Konten dari Pengguna

Prosedur Seputar Bayi Tabung

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
22 Mei 2018 3:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prosedur Seputar Bayi Tabung
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Prosedur IVF ini sebenarnya disarankan dilakukan sebagai metode untuk mengatasi ketidaksuburan pada wanita untuk wanita yang berusia diatas 40 tahun. Namun, ada beberapa kondisi yang dialami oleh wanita yang menyebabkannya sulit hamil dapat disarankan menggunakan prosedur bayi tabung ini bila sangat ingin mempunyai anak. Misalnya, wanita dengan kondisi-kondisi sebagai berikut;
ADVERTISEMENT
Memiliki gangguan pada rahim (tuba falopi) berupa kerusakan atau sumbatan jalur sel telur.
Menderita gangguan ovulasi yang membuat kondisi produksi sel telur minimal.
Mengalami endometriosis.
Memiliki masalah pada sistem kekebalan tubuh yang mengganggu sel telur maupun sperma pada sang suami.
Suami mengalami kondisi produksi sperma dengan kuantitas yang rendah.
Sperma yang tidak mampu melewati cairan leher rahim.
Memiliki masalah ketidaksuburan yang tidak diketahui.
Memiliki risiko penyakit keturunan.
Meskipun cukup efektif dalam mengatasi masalah ketidaksuburan untuk bisa mendapatkan keturunan, prosedur bayi tabung ini tetap memiliki resiko yang harus dipertimbangkan oleh pasangan suami-istri. Selain itu, biaya untuk menjalankan prosedur ini lumayan mahal. Jadi, harus benar-benar dipikirkan secara matang untuk mengambil jalan melakukan prosedur IVF ini.
ADVERTISEMENT
Risiko yang bisa terjadi dalam menjalankan prosedur IVF
Saat menjalankan tahapan prosedur pengambilan sel telur, mungkin saja bisa terjadi infeksi, pendarahan ataupun menyebabkan kerusakan pada usus atau organ lain.
Risiko dari penggunaan obat-obatan yang digunakan guna menstimulasi ovarium yaitu sindrom hiperstimulasi ovarium yang mana dapat mengakibatkan efek samping berupa kembung, kram atau nyeri ringan, sembelit, penambahan berat badan, serta rasa sakit yang tak tertahankan pada perut. Biasanya, gejala-gejala efek samping tersebut bisa hilang ketika siklus ovarium selesai.
Risiko mengalami keguguran.
Mengalami kehamilan kembar, jika embrio yang ditanamkan ke dalam rahim lebih dari satu.
Kelahiran bayi yang prematur dan berat lahir bayi rendah.
ADVERTISEMENT
Kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim.
Bayi lahir dengan kondisi cacat fisik.
Mengalami stres karena prosedur bayi tabung ini dapat menguras tenaga, emosi, dan keuangan.
Namun, risiko-risiko seperti yang disebutkan diatas dapat diminimalisir bahkan dihindari bila keseluruhan tahapan prosedur yang dijalankan dilakukan secara tepat. Adapun beberapa faktor yang dapat turut menentukan keberhasilan dalam prosedur bayi tabung.
Faktor-faktor penentu keberhasilan dalam prosedur bayi tabung
Usia wanita yang menjalankan prosedur IVF ini. Usia optimal untuk mencapai keberhasilan prosedur ini yaitu antara 23 – 39 tahun dengan persentase tertinggi berusia di bawah 35 tahun.
Faktor medis, seperti sejarah reproduksi dan penyebab infertilitas (ketidaksuburan)
ADVERTISEMENT
Faktor gaya hidup
Kesiapan financial
Untuk faktor-faktor tersebut secara lebih jelas dapat dikonsultasikan dengan dokter kandungan.
