Konten dari Pengguna

Tidak Semua Tongue Tie Harus Difrenotomi

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
24 Mei 2018 18:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tidak Semua Tongue Tie Harus Difrenotomi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Saya termasuk salah satu ibu itu. Di usia 1 bulan, berat badan anak saya hanya naik 100 gram dalam sebulan. Setelah diperiksa DSA katanya anak saya tongue tie, sehingga menyebabkan tidak latch on ketika menyusu dan berbunyi "klik." DSA menyarankan saya unttk mencari informasi tentang tongue tie. Jadi DSA waktu itu tidak langsung melaksanakan insisi/frenotomi. Setelah saya cari tau tentang tongue tie, keputusan saya dan suami adalah tidak melakukan frenotomi. 
ADVERTISEMENT
Salah satu cara untuk mengetahui bahwa bayi kita tounge tie atau tidak adalah dengan melihat kemampuan bayi saat mengisap jari kita. Menurut dr. Tiwi, ketika bayi dapat menghisap dengan kuat, jari kita tidak longgar, kemungkinan besar ia tidak tongue tie, dan begitu sebaliknya. 
Gejala tongue tie
Pada bayi:
Pelekatan yang buruk
Suara Klik saat menyusu
Menyusu seperti mengunyah
Transfer ASI tidak efektif
Berat badan tidak naik signifikan
Rewel, menolak menyusu
Jatuh tidur di payudara
Pada ibu:
Puting trauma, retak, lecet, nyeri, berdarah
Payudara nyeri
Supply ASI sedikit
Mastitis/payudara bengkak
ADVERTISEMENT
Duktus/saluran asi tersumbat
Frustasi, kecewa, putus asa karena sulit menyusui
Menyapih dini
Tongue tie ini memiliki beberapa tipe. Tipe paling berat yaitu tipe 4. Kebetulan anak saya di diagnosa tongue tie tipe 3. 
Pemberian sufor menjadi solusi kita untuk membantu mengejar berat badan anak saya yang berada di bawah garis merah. Kenapa tidak dengan ASIP saja? Karena anak saya tidak mau, meskipun pemberiannya sama-sama dengan media botol dot. Namun, hal ini tidak membuatnya lebih memilih sufor. 
Kembali lagi ke permasalahan tongue tie, ternyata keputusan untuk melakukan frenotomi harus dilakukan dengan hati-hati dan seksama. Apakah benar-benar perlu frenotomi atau tidak? Dari referensi yang ada, frenotomi diperlukan hanya 10 persen dari kasus tongue tie.
ADVERTISEMENT
Sering saya baca-baca atau dengar-dengar cerita ibu-ibu yang anaknya akhirnya difrenotomi. Kenaikan berat badannya juga tidak signifikan, biasa aja. Ketika melalui direct breastfeeding juga tidak terlalu terlihat perubahannya.
Frenotomi diperlukan hanya 10 persen dari kasus tongue tie.
Satu-satunya kondisi yang memerlukan tindakan segera pada tongue tie adalah bila bayi mengalami kesulitan menyusui pada awal-awal kelahiran. Walaupun ada tongue tie dengan tipe yang tidak terlalu berat, sebetulnya seiring dengan bayi terus menyusu, lidah akan meregang dan tidak sekaku saat lahir.
Salah satu indikator pada kasus tongue tie yang harus dilakukan tindakan adalah bila berat badan bayi tidak naik. Tapi banyak juga faktor lain yang membuat berat badan bayi tidak naik, bukan hanya tongue tie ya. Menurut saya, Mom bisa bertanya ke dokter gigi khusus anak. Dokter gigi lebih tahu anatomi lidah bayi. Sekarang anak saya usia 10 bulan dan berat badannya sudah naik secara normal. Lidahnya juga sudah bisa menjulur panjang. 
ADVERTISEMENT
Jadi, sebelum frenotomi, ada baiknya Mom mencari informasi sebanyak-banyaknya. Sedangkan untuk mengatasi tongue tie, Mom juga sebaiknya menggunakan botol susu, karena si kecil akan lebih mudah mengisap dengan botol dibanding melalui ASI eksklusif. 
Semoga bermanfaat.
By: Nawang Khusnul Muliawaty.