Konten dari Pengguna

Pengalamanku Menjalani Kuretase di Kehamilan Pertama

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
29 Agustus 2019 9:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Pengalamanku Menjalani Kuretase di Kehamilan Pertama

ADVERTISEMENT
Kehamilan membuat semua pasangan akan merasa bahagia, apalagi jika kehamilan pertama tentu akan membuat pasangan merasakan suasana baru, pengalaman baru untuk menjalani sebuah proses kehamilan, terutama si calon ibu. Bangga, bahagia dan terharu pastinya, berharap semuanya bisa berjalan dengan lancar sampai saatnya sang bayi bisa dilahirkan.
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia, kita hanya bisa berencana. Di kehamilan pertamaku, saat usia kandungan memasuki 10 Minggu, tiba tiba keluar bercak darah. Tanpa adanya kram perut ataupun kontraksi. Tentu membuat saya sangat shock dan bingung serta diselimuti dengan ketakutan. Takut akan kehilangan bayi. Saat itu saya memutuskan untuk periksa ke dokter kandungan, untjk memastikan kondisi saya. Dari hasil pemeriksaan dokter, saya mengalami Blighted Ovum ( kehamilan kosong ) yang mengharuskan saya untuk menjalani kuretase.
Sedih dan kecewa tentunya, dikehamilan pertama saya harus mengakhiri kehamilan saya dengan kuretase. Saya mencoba kuat dan pasrah dengan semuanya. Sore harinya dokter meminta saya datang ke klinik untuk pemasangan laminaria atau obat yang digunakan untuk melebarkan leher rahim guna mempermudah proses kuretase. Rasanya yah, bisa dibilang sakit yah moms, karena dokter memasukkan alat yang biasa disebut cocor bebek agar obat tersebut bisa dimasukkan, dan setelah itu dokter meminta saya untuk puasa 8 jam sebelum kuretase. 
ADVERTISEMENT
Setalah pemasangan laminaria, perut saya mulai merasakan kontraksi, saya merasakan sakit yang luar biasa, dan ini wajar saja karena kontraksi ini dibutuhkan untuk membantu pelebaran leher rahim. Sepanjang malam saya merasa sakit, dan terus keluar darah, sampai sebuah gumpalan keluar dan perut saya mulai berkurang sakitnya. Di pagi hari saya kembali ke klinik untuk menjalani kuretase. 
Awalnya seorang perawat mulai bercerita dan menanyakan nama saya, sampai saya pun mulai tidak sadar, saya di bius dan mulai tertidur. Yang saya lihat hanya bayangan dimensi yang terus berputar putar, saya mendengarkan suara suara dengan samar dan lambat. Saya mendengar suara saya sedang mengeluh sakit tapi rasanya mulut saya tidak berbicara. Saya hanya terus berdoa sampai saya mulai merasakan kehadiran suami saya disamping saya lagi. Saya mulai membuka mata secara perlahan, awalnya sangat pusing rasanya, tetapi lama kelamaan pusing yang saya alami mulai hilang dan perlahan mulai sadar. Ternyata proses kuretase hanya 20 menit kata suami saya. Prosesnya cepat dan saya tidak terlalu merasakan prosesnya, karena pengarus obat bius. 
ADVERTISEMENT
Setelah proses kuretase, saya tidak merasakan sakit lagi. Rasanya seperti sebelum hamil. Kuretase berjalan lancar dan dokter memberikan obat untuk anti nyeri dan asam folat. Saya selalu ingat dokter mengatakan, jangan sedih, saya doakan bulan depan segera hamil lagi. Buat moms yang lain, yang mengalami hal yang sama, jangan patah semangat, jalani setiap prosesnya. Karena dibalik proses ada banyak pelajaran dan hikmah dibalik ujian yang diberikan.