Adapun tahapan-tahapan yang perlu dijalankan dalam prosedur bayi tabung secara singkatnya diuraikan sebagai berikut:
Pertama, menyeleksi pasien. Pada tahapan ini dokter ataupun petugas medis yang akan menangani prosedur IVF yang akan dijalankan melakukan pemeriksaan kelayakan kepada suami-istri yang ingin menjalankan prosedur IVF ini.
Bila sudah melewati tahapan pertama, selanjutnya melakukan tahapan meransang indung telur atau stimulasi untuk memastikan banyaknya sel telur. Secara alami, sel telur hanya satu. Namun, pada prosedur ini dibutuhkan lebih dari satu sel telur untuk memperoleh embrio.
Tahap ketiga adalah pemantauan pertumbuhan folikel atau cairan berisi sel telur di indung telur melalui penggunaan ultrasonografi guna melihat apakah sel telur sudah cukup matang untuk ‘dipanen’ ataukah belum.
ADVERTISEMENT
Tahap keempat, mematangkan sel telur dengan menyuntikkan obat.
Tahap kelima, pengambilan sel telur yang kemudian diproses di laboraturium.
Tahap keenam, pengambilan sperma suami yang dilakukan melalui proses masturbasi, jika tidak ada masalah. Namun, bila terjadi masalah, pengambilan sperma dilakukan melalui jalan operasi.
Tahap ketujuh, setelah pengambilan sperma, proses selanjutnya adalah pembuahan didalam media kultur di laboraturium yang tujuannya untuk menghasilkan embrio.
Tahap kedelapan, mentransfer embrio kembali ke dalam rahim supaya terjadi kehamilan setelah embrio terbentuk.
Tahap kesembilan, merupakan fase luteal guna mempertahankan dinding rahim. Dokter memberi obat khusus untuk mempertahankan dinding rahim Moms agar terjadi kehamilan.
Tahap kesepuluh, yaitu proses simpan beku embrio yang mana bila embrio yang dihasilkan berlebih dapat disimpan untuk kehamilan selanjutnya. Embrio sisa ini disebut dengan embrio kriopreservasi.
ADVERTISEMENT
Namun, sebelum mengikuti program kehamilan menjalankan prosedur IVF ini, ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu tentang bagaimana siklus menstruasi. Biasanya dokter menyarankan untuk mengonsumsi pil kontrasepsi sebelum melakukan program ini agar dapat meningkatkan kesuksesan dari prosedur IVF yang akan dilakukan dan juga agar dapat menurunkan risiko sindrom hiperstimulasi ovarium dan kista ovarium. Dan, prosedur IVF ini biasanya dimulai pada hari pertama wanita yang akan menjalankan prosedur ini mengalami menstruasi. Lalu, pada hari kedua menstruasi dokter akan melakukan tes darah guna melihat kadar estrogen, terutama E2 atau estradiol. Setelah itu, menjalankan USG (transvaginal ultrasound) untuk memeriksa ukuran ovarium dan dapat juga untuk menemukan kista ovarium jika memilikinya. Sebab, bila ada kista, dokter akan menangani kista tersebut terlebih dahulu sebelum melanjutkan prosedur IVF-nya.
ADVERTISEMENT
Hal-hal yang perlu diketahui selanjutnya, yaitu saat proses stimulasi ovarium, obat yang disuntikkan adalah obat kesuburan. Ada prosedurnya tersendiri dalam menyuntikan obat kesuburan ini, yaitu kira-kira 1 – 4 obat setiap hari selama  7 – 10 hari. Berapa banyak suntikan dan berapa lama akan tergantung dari aturan pengobatan yang diberlakukan oleh dokter. Penyuntikkan obat kesuburan ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah telur yang diproduksi oleh ovarium. Sebab, semakin banyak telur yang bisa diambil dan dibuahi selama menjalankan tahapan prosedur IVF ini, maka semakin besar pula keberhasilan untuk kehamilan. Dokter akan melakukan pemantauan setiap hari demi keberhasilan prosedur yang dijalankan. Selanjutnya, pada prosedur pematangan oosit atau istilah untuk telur dalam ovarium, dokter akan menyuntikan hormon human Chorionic Gonadotropin (hCG) guna memicu pematangan oosit. Penyuntikkan ini perlu dilakukan pada waktu yang tepat. Lalu, untuk prosedur pengambilan telur perlu dilakukan sekitar 34-36 jam setelah pasien menerima suntikan HCG.
