Pentingnya 'Support System' bagi Saya untuk Cegah 'Baby Blues'

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
4 September 2019 11:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pentingnya 'Support System' bagi Saya untuk Cegah 'Baby Blues'
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Mama dan kakak saya yang datang untuk menemani saya dan membantu usai melahirkan. Maklum ini pengalaman pertama bagi saya. Saya pun menikmati masa-masa menjadi ibu baru, karena ada mereka yang menjadi support system saya.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya saya tipikal pekerja keras, jadi rasa lelah kurang tidur karena harus menyusui dan mengurus anak tidak menjadi beban. Bahkan, waktu anak pertama saya lahir saya sendiri yang mencuci popoknya. Padahal saya baru melahirkan secara caesar.
Tapi, karena kekuatan cinta dari dalam dan support system yang sangat baik, semua lelah tersebut saya nikmati dan tidak menjadi beban, terutama support dari mama yang sangat membantu saya menjalani hari-hari sebagai ibu baru.
Setiap harinya mama sudah menyiapkan makan untuk saya, dan selalu menemani sambil bercerita. Untuk anak, saya yang pegang sendiri. Itu memang sudah saya sampaikan dari awal, mulai dari memandikannya, urus pup dan pipisnya, semuanya saya urus sendiri. Jadi untuk pengalaman anak pertama, saya tidak mengalami baby blues.
ADVERTISEMENT
Kemudian ketika melahirkan anak kedua, mama, kakak, dan adik ipar selalu hadir menemani. Untuk pengalaman lahiran anak kedua, lebih banyak tantangan karena ada anak pertama yang harus diurus juga.
Awal-awal lahiran, masih berjalan dengan lancar. Satu sampai dua minggu kemudian, saya baru sadar anak pertama saya terlihat jadi agak kurusan, karena dia memang agak susah makan pada saat itu. Di situlah mulai terpancing drama emosi ibu yang baru lahiran. Saya jadi merasa kesal kenapa anak pertama saya jadi turun berat badannya. Saya sampai menangis karena menahan rasa kesal.
Perlindungan keluarga. Foto: Shutterstock
Saya sadar, saya tidak berhak menyalahkan siapa pun, saya hanya menyalahkan diri sendiri karena saat itu tidak bisa mengurus makan Mora sendiri. Sesekali saya mengeluarkan unek-unek di hati saya kepada mereka yang ada di rumah. Tapi sebenarnya saya menyesal, karena mereka sudah mencoba sebisanya untuk memberi makan Mora, hanya karena Mora susah makan, yasudah enggak disuapin lagi.
ADVERTISEMENT
Mungkin karena saya mamanya, saya lebih telaten dan lebih sabar ngurusin makannya. Lalu perlahan-lahan saya mencoba berdamai dengan diri sendiri terlebih dahulu agar tidak stress dan kesal berlarut-larut. Kemudian pelan-pelan saya turun langsung mengurus makannya.
Berat badan Mora masih naik turun saat itu. Setelah lewat masa nifas dan beberapa bulan berikutnya hormon saya mulai stabil. Drama tetap ada setiap harinya, terlebih mengurus dua anak. Ternyata kepedulian suami turut serta membantu mengurus anak dan pengertiannya sangat berperan penting dalam menjaga kewarasan istri.