Konten dari Pengguna

Pengalamanku Alami Plasenta Previa di Kehamilan Kedua

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
9 Mei 2019 14:59 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hai Moms, saya ingin bercerita tentang Plasenta Previa yang saya alami di kehamilan kedua saya. Tapi sebelumnya, saya akan menjelaskan secara singkat apa itu Plasenta Pervia. Plasenta Previa adalah satu kondisi abnormal saat masa kehamilan dimana plasenta berada di posisi bawah rahim. Plasenta tersebut menutupi jalan lahir (sebagian maupun seluruhnya).
ADVERTISEMENT
Pada usia kehamilan 18 minggu, saya diberi tahu bahwa saya mengalami plasenta pervia. Saya shock dan saya mencari tahu apa penyebabnya. Menurut beberapa bidan dan dokter yang saya temui, mereka belum bisa memastikan apa penyebab pasti kondisi Plasenta Previa ini. Tapi, menurut beberapa artikel yang saya baca ada beberapa faktor resiko yang bisa menyebabkan kondisi ini seperti ibu perokok aktif, hamil berusia di atas 35 tahun, posisi bayi tidak normal, pernah keguguran, hamil kembar, plasenta besar, pernah melahirkan, dan sebagainya.
Kondisi ibu hamil yang mengalami Plasenta Previa ini bermacam-macam. Pada kasus saya, plasenta benar-benar menutupi jalan lahir sehingga dokter pun menyarankan saya untuk melakukan C-Section saat lahiran nanti jika posisinya tidak berubah ketika memasuki trimester 2 atau 3. Dokter juga menjelaskan kalau posisi plasenta ini gak bisa berpindah dengan olah raga, banyak sujud, dan lain-lain. Hal yang bisa saya lakukan adalah berdoa agar plasenta bergeser.
ADVERTISEMENT
Selain berdoa dan rajin melakukan USG setiap bulannya, saya tetap mencari tahu informasi lebih tentang Plasenta Previa dengan banyak membaca, bertanya, hingga mengikuti kelas Parenting.
Pada kelas Parenting yang saya hadiri, saya mendapat informasi bahwa bayi itu pintar bahkan sejak masih jadi janin. Ketika masih menjadi janin, bayi sudah dibekali kecerdasan. Ketika janin berusia 5 bulan, mereka sudah bisa mendengar suara ibu, suara ayah dan suara-suara dari luar. Bahkan katanya, mereka juga bisa kaget ketika mendengar suara gaduh.
Berbekal informasi itu, saya jadi sering sounding ke bayi dalam perut. Sounding kata-kata positif lalu saya juga bilang saya gak mau operasi caesar. Saya minta kerjasama si kecil buat geser plasentanya supaya gak nutup jalan lahir dia nantinya.
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah setiap bulan saat pemeriksaan USG, plasenta bergeser sedikit-sedikit. Awalnya cuma bergeser ke samping dan dokter bilang belum bisa memastikan kalau saya bisa lahiran secara normal. Dia bilang saat bukaan 10 kemungkinan masih kena plasenta dan itu bisa memicu pendarahan hebat.
Bulan-bulan berikutnya saya mengurangi pekerjaan berat, gak angkat-angkat, stop gendong Numa (anak pertama saya yang udah 2,5 tahun), dan lain-lain, dan pastinya saya gak pernah lupa buat tetap sounding ke janin untuk geser plasenta.
Terakhir, saat USG saat janin 8 bulan, plasenta udah bergeser. Memang sih kata dokter posisinya masih menyamping, tapi setidaknya udah tidak menutup jalan lahir. Dokter juga udah bisa memastikan kalau ini sudah aman untuk lahiran secara normal.
ADVERTISEMENT
Memang, bisa dibilang saya mungkin salah satu ibu yang beruntung karena akhirnya plasenta bisa bergeser. Namun, ada juga beberapa Moms, yang saat ini mungkin sedang membaca artikel ini, tidak mengalami pergeseran pada plasentanya. Seperti yang dokter saya katakan, C-Section adalah salah satu jalan terbaik jika Moms mengalami placenta previa. Jadi, selain mempersiapkan mental dan fisik, siapkan juga finansial yang cukup. Berjaga-jaga untuk keselamatan kita dan si kecil tidak ada salahnya, bukan?
Untuk Moms yang mengalami hal seperti saya, saya berpesan agar kalian tetap positive thinking, tenangkan hati kalian, dan berdoa. Moms juga bisa melakukan hal yang sama seperti saya yaitu berkomunikasi dengan si kecil dan dengan lembut meminta agar ia membantu Moms menggeser plasenta. Selain itu, Moms tentunya harus rutin memeriksa keadaan janin dan plasenta ke dokter ya. Semangat Moms!
ADVERTISEMENT
Semoga bermanfaat.
By: Dina Teja via Babyologist