Pengalaman Saya Naik Gunung Sindoro saat Hamil 5 Bulan

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2019 10:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengalaman Saya Naik Gunung Sindoro saat Hamil 5 Bulan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Semua Moms di sini pasti punya hobinya masing-masing ya. Entah itu mulai dari membaca hingga hobi jalan-jalan sekalipun. Memiliki hobi yang masih bisa dijalankan ketika hamil pasti sangat menyenangkan ya Moms? Hobi yang dijalankan bisa menjadi alternatif pelepas penat atau "me time" untuk Moms tentunya.
ADVERTISEMENT
Mendaki. Ya, mendaki adalah salah satu bagian dari hobi saya sejak dulu. Namun, untuk rutin mendaki sudah saya jalankan kurang lebihnya hampir 10 tahunan ini. Kegiatan "outdoor" ini sudah saya impi-impikan sejak saya masih balita. Bercita-cita bahwa kelak saya akan bertualang di hutan dan membangun tenda kemudian bermain sepuasnya di alam.
Cita-cita saya pun terlaksana. Hampir 10 tahun ke belakang ini saya rutin menjalani kegiatan mendaki. Bahkan, bulan madu pun saya mendaki berdua saja ke gunung yang sangat sepi bersama suami. Sangat seru!
Hingga akhirnya, sebulan kemudian saya pun positif hamil. Waaahh, sempat sedih masih bisa mendaki atau tidak untuk ke depannya karena pasti kalau hamil tidak akan boleh. Kemudian akan punya bayi dan mengurus anak. Lalu kapan dong ya akan mendaki lagi?
ADVERTISEMENT
Pada suatu hari, suami dan rekan-rekan kerjanya berencana akan mendaki ke Gunung Sindoro. Saya yang semula ragu-ragu takut ditolak suami untuk ikut, akhirnya memilih untuk mengumpulkan argumen dan fakta-fakta tentang mendaki saat hamil. Dengan segala keyakinan dan meyakini sang suami, alhamdulillah suami pun mengizinkan. Namun, suami bilang kita harus konsultasi ke dokter kandungan terlebih dahulu. Mengecek dan meminta izin dokter agar di hari-H semuanya aman.
Dua minggu sebelum keberangkatan, kami pun mendatangi dokter. Menanyakan soal fisik saya dan keadaan si janin di kandungan. Alhamdulillah keadaan kami berdua normal. Saya pun yang tadinya takut ditolak izinnya oleh dokter, menjadi lega sebab dokter berkata semuanya kembali ke diri saya. Saya yang tahu seberapa kuat mental dan fisik saya. Saya tidak bisa dan tidak boleh membohongi diri saya apalagi ini menyangkut keselamatan dua nyawa manusia.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Ya, sang dokter justru memberi tahu bahwa olahraga berjalan itu baik untuk kehamilan. Terutama jantung. Hal ini untuk melatih sang ibu saat melahirkan nanti. Sejauh ini selama olahraganya terbilang masih ringan yaitu berjalan, beliau mengizinkan. Bahkan beliau memberikan info-info positif seputar olahraga yang berkaitan dengan proses melahirkan nanti.
Asyiiiikk... konsultasi dengan dokter selesai dan diizinkan. Suami pun senangnya bukan main karena kami masih bisa mendaki bersama-sama lagi.
Akhirnya, saya pun bisa mendaki di usia kehamilan 5 bulan dengan aman dan nyaman. Semua perbekalan yang saya bawa tidak ada bedanya dengan perbekalan sebelum saya hamil. Kemudian untuk ritme langkah kaki tetap normal, dan jangan lupa atur nafas! Ya, nafas seorang ibu hamil pasti berbeda daripada nafas orang biasa. Dan voilaaaaa, saya pun berhasil sampai ke atas gunung dan turun keesokan sorenya dengan selamat dan sehat.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, itu tadi pengalaman saya soal mendaki. Saya ada beberapa tips nih Moms yang akan saya bagi.
Tips pertama adalah yakini diri. Apakah kita benar-benar yakin kita mampu? Apabila kita yakin, maka minta izin terlebih dahulu pada suami dan dilanjutkan dengan berkonsultasi ke dokter untuk lebih pastinya mengenai kondisi kita.
Tips kedua, membawa air minum lebih dan makanan-makanan yang bergizi. Jangan lupa membawa camilan apa pun yang Moms suka karena pastinya ibu hamil suka sekali ngemil ya Moms?
Tips ketiga, jangan lupa membawa obat-obatan/vitamin yang Moms punya.
Tips keempat, apabila sudah tidak mampu berjalan maka satu tim wajib tahu kondisi Moms. Siapa tahu kan Moms, ada yang terbatas kemampuan fisiknya saat berjalan. Maka, tim harus tahu.
ADVERTISEMENT
Nah, itu dulu ya Moms, cerita pengalaman dari saya. Ayooo Moms, lanjutkan hobi Moms semua bila dirasa mampu! Lepaskan penat semasa hamil hingga proses kelahiran nanti pun terasa nyaman.