Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Ternyata Operasi Caesar Tidak Semenakutkan Itu
13 Mei 2019 18:08 WIB
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Satu setengah tahun setelah menikah dan setelah ditagih melulu kapan mau punya anak oleh ortu maupun mertua, akhirnya saya hamil juga di akhir Maret 2012. Karena ini adalah pengalaman pertama banget jadi ibu hamil, saya pun belum mengerti apa-apa seputar kehamilan dan melahirkan. Yang saya tahu cuma saya harus melahirkan secara normal! Kan bangga banget gitu kalau melahirkan secara normal dan bisa kasih ASI eksklusif buat si buah hati, katanya sih itu baru namanya jadi wanita sejati.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, selama hamil saya selalu mengkonsumsi makanan yang sehat terutama ikan dan sayur-sayuran, pokoknya anti banget sama makanan yang instan-instan. Selain itu, saya juga masih aktif bekerja (waktu itu masih ngantor sampai H-2 sebelum persalinan), beberes apartemen sendiri, dan rajin ikut senam hamil di RS. Di pikiran ini gak pernah terbesit akan melahirkan lewat operasi Caesar, pokoknya saya sudah pede banget akan melahirkan secara normal.
Selama 9 bulan kehamilan pun, saya dan Suami juga rajin untuk cek kandungan ke dokter dan tidak ada masalah apa-apa dengan kandungan saya bahkan sampai menjelang hari H. Saya pun sampai dirujuk ke dokter mata untuk memastikan kondisi mata saya yg minus 5 ini masih layak untuk melahirkan secara normal dan hasilnya semua oke. Jadi, makin pede dong mau melahirkan secara normal. Masa Mama saya aja melahirkan 4 anaknya secara normal, tapi saya baru 1 anak aja mesti Caesar? Hehehe...
ADVERTISEMENT
Oh iya, ditambah lagi pada saat masa kehamilan saya, banyak teman atau saudara yang bercerita tentang betapa sakitnya operasi Caesar dan pemulihannya yang lebih lama daripada persalinan normal. Banyak banget mitos-mitos seputar Caesar yang meracuni otak saya sampai lumayan membuat parno diri ini.
Akhirnya, sebelas hari sebelum due date yang diinfo oleh dokter, sekitar pukul dua pagi, ketuban saya pecah! Deras banget seperti sedang pipis tapi kita gak bisa mengontrol alirannya, walaupun gak sakit sama sekali tapi saya dan Suami langsung panik dan segera meluncur ke RS. Sesampainya di UGD, seingat saya air ketuban sudah tidak mengalir lagi, seperti sudah habis karena sudah keluar deras ketika masih di rumah dan di mobil.
ADVERTISEMENT
Dari UGD, saya diantar menuju ruang persalinan. Oleh perawat, saya dipasangi alat untuk mengecek detak jantung bayi dan kontraksi. Detak jantung si dede bayi sih masih oke saat itu, tetapi tidak ada kontraksi sama sekali. Perawat juga mengecek pembukaan saya dan memang belum ada bukaan sama sekali. Saya sendiri juga tidak merasa mulas walaupun sudah keluar flek-flek darah yang katanya salah satu tanda mau melahirkan.
Sampai pukul tujuh pagi, saya tetap tidak merasa mulas dan pembukaan pun belum ada sama sekali padahal sudah lewat lima jam setelah ketuban saya pecah dan mengalir deras. Akhirnya, Pak Dokter pun menelepon dan menyampaikan bahwa setelah observasi beliau menyarankan untuk dilakukan operasi Caesar saja dan saya pun langsung deg! Aduh gimana ini kok jadinya harus operasi :(
ADVERTISEMENT
Kalau Pak Suami mah malah setuju aja mau operasi karena sudah gak sabaran juga sepertinya menunggu istrinya gak ada kemajuan buat melahirkan secara normal. Sedangkan Mama dan Mama mertua pastinya agak ngedumel pas tahu anaknya harus dioperasi apalagi dokter aja belum datang mengecek langsung, maklum orang tua :D Saya sendiri pun akhirnya pasrah saja kalau memang harus dioperasi, saya yakin pasti Dokter sudah menyarankan jalan yang terbaik buat kami, walaupun takut juga karena teringat mitos-mitos yang pernah saya dengar sebelumnya.
Operasi pun dijadwalkan pukul sepuluh pagi. Oleh para perawat, saya digiring masuk ke dalam ruang operasi. Jadi, selama operasi akan ada satu orang perawat yang kerjanya hanya di samping saya untuk menenangkan dengan mengajak ngobrol sehingga saya tidak cemas dan lebih rileks. Dalam ruang operasi itu seingat saya ada lumayan banyak orang, satu orang dokter kandungan, satu orang dokter anak, satu orang dokter anestesi, dan beberapa orang perawat atau asisten para dokter tersebut.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, di atas meja operasi, saya diminta duduk sambil memeluk bantal karena dokter anestesi akan menyuntikkan obat anestesi pada tulang belakang saya. Nah, ini sih bikin deg-degan banget Moms, disuntik dari belakang yang kita gak bisa lihat kapan jarumnya ditancepin si dokter, lalu kita juga gak tau suntikkannya itu bakal sakit banget apa biasa aja. Jadi, pada saat proses ini saya sempat tegang banget sampai mbak perawat harus tenang-tenangin saya biar badan gak kaku banget pada saat hendak disuntik. Dan ternyataaa, biasa aja rasanya, gak semenakutkan yang saya bayangkan sendiri. Lebih sakit malah disuntik di tangan yang kita bisa lihat langsung prosesnya.