ADVERTISEMENT
Pada tahapan ini dokter menggunakan alat USG transvaginal untuk memandu dalam pengambilan telur yang menggunakan jarum guna menghisap folikel dalam ovarium. Biasanya, terdapat satu oosit atau telur pada tiap satu folikel. Jumlah folikel dapat berbeda-beda pada tiap individu. Kemudian, oosit yang diambil akan dibawa ke laboratorium embriologi untuk dilakukan pembuahan. Bila pasien setelah menjalani prosedur-prosedur tersebut mengalami tanda-tanda sindrom hiperstimulasi ovarium, seperti yang disebutkan diatas, maka perlu dilakukan pemeriksaan secara lebih lanjut oleh dokter.
Hal-hal yang perlu diketahui lainnya, yaitu pada tahapan prosedur pembuahan telur (oosit), telur yang diambil akan dipilih yang mana yang baik. Pada saat yang sama, sperma yang telah tersedia dipisahkan dari hal-hal lainnya yang ada pada semen, lalu dipilih bibit sperma yang paling bagus. Sekitar 10.000 sperma akan ditempatkan dengan telur pada wadah khusus yang diinkubasi di laboratorium. Dalam waktu kira-kira 12-24 jam diharapkan sudah terjadi pembuahan antara sperma dengan telur. Namun, bila mengalami masalah berupa kualitas sperma yang rendah, bisa dilakukan tindakan Intra-Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) dengan menyuntikkan secara langsung sperma-spermanya ke masing-masing telur yang matang. Setelah telur berhasil dibuahi, telur perlu disimpan selama 3 -5 hari di tabung khusus sebelum dipindahkan ke rahim wanita.
ADVERTISEMENT
Tahapan pemindahan telur ini biasanya dilakukan pada hari kelima tahapan yang dilakukan setelah pembuahan yang mana embrio sudah berada pada pada fase blastosit, yaitu sudah mampu menempel dengan baik pada rahim wanita. Lalu, beberapa hari sebelum dilakukan pemindahan embrio, akan disuntikkan obat hormon progesteron dengan tujuan untuk membantu mempersiapkan dinding rahim guna menerima embrio. Pada tahapan pemindahan embrio ini, tabung atau kateter yang berisi cairan embrio akan dimasukkan ke dalam serviks wanita melalui prosedur operasi. Banyaknya jumlah embrio yang dipindahkan tergantung pada kualitas embrio yang tersedia. Setelah prosedur ini, pasien yang menjalani prosedur bayi tabung ini akan diminta untuk tetap berbaring selama beberapa jam.
Setelah melakukan keseluruhan tahapan pada prosedur bayi tabung ini, suami-istri yang menjalankannya perlu menunggu waktu selama dua minggu untuk melihat apakah prosedur yang dijalankan berhasil membuahkan kehamilan. Dalam waktu menunggu ini, orang yang menjalankan prosedur ini dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa. Sebaiknya, jangan dibuat stress. Stress malah akan mengganggu jalannya menuju keberhasilan. Setelah dua minggu, dapat melakukan test kehamilan. Test yang dilakukan bisa dijalankan selama beberapa hari. Jika prositif berarti prosedur bayi tabung yang dilakukan berhasil dan perlu dengan segera memeriksakan kehamilan ke dokter. lalu, dokter akan melakukan USG guna memantau kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungannya. Namun, bila dalam hasilnya masih belum berhasil, dapat melakukan tindakan menstransfer embrio ke dalam rahim lagi dari embrio sisa pembuahan pada tahapan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
 
Semoga bermanfaat.
By: Babyologist Editor