan.
19 Desember, jam 4 pagi, saya memanggil salah satu suster karena saya membutuhkan satu pain killer, tetapi ternyata saya tidak dibolehkan mengonsumsinya lagi. Setelah diperiksa, saya sudah berada di tahap pembukaan empat dan dipindahkan ke ruang bersalin.
ADVERTISEMENT
Di ruang bersalin, saya melihat gym ball, big bathub, dan lain-lain. Namun saya tidak bisa gunakan karena saya kesulitan bergerak. Kontraksi membuat saya merasa sakit, berkeringat, dan bergemetar. Kaki saya pun sudah lemas sekali dan tidak bisa berdiri.
Sesekali, saya atur napas saya, tapi saya tetap merasa sakit. Jam 6 pagi, seorang suster menawarkan saya untuk menghirup gas untuk mengurangi rasa sakit. Saya mencobanya, namun saya tetap merasa sakit.
Saat malam mulai tiba, saya meminta epidural. Saya pernah diberi tahu bahwa epidural adalah metode terakhir untuk meredakan rasa sakit. Saya pun menandatangani perjanjian yang diberikan.
Pihak pemberi anestesi datang sekitar 15 menit kemudian dan mereka memberi tahu prosedurnya. Mereka memperlihatkan jarum yang akan menyuntik tubuh saya, dan mereka membacakan risiko yang mungkin akan saya alami. Setelah itu, barulah saya dimasukkan epidural. Ternyata, saya tidak merasakan sakit sama sekali selama prosesnya berlangsung.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai, saya diminta untuk berbaring dan beberapa menit sekali suster meminta saya untuk mengangkat kaki. Sebab, setelah proses epidural, tubuh bagian bawah akan mati rasa, sehingga suster harus memeriksa berapa lama proses 'mati rasa' ini akan berlangsung.
Setelah epidural, rasanya saya seperti tidak mengalami kontraksi sedikit pun. Sekitar jam 12 siang, air ketuban saya pecah dan sekitar dua jam kemudian saya dipersiapkan untuk proses bersalin. Setelah sekitar setengah jam, putri saya pun keluar dengan selamat.
Keesokan harinya, petugas anestesi datang ke kamar bersalin saya dan memeriksa apakah semuanya baik-baik saja. Kemudian, saya diberikan booklet tentang epidural. Berikut poin-poin pentingnya:
Pada persalinan normal/spontan, epidural bisa digunakan setelah bukaan 4, karena epidural itu diperbolehkan ketika memang sudah active labour dan amannya dikatakan active labour itu setelah bukaan 4.
ADVERTISEMENT
Ada 3 risiko yang menurut saya paling penting:
Ada after effect setelah pemakaian epidural. Ada yang merasa pusing, mual, heart burn, ataupun sakit di bagian pinggang. 
Kalau orang seperti saya yang memang tidak tahan rasa sakit, epidural itu sangat membantu sekali. Beruntungnya, saya tidak merasakan after effect apa pun, kontraksi juga lancar hingga proses persalinan.
Menurut informasi dari pihak anestesi, sebenarnya memang jarang sekali ditemukan adanya after effect setelah memakai epidural. Jadi, jangan membayangkan hal hal yang negatif, ya.
ADVERTISEMENT