Setelah proses anestesi itu, kedua kaki saya mulai kesemutan hebat sampai akhirnya kebas / mati rasa dalam 3-5 menit kemudian. Saya pun sudah kembali berbaring pada saat itu dan perawat memasang tirai kecil di atas pinggang saya sehingga saya tidak bisa melihat proses operasi yang dilakukan oleh dokter walaupun kondisi saya masih sadar pada saat itu. Dokter pun memulai proses operasi sambil mengajak ngobrol dan sesekali bercanda, tentunya supaya kita sebagai pasien benar-benar rileks. Selama proses operasi itu, saya sama sekali tidak merasakan sakit apa-apa, rasanya hanya seperti perut saya sedang digoyang-goyang dan didorong-dorong aja.
ADVERTISEMENT
Tidak lama setelah itu, si dede bayi pun keluar dari perut saya dengan ditandai tangisannya yang cukup kencang. Mitosnya, kalau melahirkan Caesar nanti ibu dan bayi kehilangan moment skin-to-skin dan IMD, tapi itu sama sekali gak benar ya Moms, karena begitu anak saya keluar dari dalam perut, dokter langsung menaruhnya di atas dada saya untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Tapi memang tidak bisa lama-lama karena suhu ruangan yang berbeda dengan suhu dalam perut kita sehingga si bayi juga harus segera diserahkan ke dokter anak untuk dihangatkan dan dibersihkan.
Setelah itu, sepertinya dokter menambahkan obat bius lewat infus karena saya pun diminta untuk rileks dan tidur sehingga saya pun merasa sangat mengantuk dan tertidur. Ketika terbangun, saya sudah berada di luar ruangan operasi namun masih dalam proses observasi. Total waktu operasi tersebut menurut Suami saya hanya sekitar 10 menit aja Moms.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, saya masih diharuskan bermalam di RS selama 4 hari 3 malam sebelum diperbolehkan pulang. Nah, mitosnya lagi kalau habis operasi Caesar, kita gak bisa berdiri apalagi berjalan dalam beberapa hari ke depan. Tapi ketika sudah dalam kamar inap, saya perlahan belajar duduk, berdiri, bahkan berjalan sedikit-sedikit pada hari itu juga! Memang sih agak sedikit sakit pada bagian luka jahitan, tapi bagi saya gak sesakit yang dilebaykan orang-orang dan masih sangat bisa ditoleransi. Mungkin pada saat itu efek anestesi belum hilang seratus persen karena malam harinya memang luka saya mulai terasa lebih sakit dari sebelumnya. Tapi jangan khawatir Moms, sebelum saya mengeluh sakit, perawat malah menanyakan duluan apakah luka saya terasa lebih sakit, lalu karena saya menjawab iya, perawat pun memberi obat pereda nyeri lewat infus sehingga rasa sakit pun menjadi berkurang.
ADVERTISEMENT
Satu lagi mitos yang mau saya buktikan gak benar, katanya kalau melahirkan Caesar jadi tidak bisa langsung keluar ASI. Memang Moms, ASI saya tidak langsung keluar deras di hari persalinan saya, tetapi dengan pijatan dashyat dari adik saya (dimana dia juga diajarkan oleh perawat saat dulu melahirkan anaknya) akhirnya ASI saya mulai keluar sedikit demi sedikit. Pada hari ketiga pun, ASI saya mulai banyak dan deras mengalir. Don't worry ya Moms kalau ASI belum keluar atau sangat sedikit di hari pertama karena bayi masih punya cukup cadangan makanan dalam tubuhnya selama 24 jam ke depan.
Ketika sudah pulang ke rumah, saat itu saya memutuskan tinggal di rumah ortu setelah melahirkan agar ada yang membantu mengurus si dede bayi. Di rumah ortu, kamar saya ada di lantai atas sehingga harus sering naik turun tangga yang katanya akan terasa sangat sakit apabila pasca operasi Caesar. Entah kenapa saya tidak merasa sakit pada saat naik turun tangga, walaupun tetap harus perlahan karena luka jahitan kan belum sepenuhnya kering.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, operasi Caesar yang saya alami tidak semenakutkan yang diceritakan orang-orang. Memang sakit tapi sangat tolerable bagi saya, lebih sakit kalau maag saya lagi kambuh :D Oh iya, yang berasa sakit itu ketika harus 'ngeden' saat buang air besar aja, jadi usahakan pup kita jangan sampai keras dengan banyak makan buah-buahan ya Moms. Normal ataupun caesar gak masalah, yang penting Ibu dan bayi sehat ya!