Konten dari Pengguna

Pengalaman Transfusi Venover untuk Anemia Defisiensi Besi saat Hamil

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
15 Agustus 2019 12:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Pengalaman Transfusi Venover untuk Anemia Defisiensi Besi saat Hamil

ADVERTISEMENT
Karena satu dan lain hal, aku memutuskan untuk pindah obgyn saat kehamilanku memasuki minggu ke-30. Aku dan kehamilanku yang dari sebelumnya selalu dinyatakan “sehat” dan cukup berat badan (BB) oleh obgyn sebelumnya, cukup ga nyangka saat obgyn-ku yang baru bilang “hmm, bayi kamu kecil juga ya untuk ukuran usia kandungan segini”.
ADVERTISEMENT
Berusaha untuk ga panik, aku nanya apa aja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan BB janinku. “Makan telor sehari minimal 6, kuning nya 2 butir aja maksimal. Protein hewani lainnya ya, terutama daging dan ikan” saran obgyn-ku. Dengernya aja udah mual duluan, terlebih lagi selama hamil nafsu makanku ga setinggi ibu-ibu hamil pada umumnya, ditambah rasa males dan ga suka makan daging saat hamil. Tapi demi meningkatkan BB janinku, mau ga mau harus dijalanin.
“Kita coba tes darah ya, kamu puasa dulu 8-10 jam sebelumnya”, kata obgyn ku sembari menuliskan surat referensi untuk pengambilan darah. Aku datang kontrol dua minggu kemudian dengan membawa hasil tes lab. Sebagai orang awam di bidang medis, yang aku tau kalo ada tanda bintang (*) atau warna merah di suatu item tes lab, berarti ada yang “ga bener”. Melihat hasil tes lab, feeling-ku udah ga enak.
ADVERTISEMENT
HB, Ferritin, Protein dan Kalsium semuanya ada tanda (*) nya. Deg-degan banget, 8 minggu menuju HPL dapet hasil tes lab kayak begini. Ketika dokter melihat hasil tes lab-ku, dokter langsung menyarankan aku untuk diinfus venover sebanyak 3 ampul. Kalau ga, kehamilanku akan beresiko mengingat BB janinku kurang dan aku beresiko mengalami pendarahan saat melahirkan. Keluar ruangan dokter, aku langsung browsing lebih lanjut tenang venover.
Infus venofer akan dilakukan apabila sudah harus mengejar HB dalam waktu singkat agar tidak harus melakukan transfusi darah. Venofer berisi zat besi yang dapat secara cepat menaikkan HB hingga 1-2 g/dL, mengingat transfusi darah pada saat kehamilan sangat tidak dianjurkan karena dikhawatirkan adanya kontaminasi berbagai macam penyakit. Waktu itu aku dirujuk ke ruang bersalin untuk transfusi venover-nya. Sekali transfusi langsung 3 ampul, yang bahkan kata suster di ruang bersalin “banyak juga ya bu, langsung tiga”. Cairan venover sendiri warnanya merah seperti darah, tapi agak sedikit lebih gelap. Dan cairan ini termasuk pekat, jadi waktu diinfus cukup berasa “panas” bagi aku. Sempat cari tau efek sampingnya venover, ada beberapa yang bilang menyebabkan pusing, mual bahkan sampai muntah. Tapi syukurnya, aku ga merasakan satupun dari efek samping itu.
ADVERTISEMENT
Setelah cairan venover habis, aku diinfus lagi dengan cairan berwarna kuning yang jauh lebih cair dan memberikan sensasi “dingin”. Kalau kata suster sih, itu Vitamin C. Terakhir ditutup dengan injeksi kalsium yang rasanya “hangat” sampe sekujur tubuh, bahkan di mulut pun bisa terasa. Prosedur ini aku ulangi lagi dua minggu setelahnya.
Untuk harga transfusi venover ini, tentu berbeda-beda. Tergantung RS dan tempat Moms menebus Venovernya. Pertama kali aku harus tebus di apotik luar karena RS nya sedang kehabisan Venover. Akhirnya aku tebus di apotek K-24 dengan harga sekitar 800 ribuan untuk 3 ampul. Kali kedua, aku langsung tebus di RS dan harga nya hampir 1,2 juta untuk 3 ampul nya.
ADVERTISEMENT
Ada ga hasilnya setelah infus venover? Ada. BB Janin ku naik 600 gram dalam waktu 2 minggu, yang biasanya Cuma naik 100-200 gram. Setelah dua kali transfusi venover dengan total 6 ampul dan makan makanan yang disarankan oleh dokter (walaupun ga berhasil sehari 6 butir telor, maksimal 4 dan udah enek banget), bayiku lahir dengan selamat di minggu ke-40 dengan berat badan normal di 2,91 KG.